Ini Tantangan Keamanan yang Dihadapi Jurnalis Perempuan

Banyak jurnalis khawatir dengan keamanan mereka. Namun, jurnalis perempuan menghadapi ancaman tambahan dengan adanya kekerasan berbasis gender, pelecehan, diskriminasi di ruang redaksi, dan di lokasi liputan. Mereka juga kerap mendapatkan serangan daring. Untuk meningkatkan keamanan jurnalis perempuan, berikut ini adalah beberapa sumber yang bisa digunakan. 

Baca resources on the safety of women journalists yang disusun UNESCO atau laporan lembaga laporan The ChillingWhat More Can News Organizations Do to Combat Gendered Online Violence? yang dirilis pada 2022. UNESCO juga punya nawala yang bisa kamu langgan.

How to Report Safely: Strategies for Women Journalists & Their Allies adalah kursus daring dari the Knight Center yang gratis dan punya waktu belajar yang bisa kamu atur sendiri.

Video How to Report Safely — Resources for Women Journalists, Newsrooms, and Allies yang diproduksi UNESCO, Knight Center, dan IWMF.

Physical Safety: Solo Reporting dan Physical Safety: Mitigating Sexual Violence adalah materi soal keamanan jurnalis perempuan. Keduanya dirilis Committee to Protect Journalists pada 2019. Isinya dilandaskan pada survei keamanan jurnalis perempuan di AS dan Kanada. 

International Women’s Media Foundation memiliki Emergency Fund untuk membantu jurnalis perempuan. Beberapa biaya yang bisa mereka bantu adalah dana kesehatan, dana bantuan hukum, dan dana relokasi.

GIJN menyusun laman yang berisi daftar panduan keamanan dan organisasi yang bisa membantu jurnalis dalam situasi darurat. Anda bisa mencari sumber bantuan medis, bantuan hukum, dan bantuan untuk jurnalis yang hendak keluar dari negara yang mengancam keamanan mereka di laman ini.

European Center for Press & Media Freedom merilis alarm center, layanan bagi jurnalis perempuan untuk melaporkan serangan dan mencari bantuan. Pesan yang dikirim melalui layanan ini terenkripsi dan diterima oleh staf perempuan di ECPMF. Lembaga ini juga memastikan kerahasiaan semua laporan.

Coalition Against Online Violence (CAOV) terdiri dari organisasi jurnalisme dan keamanan daring untuk mendukung jurnalis perempuan yang menghadapi pelecehan daring.

Safety of Women Journalists adalah panduan yang disusun oleh Free Press Unlimited.

International Federation of Journalists bekerja sama dengan International Labor Organization untuk mengampanyekan penghentian kekerasan terhadap jurnalis perempuan. Mereka punya berbagai materi berisi perangkat, publikasi, dan tautan yang relevan dengan tujuan kampanye tersebut. IFJ juga menyediakan dukungan dan materi untuk identifikasi masalah yang bisa dipakai guna mendesak pemerintah lokal melakukan perubahan penting dalam isu ini. Pada November 2019, mereka juga merilis panduan untuk secara kolektif melawan online trolling terhadap jurnalis perempuan.

Kami menyadari bahwa self-care merupakan hal penting. Untuk meminimalisir burnout, memitigasi trauma, dan meningkatkan fokus, Anda bisa melakukan yoga dengan panduan video yang dibuat IWMF. Video ini cocok untuk latihan pada pagi dan sore, serta secara khusus didesain untuk jurnalis perempuan.

Troll-Busters.com adalah kampanye global yang menawarkan “pengendali hama daring untuk jurnalis.” Berbagai perangkat dan materi yang berfokus pada perempuan, tersedia di laman mereka. Tujuan khususnya adalah identifikasi, mitigasi, dan  pelaporan serangan serta pelecehan daring. 

Belum lama ini, PEN America merilis Online Harassment Field Manual. Isinya perangkat dan taktik untuk mempertahankan diri dari serangan kebencian dan pelecehan daring. PEN mendeskripsikan manual mereka sebagai “sumber lengkap berisi saran, panduan, dan materi mengenai cyber-stalking, doxing, ucapan kebencian, serta bentuk lain serangan digital.”

Byte Back dirilis oleh International Federation of Journalists dan organisasi mitra mereka di Asia-Pasifik untuk menghentikan perisakan dan pelecehan daring jurnalis perempuan. Mereka menyediakan materi, taktik, dan dukungan untuk memerangi trolling serta pelecehan daring.

Access Now’s Digital Security Helpline bekerja dengan individu dan organisasi di seluruh dunia. Layanannya bisa diakses gratis dan membantu Anda mengembangkan keamanan digital. Anda juga bisa mendapatkan respon cepat untuk pendampingan darurat dengan batas waktu maksimal dua jam. Layanan tersedia dalam bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman, Portugis, Rusia, Tagalog, Arab, dan Italia.

sumber: tangkapan layar

A DIY Guide to Feminist Cybersecurity berisi daftar perangkat untuk memblokir pelacakan daring, perangkat pengelak yang anonim, bertahan dari serangan malware, praktik otentikasi yang kuat, kerahasiaan di media sosial, serta enkripsi perangkat dan komunikasi.

Speak Up & Stay Safe (r): A Guide to Protecting Yourself From Online Harassment dari Feminist Frequency. Panduan ini menjabarkan taktik untuk memerangi doxing, menjaga kerahasiaan di media sosial dan platform permainan, praktik pembuatan kompartemen, penguatan keamanan otentikasi, keamanan situs web pribadi, dan berbagai saran lainnya.

Jurnalis yang berbasis di Kolombia Alerta Machitroll meluncurkan Fundación Karisma pada 2015. Tujuannya untuk memerangi kekerasan terhadap perempuan di lingkungan digital. Kelompok ini menyediakan Alert Generator dan strategi swadaya untuk memerangi pelecehan daring dengan menggunakan humor.

Crash Override Network’s resource center berisi daftar perangkat, panduan, dan layanan yang berguna untuk menghadapi pelecehan daring seperti doxing dan penggunaan gambar intim tanpa persetujuan. Ada juga bahasan mengenai data pribadi, kata sandi, dan perangkat.

Take Back the Tech adalah kampanye kolaboratif global yang bertujuan pada penguasaan teknologi untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan. Mereka menyediakan pendampingan bagi korban pelecehan yang berkaitan dengan teknologi, kotak perangkat keamanan digital, hak digital, self-care, serta strategi bertahan hidup yang bisa dipakai para penyintas. Lembaga ini juga menyediakan dukungan dan membantu kampanye di tingkat lokal.

The Worst (& Safest) Countries for Solo Female Travel in 2019 adalah riset soal 50 negara yang disusun jurnalis Asher Fergusson and Lyric Benson. Kamu juga bisa membaca 42 tips on how women can stay safe ketika bepergian sendirian.

Dua ratus halaman panduan “Safety of Female Journalists Online” dikembangkan oleh OSCE Representative on Freedom of the Media (RFoM).

 

Materi soal diskriminasi dan pelecehan

Diskriminasi dan pelecehan adalah masalah yang berlangsung di banyak sektor industri, termasuk media massa. Berdasarkan laporan teranyar dari Council on Foreign Relations, 18 negara masih mengharuskan perempuan mendapatkan izin dari suami untuk bekerja; 59 negara tak punya perlindungan hukum bagi perempuan untuk menghadapi pelecehan seksual di tempat kerja; dan 104 negara membatasi bidang pekerjaan yang bisa dilakukan perempuan. Kesenjangan upah juga menjadi fenomena global. Berikut ini adalah beberapa sumber yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi diskriminasi gender dan pelecehan seksual di tempat kerja.

sumber: tangkapan layar

Women in News mengembangkan toolkit agar pekerja bisa mencegah dan menghadapi pelecehan seksual di organisasi media. Isinya mencakup panduan praktis, contoh kebijakan, dan templat komunikasi. Organisasi ini bekerja di wilayah sub-Sahara Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Siniar mereka, The Backstory, mengeksplorasi isu kepemimpinan perempuan di ruang redaksi. Di Indonesia, lembaga ini juga bekerja sama dengan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) dan membuat kanal khusus jurnalis perempuan. Mereka menyediakan pelatihan keamanan bagi jurnalis perempuan dan berbagai kisah mengenai sepak terjang perempuan di sektor publik.

Women deserve better. The WHO could lead the way, ditulis oleh professor Sheila Tlou dan mantan Perdana Menteri Selandia Baru, Rt. Hon. Helen Clark. (2022)

Gender & Bahasa. Karya grafis garapan Reuters ini menggambarkan bagaimana bahasa yang bias gender memengaruhi orang-orang nonbiner dan bagaimana masyarakat melihat permasalahan tersebut.

Reporting on Sexual Violence in Conflict  (Dart Center Europe). Jurnalisme yang bertanggung jawab memberikan perhatian dan wawasan pada kejahatan yang sulit diungkap. Namun, pemberitaan yang ceroboh dapat memperburuk keadaan dengan menambah penderitaan dan membuat para penyintas berada dalam bahaya yang lebih besar. Pedoman ini ditulis oleh jurnalis dan pembuat film yang rutin menangani isu-isu kekerasan seksual yang terkait dengan konflik. Hal ini muncul dari kesadaran bahwa sebagai sebuah aksi kolektif, jurnalisme perlu berbuat lebih banyak untuk mendefinisikan dan berbagi praktik terbaik. Tujuannya adalah untuk menghasilkan liputan yang lebih akurat dan mendalam, sekaligus mengurangi risiko kerugian lebih lanjut bagi mereka yang berani menceritakan kisahnya.

UNESCO dan the International Center for Journalists (ICFJ) memublikasikan hasil survei daring mengenai kekerasan terhadap jurnalis perempuan. Riset ini diklaim sebagai “yang paling komprehensif dan beragam secara geografis dalam tema kekerasan daring”, lantaran mendapatkan respons dari 714 jurnalis perempuan di 113 negara.

International Federation of Journalists bekerja sama dengan International Labor Organization dalam kampanye untuk menghentikan kekerasan terhadap jurnalis perempuan. Ada banyak materi, publikasi, dan tautan ke kebijakan yang relevan, termasuk kesenjangan upah berdasarkan gender. IFJ juga menyediakan dukungan dan sumber daya untuk mengidentifikasi masalah — termasuk pelecehan — secara langsung dan menekan pemerintah lokal untuk melakukan perubahan yang berarti.

Gerakan #MeToo telah menancapkan pengaruhnya di Asia. Pada panel GIJN di Uncovering Asia 2018, jurnalis perempuan berbagi cerita dan kiat untuk menginvestigasi pelecehan seksual di China dan Jepang. GIJN juga punya serial mengenai peran jurnalis investigasi dalam meliput gerakan #MeToo yang ditulis oleh Biro GIJN di Hong Kong.

Studi Women in News bertajuk “Glass Ceilings: Women in South African Media Houses” mengidentifikasi isu umum soal seksisme di organisasi media dan menyediakan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Studi bertajuk “Gambaran dan Tantangan Kepemimpinan Perempuan di Media di Indonesia” yang digarap Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara dan Kedutaan Belanda menjelaskan ketidakadilan gender yang terjadi di ruang redaksi. Dalam kondisi tersebut, jurnalis perempuan bisa menjadi korban atau malah bertindak sebagai agen perubahan. Riset ini didasarkan pada survei terhadap 258 jurnalis perempuan di 30 provinsi di Indonesia, diskusi kelompok terpusat, dan autoetnografi.

Digital Women Leaders menyediakan sesi pelatihan satu lawan satu selama tiga puluh menit. Isunya mencakup diskriminasi di tempat kerja, pelecehan, dan kesenjangan upah.

Totem Project, bekerja sama dengan International Women Media Foundation (IWMF), membuat kursus daring dalam berbagai bahasa.

 

Daftar Isi | 
Sebelumnya | Selanjutnya

 

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.