Cara Praktisi OSINT Amatir Membongkar Perang Rusia vs Ukraina

Perang Rusia vs Ukraina tak hanya jadi buruan media arus utama. Akun Twitter Intel Crab, nama alias yang digunakan Justin Peden, turut menelisiknya. Mahasiswa tahun kedua Universitas Alabama tersebut bahkan menjadi sumber informasi penting di jagat maya soal perang Ukraina vs Rusia.

Dari kamar asramanya, gadis 20 tahun itu mengumpulkan citra satelit, video TikTok, dan umpan keamanan. Ia menggunakannya untuk menelisik pergerakan pasukan dan model pesawat dan membagikan temuannya di Twitter. Peden mengatakan bahwa unggahannya telah menjangkau 20 juta orang dan jumlah pengikutnya telah meningkat lebih dari 50.000 orang selama sebulan terakhir. Saat ini akun Twitternya diikuti oleh lebih dari 245.000 akun. Ia menjadi salah satu praktisi investigasi sumber terbuka–beken dikenal dengan OSINT–paling terkemuka di Burung Biru.

“Ini (bertambahnya pengikut di Twitter) mengejutkan. Pasalnya, saya sudah sejak lama menjadi niche di Twitter dan internet,” katanya.

Peden mulai berkecimpung dalam penelitian sumber terbuka saat berusia 13 tahun. Ketika itu, Rusia menginvasi Krimea dan menyebabkan perang pecah di Ukraina timur. Dia mulai membuat akun Twitter, berpura-pura tinggal di Donbas, dan berjejaring dengan orang Ukraina yang tinggal di daerah tersebut. Peden kemudian berkomunikasi dengan mereka, menggunakan bantuan Google Terjemahan. Akun tersebut tak banyak berkembang dan hanya memiliki tak lebih dari 200 pengikut.

 

Sebelum Perang Rusia vs Ukraina

Peden bukan satu-satunya praktisi investigasi sumber terbuka yang getol memerhatikan konflik bersenjata. Banyak dari mereka berkumpul di server Discord seperti Project Owl, yang memiliki hampir 30.000 anggota. Mereka bertukar kiat soal pelacakan penerbangan dan radio gelombang pendek di berbagai momen. Mulai dari Gaza, Suriah, hingga Ukraina.

Beberapa pengamat menyebut bahwa peneliti sumber terbuka mulai bermunculan setidaknya sejak 2014. Mereka tersebar di banyak negara dan bekerja secara kolaboratif untuk memanfaatkan sumber daya seperti Google Maps dan layanan citra satelit Maxar Technologies. Pekerjaan yang dilakukan badan intelijen secara tertutup, sejak saat itu mulai dilakukan secara terbuka oleh dan untuk publik.

Menurut wawancara yang dilakukan Rest of World dengan empat peneliti sumber terbuka amatir, banyak pemerharti konflik bersenjata seperti Peden memiliki pekerjaan tetap. Ada yang bekerja di bidang teknologi informasi, berjualan perhiasan di Etsy, atau bahkan punya latar belakang militer.

“Saya hanya berpikir itu (investigasi sumber terbuka) adalah hal menarik dan saya punya waktu luang untuk melakukannya,” kata Calibre Obscura, kelompok peneliti sumber terbuka.

Obscura bermula pada 2017 sebagai respons atas kurangnya perhatian media arus utama terhadap konflik bersenjata seperti yang terjadi di Suriah. Pada awalnya, fokus ditujukan pada identifikasi jenis, asal, dan rantai pasokan, terutama di Timur Tengah.

Seperti banyak akun amatir yang punya banyak pengikut , Calibre Obscura tetap mempertahankan anonimitasnya. Langkah itu dilakukan untuk memisahkan kehidupan pribadinya sebagai profesional TI berusia 20-an di Inggris dari kehadirannya di internet yang memancing banyak perhatian.

Ciarán O’Connor, analis Institute for Strategic Dialogue, mengatakan banyak peneliti sumber terbuka amatir memulai karirnya ketika perang saudara terjadi Suriah pada 2011. Peran mereka semakin jelas ketika konflik di Ukraina timur terjadi pada 2014.

Para peneliti sumber terbuka menggunakan informasi yang dapat diakses secara bebas seperti umpan video keamanan dan citra satelit. Mereka juga membangun komunitas untuk berbagi kiat menemukan informasi dan bagaimana menganalisisnya. Informasi tersebut kemudian digunakan untuk melacak banyak hal seperti aktivitas militer dan aliran senjata. Akhirnya, para peneliti memublikasikan temuannya di platform media sosial seperti Discord, Twitter, dan Facebook.

Perbedaan memang ada antara komunitas profesional, seperti outlet investigasi Bellingcat dan penghobi seperti The Intel Crab yang tidak mendapatkan pelatihan formal. Meski demikian, Bellingcat sering menggunakan karya para peneliti amatir dalam investigasinya.

Bellingcat mengelola basis data berisi insiden selama perang Rusia vs Ukraina yang berpotensi menimbulkan kerugian sipil. Semua tautan di peta berasal dari sumber terbuka, dikumpulkan oleh peneliti Bellingcat, dan kemudian ditempatkan secara geografis oleh sukarelawan. (Gambar: Tangkapan layar)
Bellingcat mengelola basis data berisi insiden selama perang Rusia vs Ukraina yang berpotensi menimbulkan kerugian sipil. Semua tautan di peta berasal dari sumber terbuka, dikumpulkan oleh peneliti Bellingcat, dan kemudian ditempatkan secara geografis oleh sukarelawan. (Gambar: Tangkapan layar)

 

Sumber Informasi Perang Rusia vs Ukraina

Peneliti sumber terbuka kembali menjadi perhatian utama publik setelah perang Rusia vs Ukraina berkecamuk. Dengan menggunakan teknologi teranyar yang tersedia untuk publik, akun Twitter seperti The Intel Crab, Calibre Obscura, dan Aurora Intel menyuguhkan analisis waktu nyata mengenai pergerakan militer. Dua temuan penting akun-akun tersebut adalah penarikan pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina dan konvoi Rusia sejauh 40 mil di luar ibu kota Ukraina, Kyiv.

“Sangat mudah untuk membesar-besarkan pentingnya keberadaan Anda,” kata akun Calibre Obscura.

Perang Rusia vs Ukraina, diakuinya, membuat jumlah pengikut akunnya tumbuh puluhan ribu dalam beberapa minggu terakhir. Calibre Obscura juga bekerja sama dengan peneliti sumber terbuka amatir lainnya untuk membuat Ukraine Weapons Trackers. Hanya dalam waktu sebulan, akun Twitter tersebut sudah punya 400.000 pengikut.

Peden mengatakan peneliti sumber terbuka amatir menawarkan informasi teranyar soal konflik berkat ketersediaan informasi daring dan prevalensi media sosial di Ukraina. Jangkauan mereka telah memicu perdebatan tentang apa artinya bagi non-profesional untuk menjadi yang terdepan dalam perlombaan informasi.

“Akan selalu ada ketidakjelasan informasi dalam perang, tetapi sekarang tabir tersebut semakin tipis,” katanya. 

 

Komunitas dan Potensi

Penelitian sumber terbuka memang tampak terpecah dalam berbagai bidang. Namun, beberapa peneliti melihat dirinya sebagai bagian dari komunitas yang lebih luas.

“Setiap orang memiliki pemahaman unik mereka sendiri tentang dunia… dan mereka semua berkumpul serta memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan OSINT (investigasi sumber terbuka) kolaboratif ini,” ujar salah satu dari tiga peneliti di balik akun Twitter Aurora Intel. Akun yang berfokus pada Timur Tengah tersebut, baru-baru ini turut menelisik perang Rusia vs Ukraina. 

Bagi Aurora Intel, proses investigasi sumber terbuka seringkali lebih penting daripada temuan. Ketika mendapatkan temuan penting, pengelola kemudian memaparkannya dalam sebuah utas. Apabila di kemudian hari temuan tersebut diyakini memasukkan informasi yang salah, mereka akan menghapusnya.

“Menunjukkan bagaimana investigasi dilakukan dan memahami cara kerjanya adalah bagian yang penting,” kata salah seorang peneliti Aurora Intel.

Sementara itu, El Parece yang melacak konflik kartel di Meksiko, memahami bahwa sebagian besar konten yang diaksesnya bisa dibocorkan oleh penegak hukum atau aktor lain yang punya motif tersembunyi. Selain itu, analisis yang mereka unggah di media sosial mungkin tak sepenuhnya dipahami oleh para pengikut. Pasalnya, banyak dari mereka yang hanya tertarik pada hal yang bersifat sensasional.

“Setiap kali ada (konten mengenai) orang bersenjata, para pengikut hanya terfokus pada hal itu,” katanya.

O’Connor, analis Institute for Strategic Dialogue, mengatakan bahwa perang Rusia vs Ukraina bukanlah perang media sosial pertama. Namun, konflik tersebut telah membuat publik tertarik dengan penelitian sumber terbuka. 

“Ukraina tampaknya telah menarik perhatian dunia dan orang-orang mungkin membuat akun Twitter untuk terlibat dalam diskusi,” ujarnya.

Dia mengatakan ketersediaan rekaman beresolusi tinggi mengenai gerakan militer membuat komunitas sumber terbuka memainkan peran penting. Mereka memublikasikan hasil analisisnya dan kemudian diberitakan oleh media massa arus utama.

“Ini jelas menarik banyak perhatian dan menjangkau banyak orang,” kata O’Connor. Beberapa analis bahkan percaya bahwa analisis mereka digunakan oleh militer Ukraina.

Meski demikian, dia khawatir tentang dampak potensial dari akun-akun investigasi sumber terbuka yang menganalisis perang Rusia vs Ukraina. Salah satunya adalah cepat menyebarnya unggahan berisi informasi tidak tepat yang disebarkan oleh akun berpengikut banyak.

“Di tengah konflik bersenjata yang sangat aktif, ada juga pergolakan informasi yang terjadi secara daring,” katanya. (Penyadur: Kholikul Alim)

 

Artikel Terkait:


Leo Schwartz berdomisili di Mexico City dan menulis untuk Rest of World soal dampak teknologi tekhadap Amerika Latin. Fokus tulisannya adalah blockchain dan teknologi pengawasan. Dia pernah bekerja sebagai editor web di NACLA Report dan karyanya telah dimuat oleh The Washington Post, Columbia Journalism Review, dan The Nation.

Versi asli tulisan ini pertama kali diterbitkan oleh Rest of World dan diterbitkan ulang oleh Global Investigative Journalism Network (GIJN). Untuk menerbitkan ulang tulisan ini, Anda bisa menghubungi [email protected].

Cara Menggalang Dana untuk Jurnalisme Investigasi

Mencari pendanaan bagi organisasi jurnalisme bisa jadi tanggung jawab yang meresahkan, terutama jika organisasi tersebut tidak memiliki orang yang berpengalaman dalam penggalangan dana. Bagaimana cara mengatasinya?

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.