Jakarta, JARING.id – Tahun 2016 lalu, Eddy Hussy yang saat itu menjabat sebagai ketua umum Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) mengatakan bahwa harga material dan upah pekerja lah yang membuat harga properti melonjak setiap tahun.
“Bukan propertinya yang naik, tetapi penyesuaian harga kok,” katanya dalam sebuah wawancara dengan Tirto.id.
Selasa, 20 Maret 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) provinsi sejak tahun 2010 hingga 2017. IKK adalah indeks yang mengukur biaya konstruksi, termasuk bahan material dan biaya distribusi di satu daerah.
Biaya konstruksi inilah yang menjadi salah satu komponen penentu harga properti. Seperti kata Eddy, melonjaknya harga properti setiap tahun disebabkan oleh mahalnya harga material.
Dari data yang dirilis BPS itu, untuk pertama kalinya sejak tahun 2010, IKK mengalami penurunan hampir di semua provinsi.
Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya DKI Jakarta dan Sulawesi Utara yang tampak mencatatkan kenaikan IKK, Jakarta naik 5 persen dan Sulut naik kurang dari 1 persen. Rata-rata penurunan IKK di setiap provinsi mencapai 5 persen pada 2017.
Akan tetapi, penurunan ini belum mampu menahan laju kenaikan harga properti. Menurut Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia pada triwulan IV 2017, harga properti residensial di pasar primer tumbuh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Survei itu hanya dilakukan BI di 16 kota dan tak satu kota pun mencatatkan penurunan indeks harga properti di tahun 2017, rata-rata naik 0,55 persen. Kenaikan harga rumah terjadi pada semua tipe, terutama tipe menengah, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Bandar Lampung.
Serupa seperti pernyataan Eddy, dalam siaran resminya, BI juga mengatakan peningkatan harga rumah tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Padahal, di tahun itu, survei BPS menunjukkan penurunan IKK kecuali di Jakarta dan Sulawesi Utara.
Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers International Indonesia mengatakan IKK dan biaya konstruksi hanyalah salah satu faktor penentu harga properti.
“Ada banyak aspek lain yang menentukan harga properti, seperti harga tanah dan biaya pengurusan izin,” katanya kepada Jaring, Kamis (22/3). Jadi kalau IKK turun tapi harga tanah melonjak, maka harga properti tetap saja naik.
Papua Masih Tertinggi
IKK di Papua terus turun sejak 2015, tetapi jika dibandingkan provinsi-provinsi lain, ia masih menjadi provinsi dengan IKK tertinggi di Indonesia. Tahun 2017, IKK di provinsi paling timur Indonesia itu mencapai 229,82, turun 4 persen dari indeks pada tahun sebelumnya. Walaupun begitu, ia masih dua kali lipat angka IKK di Sulawesi Utara.
Sepanjang tahun 2010 sampai 2017, titik terendah IKK di Papua adalah tahun 2013, yakni 189. Selain tahun 2013, tidak ada satu tahun pun IKK Papua berada di bawah 200.
Kaitan IKK dan Dana Desa
Dalam hitung-hitungan besaran dana desa, IKK menjadi salah satu komponen penentu. Semakin tinggi IKK, semakin besar dana yang diperoleh satu desa, begitu juga sebaliknya.
Tahun ini, pemerintah mengalokasikan dana Rp 60 triliun yang dibagikan kepada 74.958 desa. Besaran dana yang diterima tiap desa berbeda-beda. Sebesar 77 persen dari total dana dibagi rata, dan 3 persen dibagi secara proporsional berdasarkan status desa tertinggal.
Ada 20 persen dana yang dibagikan berdasarkan jumlah penduduk miskin, luas wilayah, dan IKK. Dalam hal ini, bobot IKK mencapai 25 persen.
Pada 17 Maret lalu, media lokal di Lampung, Lampost.co, memberitakan bahwa dana desa di Kabupaten Way Kanan turun sebesar Rp 10 miliar pada tahun ini menjadi Rp 164 miliar. Menurut data BPS, IKK di Lampung memang turun 9 persen, dari 99,4 menjadi 90,09 pada 2017. (Wan Ulfa Nur Zuhra)