Penghilangan Paksa dan Penculikan Bermotif Politik

Daftar Isi
Sebelumnya | Selanjutnya
Ilustrasi pengilangan paksa (Ann Kiernan untuk GIJN)

Salah satu episode serial TV “Breaking Bad,” menampilkan adegan mayat yang dilarutkan dalam bak mandi berisi cairan asam. Dua karakter utama yang melakukannya adalah produsen sabu-sabu yang berusaha menghilangkan jasad musuhnya.

Detail mengerikan tersebut digunakan di Netflix untuk menambahkan efek dramatis. Namun, dalam kehidupan nyata, teknik semacam itu juga digunakan oleh pasukan keamanan dan kelompok kejahatan terorganisir.

Penghilangan paksa merupakan kejahatan yang melanggar hak asasi manusia, tetapi masih terus terjadi di berbagai negara. Pada awalnya, langkah ini digunakan dalam perang untuk mencegah mayat musuh dikembalikan ke tanah air mereka. Rezim otoriter juga menggunakannya sebagai taktik meredam pemberontakan (seperti yang terjadi di seluruh Amerika Latin pada 1970-an). 

Ada juga yang melakukan penghilangan paksa untuk menebar teror ketika perang saudara berkecamuk. Hal itu berlangsung di Spanyol, Bosnia dan Herzegovina, Rwanda, Suriah, dan Irak. Di kemudian hari, metode penghilangan paksa disempurnakan oleh kelompok kejahatan terorganisir.

 

Masalah Global

Penyelidikan mengenai penghilangan paksa bermula ketika seseorang dinyatakan hilang atau ketika mayat tak dikenal ditemukan. Para pelaku melakukannya untuk memperumit penyelidikan; membuat para korban tak bisa ditemukan, baik dalam kondisi hidup atau mati; atau mengaburkan kasus dengan membuatnya mirip dengan kejahatan lain seperti penculikan, perdagangan manusia, perekrutan paksa, atau pembunuhan.

Di negara-negara seperti Meksiko dan Guatemala, kelompok kejahatan mempelajari metode penghilangan paksa dan berbagai teknik kekerasan dari para agen pemerintah yang menangani pemberontakan atau terlibat dalam terorisme negara. Tekniknya merentang dari penyiksaan, pembunuhan, hingga penghilangan orang.

Bukti lain mengungkapkan bahwa di negara-negara dengan tingkat impunitas dan korupsi yang tinggi, para pelaku dilindungi negara dan aparat pemerintah terlibat dalam penghilangan paksa. Situasi tersebut acapkali diperumit oleh perdagangan narkoba dan aliran uang haram. “Munculnya industri narkotika di Amerika Selatan dan Amerika Tengah telah menghasilkan kombinasi berbahaya yang terdiri dari kartel narkoba, paramiliter sayap kanan dan sayap kiri, serta pasukan keamanan yang kejam,” tulis laporan International Commission on Missions Persons (ICMP) yang dirilis baru-baru ini. “Hal ini mengakibatkan menjangkitnya intimidasi, pembunuhan, dan penghilangan paksa,” lanjut laporan tersebut.

 

Kerugian

Menurut PBB, ratusan ribu orang telah hilang selama konflik atau periode penindasan yang terjadi di setidaknya 85 negara di seluruh dunia. Namun, karena banyak negara tidak punya laporan statistik dan tidak ada definisi internasional tentang kejahatan ini, tak ada data akurat mengenai jumlah orang yang hilang setiap tahun. 

Beberapa negara hanya menghitung korban penghilangan paksa yang dilakukan oleh aparat pemerintah. Ada juga negara yang menghitung penghilangan paksa yang terkait dengan kekerasan. Sementara itu, negara lain yang menghitung semua orang yang keberadaannya tidak diketahui, apapun penyebabnya.

Penghilangan jelas punya dampak merusak bagi keluarga korban, terutama dalam aspek pribadi dan emosional. Namun, ada juga dampak ekonominya. Sebuah penelitian di Australia memperkirakan komunitas merugi hingga US$1.770 per orang yang hilang. Angka tersebut mencakup biaya pencarian yang mesti dikeluarkan, hilangnya penghasilan saat anggota keluarga melakukan pencarian, biaya kesehatan, dan biaya hukum.

Ada banyak metode yang dilakukan dalam penghilangan paksa dan setiap daerah punya ciri khasnya masing-masing. Di tempat-tempat seperti Venezuela atau India, banyak pekerja di pertambangan gelap tak diketahui keberadaannya; di Filipina, hal ini menimpa orang-orang yang dianggap pemerintah sebagai penjahat atau pengedar narkoba; di Meksiko, korbannya adalah orang-orang yang terjebak dalam perebutan wilayah antarkelompok kejahatan; Anak-anak Vietnam hilang karena diselundupkan ke Eropa; beberapa nelayan yang diperbudak dalam industri makanan laut Thailand tidak pernah terlihat lagi; dan mafia Italia telah melarutkan jasad musuh-musuhnya dalam cairan asam.

 

Karakteristik

Banyak alasan yang melandasi penghilangan paksa. Mulai dari menghukum orang atau kelompok yang dianggap sebagai musuh hingga meneror masyarakat untuk mengendalikan orang dan wilayah tertentu. Para pelakunya kerap menyembunyikan pembunuhan dengan menghapus corpus delicti (tubuh korban dan bukti kejahatan lainnya) untuk menghindari perhatian polisi.

Penghilangan paksa adalah kejahatan yang tidak pernah berakhir. Sifat ketidakpastian akibat keberadaan korban yang tak diketahui memiliki kekuatan destruktif bagi para pencari korban. Mereka tak cuma kehilangan orang, tetapi kerap mengorbankan kesehatan, tabungan, ikatan sosial, stabilitas, rencana hidup, serta kesejahteraan emosional dan psikologis mereka. Selain keluarga, penghilangan paksa memengaruhi orang lain yang dekat dengan korban, dan menyebar ke seluruh komunitas. Di atas segalanya, impunitas berperan penting sebagai sumber dari reviktimisasi.

Tidak ada metode tunggal dalam jurnalisme investigasi tunggal yang bisa digunakan untuk menelisik masalah ini. Pasalnya, setiap kelompok kriminal beroperasi menurut aturan, kemampuan, dan konteksnya masing-masing. Lembaga negara juga kerap terlibat, baik secara langsung atau tak langsung, dan membuat kita sulit mendapatkan gambaran lengkap soal kejahatan ini.

Seorang pengunjuk rasa berbaris di Mexico City untuk menuntut keadilan dalam kasus hilangnya 43 siswa di Ayotzinapa. Kaosnya bertuliskan: “Kepedihan mereka adalah rasa sakit kita.” Gambar: Shutterstock.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa beberapa organisasi memiliki tim khusus yang bertugas menghilangkan orang secara paksa. Mereka memasukkan korbannya ke kamp kerja paksa, membunuh mereka, dan menyembunyikan mayatnya di bawah tanah, di dalam air, melarutkannya dalam cairan asam, atau mengkremasinya. Kekejaman mereka di luar imajinasi umum.

Berbagai karakteristik umum penghilangan paksa membuat liputan investigasi mengenai hal ini jarang berujung pada ditemukannya korban. Sebagian besar reporter hanya dapat membantu merekonstruksi konteks penghilangan, menunjukkan pola kejahatan, menyelidiki siapa korban dan pelaku, membahas bagaimana agen negara terlibat, menilai keberhasilan — atau kegagalan — penyelidikan yang dilakukan negara, dan mungkin memberi beberapa informasi baru mengenai peristiwa seperti tempat, motif, dan metode penghilangan.

Reporter harus menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan informasi. Pasalnya, pers tak punya akses seperti penegak hukum yang dengan mudah  masuk ke tempat pelaku ditahan, mewawancarai pelaku, menggali lokasi yang diduga sebagai pemakaman korban, atau melakukan analisis genetik dari mengidentifikasi korban.

 

Sumber

Mulailah investigasi dengan mengumpulkan berbagai berita, artikel, gambar, dan sumber lainnya untuk mendapatkan konteks kasus yang hendak diliput. Proses tersebut bisa dilakukan sembari menetapkan sudut liputan, mengidentifikasi sumber lain yang belum didapatkan, dan menganalisis risiko liputan.

Beberapa sumber berikut bisa digunakan untuk melakukan penelitian awal mengenai penghilangan paksa dan penculikan bermotif politik.

Sebelum melakukan reportase lapangan, penting untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang kelompok kejahatan yang beroperasi di wilayah tersebut. Ketahui juga latar belakang penegak hukumnya untuk mendeteksi adanya pola perlindungan yang mereka berikan terhadap kelompok kejahatan.

Jangan lupa untuk bersikap skeptis terhadap laporan media. Pasalnya, ada kemungkinan kalau berita yang dipublikasikan sudah disensor. Alih-alih mempercayainya, reporter bisa mencari sumber yang mengetahui dinamika dunia kriminal, memetakan pemangku kepentingan, menentukan narasumber dan waktu wawancara, serta menghitung risiko keamanan saat melakukan liputan.

 

  • Anggota Keluarga dan Orang Dekat Korban

Informasi awal mengenai kasus penghilangan paksa kerap kali sudah dimiliki oleh keluarga dan teman-teman korban. Mereka biasanya sudah melakukan penyelidikan awal.

Ketika mendekati dan mewawancarai keluarga dan orang dekat korban, reporter mesti melakukannya dengan penuh rasa hormat, empati, dan bijaksana. Berkonsultasilah dengan ahli untuk mengetahui cara melakukan wawancara tanpa membangkitkan trauma.

Reporter juga harus ingat bahwa peristiwa menyakitkan dapat memengaruhi ingatan. Kenangan mungkin terdistorsi seiring waktu atau terpengaruh oleh berita dan pendapat orang lain. Setiap kesaksian mesti dapat diverifikasi oleh bukti lainnya. Jangan memaksakan sebuah versi cerita dengan mengabaikan versi lainnya yang kontradiktif.

 

  • Saksi Mata

Ketika melakukan reportase lapangan, cari tahu saksi mata yang menyaksikan kejadian untuk menanyakan detail peristiwa.

 

  • Penyintas

Informasi yang paling berharga bisa datang dari orang-orang yang sempat ditangkap atau ditawan bersama korban. Namun, mereka mungkin takut untuk berbicara. Oleh sebab itu, reporter harus mengutamakan keselamatan narasumber dan menghindari reviktimisasi ketika mewawancarai mereka. Dalam banyak kasus, orang-orang yang dipindahkan secara paksa atau telah meninggalkan negara tempat mereka menjadi target penculikan, merasa lebih mudah untuk berbicara.

 

  • Lembaga 

Keluarga korban adakalanya mengorganisir dirinya dalam sebuah komunitas atau lembaga. Mereka mungkin memiliki informasi berguna, terutama yang terkait dengan pola penghilangan paksa dan penculikan bermotif politik.

 

  • Dokumen peradilan

Reporter bisa mewawancarai orang yang sedang dipenjara dan memiliki informasi mengenai jaringan kriminal yang diselidiki. Hal yang sama bisa dilakukan terhadap seseorang yang bersaksi melawan kelompok kejahatan tertentu. Satu hal yang mesti diingat: semua informasi harus diperiksa silang dengan sumber lain.

 

  • Permohonan Informasi Publik

Seringkali informasi yang dibutuhkan reporter bukanlah jenis informasi yang diterbitkan secara berkala. Untuk mendapatkannya, mereka harus mengajukan permohonan informasi publiik, baik di negara mereka sendiri atau di negara lain yang terkait dengan kasus tersebut.

 

  • Sumber terbuka lainnya

Telisik akun media sosial milik orang yang hilang dan cari petunjuk mengenai aktivitas, kontak, dan informasi berguna lainnya. Reporter bisa mengorganisir informasi-informasi tersebut dalam spreadsheet agar mudah dianalisis.

 

  • Polisi dan Jaksa

Mereka adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas penyelidikan resmi. Berhati-hatilah untuk tidak mempublikasikan detail yang dapat membahayakan penyelidikan, memberi petunjuk atau secara tidak sengaja membantu para pelaku, dan membahayakan para korban.

Saat berkonsultasi dengan polisi atau penegak hukum lainnya, hindari mengungkapkan informasi penting atau kecurigaanmu tentang kejahatan tersebut. Penegak hukum punya kemungkinan bekerja sama dengan para penjahat.

 

  • Ahli forensik independen

Mereka dapat membantu reporter untuk memastikan keabsahan dokumen dan memberikan pandangan tentang hal-hal tertentu, seperti keandalan prosedur pemerintah dalam memperoleh bukti.

 

Studi Kasus

How the US Triggered a Massacre in Mexico
ProPublica mengungkap bagaimana agen pemberantasan narkoba AS memicu pembantaian di Meksiko. Gambar: Tangkapan layar

Liputan ProPublica yang dirilis pada 2017 ini menceritakan pembantaian yang terkait dengan perdagangan narkoba di Allende, Meksiko. Puluhan orang dilaporkan hilang dalam peristiwa tersebut. Saat melakukan liputan, tim investigasi berbicara dengan para korban dan saksi, serta mengumpulkan rekaman panggilan 911 dan dokumen resmi lainnya. Liputan dilakukan di Meksiko dan Amerika Serikat untuk merekonstruksi apa yang terjadi, menghitung berapa banyak orang yang hilang, dan menceritakan kisah-kisah mereka.

 

Slave Work in the Fishing Industry

Wartawan AP diajak sebuah LSM ke pulau terpencil di Indonesia yang merupakan lokasi penahanan 2.000 pekerja. Mereka diperbudak dan kehilangan kontak dengan para anggota keluarganya. Para reporter mewawancarai dan mengikuti orang-orang yang kembali ke rumah untuk mendapatkan cerita personal. Liputan ini juga mendokumentasikan kuburan rahasia tempat para korban dimakamkan dengan nama palsu. Pihak berwenang Indonesia merespons investigasi dengan menyelamatkan para pekerja yang diperbudak dan menahan para penculik. Liputan ini memenangkan penghargaan Pulitzer 2016.

 

Gone: Inside Families’ Risky Search to Uncover the Truth

Sembilan keluarga Meksiko menemukan orang yang dicintai di kuburan rahasia di pinggiran kota pelabuhan Veracruz di Meksiko. Tim investigasi Globe and Mail membuat model kuburan 3D dan menggabungkannya dengan gambar lokasi serta kesaksian sukarelawan yang menggali kuburan. Liputan ini dirilis pada 2020.

 

Tips dan Perangkat

Bertindak Cepat, tetapi Lakukan Tindakan Pencegahan

Sangat penting untuk mendapatkan informasi di jam-jam awal kehilangan dilaporkan. Korban bisa saja meninggalkan petunjuk penting di media sosial atau melalui pesan teks. Keterangan saksi dan rekaman kamera di sekitar lokasi yang dicurigai sebagai tempat kejadian juga lebih mudah didapatkan. Ketika mendapatkan akses ke rekaman kamera keamanan, jangan membawa aslinya, tetapi buat salinannya. Pasalnya, reporter bukan penegak hukum yang bisa menguasai barang bukti.

 

Gunakan Teknologi Geolokasi

Setelah mendapat izin dari keluarga korban, coba pastikan apakah korban menggunakan telepon mereka untuk mengetahui apakah korban menerima panggilan sebelum atau sesudah penghilangan. Biasanya, pemerintah akan mengumpulkan daftar panggilan, mengidentifikasi antena telekomunikasi terdekat, dan menetapkan kemungkinan radius lokasi kejadian sebagai bagian dari penyelidikan. Di beberapa negara, informasi tersebut diberikan kepada keluarga dan jurnalis bisa mendapatkannya melalui mereka.

Beberapa perempuan Meksiko yang kemudian hilang atau dibunuh, duduk di luar bar hotel di Juárez dan tertangkap jepretan Google Street View 2009. Gambar: Tangkapan Layar (Google Street View)

 

Gunakan Google Earth, Google Street View, dan Citra Satelit

Alat ini memungkinkan reporter untuk melihat area yang sulit diakses atau berada di bawah kendali kelompok kriminal. Di Juárez misalnya, gambar Google Street View yang direkam pada 2009, menangkap sekelompok perempuan muda (kemudian dilaporkan menghilang) yang berdiri di luar sebuah hotel tempat puluhan orang menjadi sasaran perdagangan seksual. Drone juga dapat digunakan. Namun, sebelum menggunakannya di tempat-tempat yang dikuasai kelompok kriminal, reporter harus menimbang risikonya dengan cermat terlebih dahulu.

 

Verifikasi Dokumen dan Pernyataan

Informasi forensik atau laporan yang diperoleh melalui situs resmi milik pemerintah atau wawancara, bisa saja salah. Ketahuilah bahwa informasi tersebut dapat dimanipulasi dan sarat konflik kepentingan. Carilah ahli yang dapat membantu menganalisis dan memverifikasi dokumen dan informasi forensik.

 

“Pancing” Informasi dan Tunggu

Dalam kasus tertentu, reporter bisa mempublikasikan beberapa temuan awal untuk “menarik” sumber-sumber baru dan “memancing” informasi lebih lanjut. Apabila publik tahu bahwa investigasi sedang dilakukan, beberapa orang mungkin bakal termotivasi dan berani berbicara.

 

Hati-hati Menindaklanjuti Temuan

Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan ketika mayat orang yang hilang telah ditemukan, bahkan ketika beberapa hal seperti pakaian, tato, atau dokumen pribadi cocok dengan identitas orang yang dilaporkan hilang. Memublikasikan informasi ini tanpa konfirmasi genetik atau validasi ahli, akan merugikan keluarga dan mengkhianati kepercayaan mereka terhadap dirimu.

 

Keamanan

Tetapkan protokol yang jelas untuk keamanan fisik, psikologis, dan digital. Ketahui cara paling aman untuk berkomunikasi dengan sumber dan melindungi informasi sensitif.

Meliput isu orang hilang juga bisa membuat sedih dan frustasi. Pasalnya, reporter mungkin harus berhadapan dengan gambar mayat dan penyiksaan atau mewawancarai orang-orang yang mengalami trauma. Penting untuk memiliki jaringan pendukung yang bisa dipercaya. Untuk kasus yang kompleks, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli jiwa.

 

Kesimpulan

Menyelidiki orang hilang bukanlah hal mudah. Kekerasan dan impunitas yang dinikmarti para pelaku mengharuskan jurnalis adalah memikirkan konsekuensi yang mungkin timbul setelah publikasi. Sumber yang diwawancarai dan para korban adalah kelompok yang bisa jadi paling terdampak. Oleh sebab itu, selalu evaluasi ketika berbicara dengan sumber dan tanyakan apakah mereka bersedia mengambil risiko tersebut dan pikirkan cara untuk meminimalisirnya.

Prioritas reporter adalah memperoleh informasi berharga dan memastikan bahwa publikasi liputan tak berdampak buruk pada para korban. Ingatlah untuk selalu menjaga keamanan sumber, penyelidikan, dan dirimu sendiri. (Penerjemah: Kholikul Alim)


Sebelumnya | Selanjutnya

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.