Memeriksa Video yang Viral di Media Sosial

Anda mungkin mendapati sebuah foto atau video yang viral di sosial media. Padahal, keduanya bisa jadi palsu atau manipulatif. Kali ini, kami akan memaparkan cara melacak konten semacam itu dengan menggunakan CrowdTangle dan Echosec. Perangkat tersebut berfungsi untuk menemukan konten yang diunggah pengguna (User Generated Content/UGC) di Twitter, Facebook, dan Reddit. Beberapa alat lain yang dapat digunakan wartawan untuk mengeruk konten Facebook, meskipun Facebook menonaktifkan pencarian grafik pada Juni 2019, juga bakal dibahas secara singkat.

 

CrowdTangle

Mari memulai dengan alat yang bisa digunakan jurnalis untuk menemukan konten populer di media sosial. Wartawan yang hendak menginvestigasi disinformasi di Facebook misalnya, bisa menggunakan BuzzSumo atau CrowdTangle milik Facebook. Alat-alat ini membantu pengguna untuk melihat beberapa konten, semisal foto atau video yang viral di sosial media. Beberapa data terperinci juga diberikan untuk membantu mengidentifikasi halaman Facebook, akun Twitter, dan banyak hal lainnya yang terkait dengan penyebaran konten viral tersebut.

CrowdTangle memiliki ekstensi Google Chrome gratis yang tersedia untuk umum. Namun, fungsinya terbatas. Platform ini mampu membuat database yang dari halaman publik dan grup Facebook, serta akun Instagram yang bersifat publik. Perlu digarisbawahi kalau tidak semua halaman publik (tidak diatur dalam mode pribadi oleh pemilik akun) di Facebook dan Instagram ada di platform ini. Beberapa yang ditambahkan secara otomatis adalah:

  • Halaman dan grup Facebook publik yang disukai, diikuti, atau beranggotakan 100.000 atau lebih pengguna. 
  • Untuk grup publik yang berbasis di AS, menurut kepala peneliti CrowdTangle Naomi Shiffman, hanya diharuskan memiliki 2.000 anggota untuk ditambahkan secara otomatis. 
  • Untuk Instagram, platform ini secara otomatis menambahkan semua akun publik dengan 75.000 pengikut atau lebih
  • Semua profil publik Facebook dan Instagram yang diverifikasi.

Meski demikian, pengguna dapat menambahkan halaman atau grup Facebook publik apa pun secara manual. Hal yang sama berlaku untuk akun Instagram.

CrowdTangle juga dapat digunakan untuk Reddit dan Twitter. Namun, saya lebih suka menggunakan Echosec atau alat pengkodean sumber terbuka seperti TWINT dan rtweet package untuk RStudio pada kedua platform tersebut. Pasalnya, pilihan itu memungkinkan Anda mendapatkan data mentah yang tidak disaring oleh pihak ketiga. (Untuk tutorial menggunakan rtweet untuk menambang data Twitter, lihat lokakarya Michael W. Kearney dari University of Missouri.)

Sekarang, mari mempelajari cara menggunakan CrowdTangle.

Sebagai contoh, saya menelusuri halaman Facebook Berita Terbaru Jokowi dan ingin menelisik soal video Denny Siregar yang ditajuki “FIRLI VS NOVEL, ADU KEKUATAN DI KPK | MARI KITA BONGKAR…”. Untuk mengetahui bagaimana konten ini menyebar, Anda dapat mengunduh file berformat .csv dengan mengeklik tanda segitiga yang ada di pojok kanan atas. Dari file yang diunduh, data mengenai akun yang pertama kali mengunggah, siapa yang menyebarkannya, dan berapa jumlah interaksi dalam setiap penyebaran bisa terlihat.

Langkah tersebut berguna untuk mengetahui asal-muasal suatu konten. Hal yang mesti digarisbawahi: CrowdTangle tidak dapat memberi tahu Anda secara pasti dari mana sebuah konten pada awalnya muncul. Pasalnya, data awal dalam platform ini didasarkan pada waktu pencatatan dalam database pertama kali, bukan waktu konten pertama kali muncul dalam Facebook. Namun, data tersebut memberi Anda informasi tentang bagaimana sebuah konten mulai menyebar di media sosial.

Penelisikan lebih lanjut mungkin dapat menemukan asal konten tertentu. Hoaxy yang dipakai Craig Silverman dari BuzzFeed bisa digunakan untuk melakukannya.

 

Menemukan konten UGC yang terpendam di Facebook

Pada beberapa kasus, jurnalis tidak membutuhkan konten populer yang telah dibagikan secara luas. Sebaliknya, mereka mungkin mencari konten yang terkubur di platform sosial media, konten yang menunggu ditemukan.

Sebagai contoh, jurnalis yang mencoba memverifikasi serangan udara dalam konflik bersenjata ingin menemukan konten UGC yang tidak banyak dilihat dan dibagikan secara luas. Perangkat seperti CrowdTangle tidak akan banyak membantu dalam kasus tersebut. Dulu, ketika mencari konten Facebook tertentu, Anda bisa menggunakan alat berbasis pencarian grafik — seperti Who Posted What?, graph.tips, atau Facebook Graph Searcher dari Intelijen X — yang memanipulasi struktur URL Facebook untuk menemukan konten yang cocok dengan parameter tertentu.

Namun, Facebook memblokir akses ke pencarian grafiknya pada tahun 2019. Walhasil, banyak fungsi pencarian tidak dapat dioperasikan. Sekarang, Anda harus berusaha sedikit lebih keras dengan beberapa langkah tambahan untuk melakukan penelisikan.

Who Posted What? adalah alat gratis untuk menemukan nomer ID Facebook yang kemudian bisa dipakai untuk pencarian konten yang diunggah pengguna tersebut dengan menggunakan graph.tips. Sebagai contoh, saya mencoba mencari informasi tentang serangan udara di Sarmin, Kegubernuran Idlib, Suriah, pada 9 April 2017. Agar pencarian lebih efektif, saya menggunakan nama dalam bahasa Arab untuk kota tempat serangan udara terjadi. Nama tersebut kemudian dimasukkan ke dalam Who Posted What? Supaya lebih spesifik, tanggal pencarian dibatasi pada tanggal terjadinya serangan.

Berikut tangkapan layar yang dihasilkan dari pencarian tersebut.

Meskipun Facebook telah mengurangi kemampuan penelusuran melalui pencarian grafik, masih ada cara untuk menemukan konten yang Anda cari. Perangkat sumber terbuka yang sudah disebutkan di atas dan mesin pencari media sosial Loránd Bodó bisa dipakai. Beberapa perangkat berbayar seperti Echosec, X1 Social Discovery, dan Samdesk juga bisa dicoba. Namun, biayanya mahal.

Anda juga bisa menggunakan pencarian lanjut Google untuk melakukan riset sosial media. Hal ini sudah banyak diulas oleh GIJN

 

Echosec

Echosec adalah perangkat berbayar yang menarik data dari sosial media seperti Twitter, YouTube, Reddit, Medium, Gab, Discord, 4chan, serta situs media sosial Rusia VK (VKontakte) dan OK (Odnoklassniki). Fitur area of interest (AOI) memungkinkan pencarian unggahan dengan geotag. Pengguna dapat menentukan lokasi pencarian dalam sebuah peta dengan menggunakan mouse atau memasukkan lokasi dengan mengetiknya ke dalam kotak pencarian.

Sebagai contoh, saya ingin mencari video yang terkait dengan insiden 1 Juni di Washington, DC. Ketika itu, aparat menembak pengunjuk rasa dengan gas air mata di alun-alun antara Gereja St. John dan Lafayette Square agar Presiden AS Donald Trump bisa melalui area tersebut dan mengambil foto.

Langkah yang saya lakukan adalah menentukan AOI di sekitar area tersebut dan menambahkan kata kunci “Trump”. Periode pancarian juga dibatasi pada tanggal 1 Juni dan setelahnya. Pencarian tersebut memunculkan hasil seperti ini:

Lantaran terlalu banyak video yang muncul dari hasil pencarian, saya menentukan AOI yang lebih kecil di area sekitar Lafayette Square. Hasilnya, pencarian mengerucut pada sepuluh video.

Jurnalis bisa menggunakan alat ini untuk menemukan konten, seperti video atau foto dalam lokasi dan waktu tertentu. Langkah tersebut memudahkan verifikasi. Untuk mempelajari tips lain soal verifikasi konten UGC, Anda bisa mengakses kursus pelatihan dasar dan lanjutan dari First Draft, organisasi nirlaba yang memerangi misinformasi dan disinformasi. (Brian Perlman/Penerjemah: Kholikul Alim)

 

Artikel Terkait:


Brian Perlman adalah Assistant Editor di GIJN. Beberapa bidang yang menjadi keahliannya yakni riset pelanggaran HAM dengan menggunakan forensik digital, data science, dan teknik sumber terbuka. Ia lulus dari UC Berkeley Graduate School of Journalism dan sempat bekerja untuk Human Right Center di Berkeley Law.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan oleh Global Investigative Journalism Network (GIJN) dan ditajuki GIJN Toolbox: CrowdTangle, Echosec, and Searching Social Media. Penyebarluasan tulisan ini berada di bawah lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International. Jaring bekerjasama dengan GIJN untuk mengalihbahasakan dan mempublikasikan secara berkala artikel-artikel GIJN untuk pengembangan kapasitas jurnalisme investigasi di Indonesia. Untuk menerbitkan ulang tulisan ini, Anda bisa menghubungi [email protected].

Manajemen Proyek: Jurnalisme Kolaboratif

Semua dimulai oleh Associated Press, sebuah agensi berita nirlaba yang didirikan oleh enam surat kabar Amerika pada pertengahan abad 19. Kolaborasi ini memungkinkan para anggotanya

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.