Memasuki Ukraina, Dua Tahun Setelah Serangan Rusia

Ukraina, dua tahun setelah diinvasi Rusia pada 24 Februari 2022 adalah sebuah potret kebangkitan. Jalan-jalan telah diperbaiki. Rumah-rumah yang rusak mulai dibangun. Puing reruntuhan hampir tak lagi tersisa. Di tengah usaha membangun ulang, bangkai tank dan rudal di alun-alun Katedral Saint Michael dibiarkan. Dijadikan monumen peringatan, bersama dengan deretan foto-foto korban di sejumlah tempat keramaian, juga reruntuhan jembatan Irpin—yang dibom tentara Ukraina pada 25 Februari 2022 untuk menghalau Rusia menuju Kyiv.


Rumah Yuliya Vyshnevetska luluh lantak akibat serangan pasukan Rusia di Lyman, Donetsk Oblast, Ukraina pada akhir musim dingin dua tahun lalu. Bersama dengan belasan orang lainnya, dia bermigrasi ke Lviv yang jaraknya sekitar 1240 km–kurang lebih sama dengan jarak Jakarta ke Riau. Kota yang berbatasan langsung dengan Polandia tersebut jadi salah satu tempat perlindungan sementara para pengungsi sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.

“Saya mau pulang, tapi tidak punya rumah lagi sekarang. Mereka menghancurkannya dengan tank,” ujarnya menggunakan Bahasa Ukraina seperti diterjemahkan oleh Yulia Volfovska dari organisasi non-pemerintah, Ukraine Crisis Media Center (UCMC), Sabtu, 24 Februari 2024.

Dua bulan sejak menjejakkan kaki ke Lviv, Yuliya tinggal di apartemen modular di Distrik Skyhiv bersama anak perempuannya. Sebelum disusun di lokasi, komponen hunian tersebut terlebih dahulu dicetak di Polandia. Dari luar, bentuknya tampak seperti garasi (pit) pebalap di Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.

Setiap keluarga pengungsi menempati ruangan berukuran 3×6 meter, dengan tinggi plafon sekitar 2 meter. Apartemen modular dibangun bertingkat dua. Di setiap lantai, lorong berkelir putih memisahkan 22 tempat tinggal. Dapur bersama berukuran 9×6 meter diletakkan di bagian tengah. Sementara itu, kamar mandi bersama terletak tak jauh dari pintu masuk bangunan. Ada 5 bilik shower, pemanas ruangan dan air, serta 2 wasbak persegi panjang dengan 6 keran air di dalamnya. 

Apartemen modular juga dilengkapi dengan playground dan ruang kelas. Sampai saat ini sedikitnya telah dibangun 8 blok permukiman di lokasi tersebut. Menurut Kepala Administrasi Rumah Modular, Olei Fedoy, biaya pembangunan rumah modular ditanggung oleh pemerintah Polandia. “Tinggal di sini gratis,” terang Olei saat mengantar saya melihat permukiman modular bersama sejumlah jurnalis dari pelbagai negara di Asia, antara lain Malaysia, Filipina, dan India. 

“Kamar mandi laki-laki dan perempuan terpisah di setiap ujung bangunan. Kebutuhan makanan dikasih Gereja atau NGO, tapi penghuni bisa juga masak sendiri,” lanjutnya.

Permukiman modular tersebut kini ditinggali sekitar 1400 orang dari pelbagai daerah yang berbatasan langsung dengan Rusia. Ketika temperatur udara tak mau jauh-jauh dari titik beku seperti yang terjadi pada akhir Februari lalu ketika kami berkunjung, banyak penghuni memilih berkumpul di dapur umum. Salah satunya adalah Yuliya.

Ia mengaku lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur umum ketika tidak ada kegiatan sosial maupun peribadatan di Gereja. Saat ditanya soal Presiden Rusia Vladimir Putin, dia memejamkan mata sebelum menjawab dengan mata menyala-nyala.

“Saya mau Ukraina menang. Dan saya mau kembali ke kehidupan saya sebelum ini. Saya mau menangkap Putin. Ukraina butuh lebih banyak lagi senjata,” ucap perempuan dengan penutup kepala biru yang hampir lupa berapa umurnya saat ini. Orang-orang yang tahu, menyebut Yuliya berumur 86 tahun.

Apartemen modular di Lviv, Ukraina menjadi tempat tinggal sementara ribuan pengungsi perang, Rabu, 21 Februari 2024. (Foto: Damar Fery Ardiyan)
Apartemen modular di Lviv, Ukraina menjadi tempat tinggal sementara ribuan pengungsi perang, Rabu, 21 Februari 2024. (Foto: Damar Fery Ardiyan)

****

Pertempuran di Timur Ukraina, Lyman—tempat tinggal Yuliya, antara pasukan Ukraina dan Rusia telah terjadi sejak 2014. Perang di antara dua pihak yang bertahun-tahun berbagi sejarah yang sama tersebut merupakan sejarah berulang. “Saya teringat perang dunia ke-2,” ungkapnya. 

Selama invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022 lalu, Lyman telah menjadi tempat pertempuran sengit. Jalan-jalan sepi dipenuhi puing-puing, di sepanjang sisinya gedung-gedung hangus terbakar. Kota yang hampir hancur itu sempat dikuasai Rusia pada Mei 2022, sebelum direbut kembali oleh pasukan Ukraina.

Akibat pertempuran itu sebagian besar dari sekitar 20 ribu penduduk Lyman mengungsi, termasuk Yuliya. Banyak pula diantaranya yang menjadi korban. “Saat itu saya banyak menangis,” katanya.

Hingga Februari 2024 ini, sekitar 18% wilayah Ukraina masih berada di bawah pendudukan Rusia. Wilayah ini mencakup Semenanjung Krimea yang dianeksasi pada Maret 2014 serta sebagian besar Donetsk dan Luhansk di Timur Ukraina yang direbut Rusia tak lama setelahnya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut sebanyak 31 ribu tentara tewas selama invasi Rusia ke Ukraina. Guna memberikan penghormatan, pemerintah, juga masyarakat Ukraina membangun papan peringatan untuk mengenang korban perang di banyak lokasi, terutama di daerah yang dilintasi iring-iringan pasukan Rusia di sepanjang Barat Laut Kyiv, seperti Borodyanka, Bucha, Irpin, Horenska, Ivankiv, dan Moshchun.

Di dalam lambung sebuah gereja katolik abad ke-16, Sts. Apostles Peter dan Paul Garrison di Lviv, misalnya, foto para korban dipajang di samping kiri area sakral peribadatan. Sementara di Ibu Kota Kyiv, pengunjung meletakkan foto, bunga, dan bendera di dinding peringatan sepanjang 100 meter yang terletak tak jauh dari alun-alun Katedral Saint Michael. Sekitar 8 menit berjalan kaki dari sana terdapat jutaan karangan bunga dan bendera Ukraina tertancap di taman sekitar Tugu Kemerdekaan Maidan Nezalezhnosti.

Monumen peringatan perang paling besar adalah bangkai jembatan yang menghubungkan antara Irpin dan Bucha di Romanivka. Alih-alih memperbaiki jembatan di atas Sungai Irpin tersebut pemerintah Ukraina membangun jembatan baru persis di samping reruntuhan jembatan lama. Jembatan ini sebelumnya sengaja dihancurkan tentara Ukraina pada 25 Februari 2022 guna mencegah pasukan Rusia merangsek lebih dalam ke jantung ibukota. 

Salah satu gedung perumahan di Borodyanka masih menyimpan jelaga arang saat pesawat Rusia menjatuhkan bom. Bangunan berlantai lima tersebut hancur sebagian, menyisakan lubang sedalam lebih dari 3 meter, serta puing-puing bangunan, buku-buku, dan pelbagai perabot rumah tangga yang tak lagi digunakan. Reruntuhan di Distrik Borodyanka ini menjadi sebagian bukti dampak buruk perang Ukraina-Rusia.

“Pada 1 Maret 2022, pesawat Rusia melepaskan bom. Ada sekitar 48 orang di dalam bangunan. Beberapa meninggal. Para korban juga ada yang ditembak di lutut dan belakang kepalanya,” ungkap salah satu penghuni, Natalia Buzovetska. Di reruntuhan ini pula, seniman mural anonim Banksy menggambar seorang anak kecil berseragam judo membanting orang dewasa yang diyakini representasi dari Presiden Rusia Putin.

Tembok peringatan korban perang di Kyiv, Ukraina terletak tak jauh dari Biara Kubah Emas Santo Mikhael, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Damar Fery Ardiyan)
Tembok peringatan korban perang di Kyiv, Ukraina terletak tak jauh dari Biara Kubah Emas Santo Mikhael, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Damar Fery Ardiyan)

Sementara di Desa Moshchun, warga setempat membangun petilasan sederhana untuk mengenang para korban tewas dengan menyematkan foto mereka, perempuan dan laki-laki, pada deretan pohon-pohon pinus. Di antaranya adalah Kvasha Nina Petrovna yang di satuannya dipanggil “Amazon.” Perempuan kelahiran Desember 1998 itu tewas pada 13 Maret 2022. Sementara Yevdokimova Angelina Volodymyrivna tewas 4 bulan sebelum berulang tahun ke-23 pada 28 Februari 2022.

Jaring.id tiba di Moshchun pada akhir Februari lalu, beberapa hari sebelum peringatan dua tahun invasi Rusia. Seperti kota lain di sekitar Kyiv, pedesaan yang terletak di sebelah barat Ibukota Kyiv ini berada di jalur serangan Rusia. 

Vadym Zherdetskyi, Kepala Desa Moshchun masih ingat betul bagaimana konvoi tentara Rusia saat itu menembaki, membakar, melemparkan bom, dan memuntahkan mortir ke permukiman warga. Salah satu peledak yang dilancarkan tentara Rusia berisi logam berbentuk tabung, persis seperti per keong yang dibuat rapat dan bergerigi agar mudah pecah menjadi kepingan-kepingan kecil ketika diledakan. “Tentu kami takut,” ujarnya, Sabtu, 23 Februari 2024.

Meski begitu, kata Vadym, penduduk di desanya tak sedikit yang berbondong-bondong membantu pertahanan. Saat orang dewasa menggali parit persembunyian, perempuan dan anak-anak meramu bom yang disebut koktail Molotov dengan bahan seadanya. Dari desa ini pula pelbagai bantuan didistribusikan ke desa-desa lain yang terendam banjir akibat peledakan bendungan Kozarovichi yang dilakukan sengaja agar permukaan air Sungai Irpin naik. “Tentara Ukraina baru sampai sini pada malam 24 Februari 2022,” terangnya.

Setelah Rusia mundur desa kecil yang terletak tak jauh dari Kyiv ini dijuluki sebagai “perisai” oleh Presiden Zelensky. Presiden menilai Moshchun berperan sentral dalam membebaskan Kyiv dari upaya pendudukan Rusia pada 2 April 2022. “Setelah mempertahankan Moshchun, kami bertahan. Ibu kota kami tidak jatuh. Kyiv bertahan, dan seluruh Ukraina bertahan,” kata Zelensky pada akhir Maret 2023.

Hampir dua tahun setelah invasi Rusia warga Desa Moschun berangsur bangkit. Sejumlah anak terlihat menenteng tas sekolah. Sementara para orangtua mulai memperbaiki rumahnya. Mulai dari memasang atap berbahan asbes, kusen dan pintu, sampai memfungsikan kembali pemanas, maupun perapian. Dari kejauhan terlihat 1-2 cerobong rumah yang sudah mengepulkan asap.

Saat kami mengunjungi desa ini pada Jumat, 23 Februari lalu terlihat sebagian kecil rumah tinggal yang terletak di sisi jalan masih berupa puing-puing bangunan. Di temboknya ada lubang bekas peluru dan jelaga. Pecahan bata dan kaca terlihat berceceran di sekitar bangunan. Tiap rumah rusak atau sedang diperbaiki ditutupi pagar seng berwarna hijau atau merah. Beberapa di antaranya telah rampung. Sementara pedestrian masih dalam proses perbaikan. “Kami merenovasi berkat dukungan pelbagai pihak, termasuk lembaga nirlaba,” ujar Vadym.

Berdasarkan laporan RebuildUA dan KSE Institute—sebuah lembaga dari Kyiv School of Economics, tentang infrastruktur Desa Moschun menunjukkan bahwa sekitar 2 ribu bangunan rusak di Moschun selama perang. Kerusakan paling banyak menimpa tempat tinggal, terdiri dari 1964 unit rumah, serta bangunan dan pertanian, 24 bangunan industri, 11 infrastruktur sosial, juga berdampak terhadap sekolah, gereja, rumah budaya, dan kantor pos. Sementara kerugian ditaksir mencapai lebih dari 37,3 juta US Dollar, sekira hampir Rp 600 miliar.

Pemandangan kehancuran seperti di Moshchun juga mewarnai berbagai sudut kota lain. Irpin adalah kota yang menjadi garis pertahanan Kyiv. Jaraknya hanya 5 kilometer. Saat perang terjadi, sekitar 95 persen dari 100 ribu orang yang ditinggal di Irpin dievakuasi. “Kami juga mengevakuasi warga dengan kereta api selama tiga hari sebelum pesawat menjatuhkan bom,” ujar Oleksandr Markushyn, Walikota Irpin saat ditemui di samping gedung bata ekspos setinggi 10 lantai yang rusak imbas perang.

“Saya bisa menunjukkan video bagaimana dua anak, dan seorang wanita, serta sukarelawan terbunuh,” lanjutnya sembari mengeluarkan ponsel dari saku celana sore itu.

Menurut Oleksandr, Kota Irpin mengalami banyak kerugian setelah invasi Rusia. Pertempuran tank di jalan raya mengakibatkan sekitar 70 persen atau sekitar 1000 bangunan rusak, fasilitas umum hancur, sementara pertempuran infanteri menggunakan alat berat artileri dan mortir membuat sekitar 50 tentara dan 300 warga sipil meninggal. “Jalan tempat kita berdiri sekarang semuanya hancur,” kata dia.

Rumah-rumah telah diperbaiki di Irpin, Ukraina, Kamis, 22 Februari 2024. Seperti Borodyankan, Irpin adalah daerah yang dilewati pasukan Ukraina saat berupaya masuk ke Ibukota, Kyiv. (Foto: Damar Fery Ardiyan)
Rumah-rumah telah diperbaiki di Irpin, Ukraina, Kamis, 22 Februari 2024. Seperti Borodyankan, Irpin adalah daerah yang dilewati pasukan Ukraina saat berupaya masuk ke Ibukota, Kyiv. (Foto: Damar Fery Ardiyan)

Saat ini Kota Irpin telah dibangun kembali. Beberapa pekerja terlihat sedang membangun rumah tinggal yang berada di samping jalan raya. Menurut walikota, Irpin setidaknya membutuhkan dana sekitar $1 miliar USD atau sekira Rp 15.5 triliun untuk merekonstruksi seluruh bangunan yang rusak akibat perang. Dana tersebut bersumber dari anggaran pemerintah, termasuk bantuan dari mitra negara-negara Eropa. “Rumah-rumah sedang dibangun kembali. Saat itu semuanya dihancurkan dan sekarang semuanya direnovasi,” jelasnya.

Beberapa kota lain di bagian utara Ukraina—tak jauh dari perbatasan Belarus, adalah Chernihiv. Saling serang antara Rusia dan Ukraina di kota itu berlangsung hingga akhir 2023 lalu. Pada Sabtu, 19 Agustus 2023, serangan rudal Rusia ke alun-alun kota mengakibatkan 7 orang tewas—termasuk seorang anak usia 6 tahun, dan lebih dari 100 lainnya luka-luka. Pemerintah Kota Chernihiv menyebut ada sekitar 683 orang, 1.339 luka-luka, dan 13.594 bangunan rusak selama Rusia menginvasi Ukraina.

Di antara bangunan yang rusak ialah gedung bioskop tertua yang merupakan peninggalan perang dunia ke-2 pada 1930-an. Gedung yang kini menjadi pusat kepemudaan atau Chernihiv Regional Youth Center hancur akibat misil Rusia. Daya ledak yang ditimbulkan hampir meruntuhkan seluruh bangunan, kecuali fasad. Saking kuatnya ledakan mengakibatkan tanah terkeruk sedalam 2 meter, sementara diameternya kurang lebih sepanjang 4 meter. 

Guna memperbaiki bangunan tersebut sedikitnya memerlukan dana sebesar 5 juta USD atau sekira Rp 78,5 miliar. Direktur Chernihiv Youth Center, Irina Simonova berharap renovasi gedung yang dirudal pasukan Rusia pada akhir Februari 2022 itu bisa segera selesai. “Mudah-mudahan bisa segera beroperasi lagi,” ucapnya.

****

Agresi militer Rusia terhadap Ukraina pada 2022 lalu tak diragukan telah berdampak massal. Ia tidak hanya merenggut banyak nyawa dari kedua belah pihak, menghancurkan kota-kota, merusak perekonomian, mengoyak tanah-tanah ladang, tetapi juga melumat ekosistem lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Kementerian Perlindungan Lingkungan dan Sumber Daya Alam Ukraina mencatat sedikitnya telah terjadi 4000 kasus kerusakan lingkungan selama perang berlangsung. Jumlah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan perang selama 24 bulan diperkirakan mencapai 150 juta ton Co2 eq (ekuivalen karbon dioksida). Mayoritas emisi berasal dari konsumsi bahan bakar fosil oleh tentara, termasuk dari pergerakan pengungsi, juga masifnya kebakaran di sepanjang garis depan.

“Rudal dan serangan drone meledak di Ukraina, namun bahan kimia dari ledakan tersebut juga tersebar hingga ribuan kilometer,” ujar Yevhenii Fedorenko, Wakil Menteri Lingkungan Ukraina, Kamis, 22 Februari 2024.

Emisi dari proyek pembangunan kembali kota-kota yang hancur akibat perang diprediksi akan meningkatkan total emisi yang terbuang. “Kami memperkirakan butuh 20 tahun untuk memulihkan semua wilayah,” imbuhnya.  

Disisi lain, ada sekitar 10 taman nasional, 8 cagar alam, dan 2 cagar biosfer yang rusak. Menurutnya, perang juga berakibat besar pada cagar hidrologi Molochne Liman dan Taman Alam Dzharylhatskyi yang telah memperoleh status sebagai cagar alam sejak 1974.

Pada Agustus tahun lalu, kebakaran menghanguskan sekitar 1.500 hektare lahan di kawasan taman alam lindung Pulau Dzharylhach di Ukraina Selatan. “Tidak ada negara di dunia yang pernah menghadapi masalah ekosistem sebesar kita,” ia menambahkan.

Selain menghadapi ancaman kerusakan lingkungan, Ukraina juga tengah berupaya mengurangi potensi bahaya dari bahan peledak aktif yang terserak di sebagian wilayah. Dari 473 ribu ranjau maupun bom yang sudah dijinakkan, masih ada sekitar 156 ribu kilometer² lahan yang perlu dibersihkan dari ancaman bom.

Kementerian Lingkungan memperkirakan kerugian yang ditimbulkan mencapai 56,7 miliar Euro selama dua tahun perang. Kerugian tersebut termasuk 13 juta Euro, sekitar Rp 221 miliar, yang ditimbulkan dari kerusakan 744 fasilitas pengelolaan air di Ukraina. “Kerugian ini dua kali lebih besar ketimbang laporan yang kami sampaikan setahun lalu,” jelasnya ketika ditemui di kantor UCMC, Kyiv.   

Pergerakan pengungsi dalam jumlah besar dari zona perang ke daerah lain tak hanya meninggalkan jejak emisi karbon, tetapi juga menimbulkan pelbagai persoalan sosial di tengah masyarakat. Kota tujuan pengungsi seperti Lviv menjadi salah satu daerah yang berjibaku menuntaskan masalah ini. “Wilayah kita memang jauh dari garis depan, tapi tidak juga demikian. Perang ini terasa dekat karena kami hampir tidak memiliki keluarga yang tidak terkena dampak. Kami memiliki lusinan orang yang dipanggil untuk bertugas sebagai prajurit, pria maupun wanita,” ungkap Gubernur Lviv, Maksym Kozytskyi di kantornya 18 Volodymyr Vynnychenko Str, Rabu, 21 Februari 2024

Gubernur menjelaskan bahwa masalah yang timbul akibat perang adalah peningkatan jumlah penduduk. Sebelum perang populasi Kota Lviv hanya sekitar 2,5 juta orang. Sejak 24 Februari 2022, kota ini kedatangan sekitar 450 ribu orang setiap hari. Dan puncaknya jumlah penduduk Lviv meningkat drastis menjadi sekitar 4,5 juta orang.

Reruntuhan bangunan yang tersisa setelah invasi Rusia dua tahun lalu di Borodyanka, Ukraina, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Damar Fery Ardiyan)
Reruntuhan bangunan yang tersisa setelah invasi Rusia dua tahun lalu di Borodyanka, Ukraina, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Damar Fery Ardiyan)

Oleh sebab itu, penyediaan tempat tinggal, makanan, pendidikan, dan kebutuhan pokok lainnya menjadi persoalan pokok di Lviv. “Sekarang ada lebih dari 120 pusat permukiman di Lviv. Dari jumlah tersebut, sekitar 56 di antaranya dikelola Negara, sisanya oleh Gereja,” ujarnya. Di sisi lain, lalu lintas di Lviv juga diakuinya semakin hiruk-pikuk. “Kualitas layanan kesehatan dan psikologi bagi pengungsi juga menjadi concern kami. Termasuk penyediaan lapangan pekerjaan baru dan relokasi tempat bisnis juga perlu,” ia menambahkan.

Salah seorang pengusaha yang memindahkan pabriknya ke Lviv adalah Yurii Tustanovskyi. Ia adalah salah satu pendiri usaha kecil menengah, Rekava—dalam bahasa Ukraina Kava berarti kopi. Sesuai namanya, pabrik ini memproduksi wadah lilin dan pot tanaman dari ampas kopi daur ulang. “Setiap hari saya berpikir mudah saja untuk berhenti, tapi ini penting bagi Ukraina. Dari usaha ini saya bisa membantu membayar gaji tentara. Ini tugas besar bagi saya,” ujarnya ditemui di pabriknya yang terletak di Distrik Shevchenkivskyi, Rabu, 21 Februari 2024.

Wakil Menteri Perekonomian Ukraina, Volodymyr Kuzyo ditemui di tempat terpisah mendukung keberadaan pengusaha seperi Yurii. Kata dia, Ukraina sedikitnya membutuhkan suntikan dana sekitar 400 miliar USD atau setara dengan lebih Rp 6200 triliun. Oleh sebab itu, ia meyakinkan para pengusaha agar dapat berinvestasi dan menjalankan bisnis di Ukraina. Sebab, menurutnya, tidak semua daerah di Ukraina mengalami gejolak perang maupun tengah dianeksasi oleh Rusia. “Penting untuk mengerti bahwa tidak seluruh wilayah di Ukraina masuk zona perang,” ungkapnya meyakinkan. 

****

Perkataan Volodymyr itu pula yang kemudian membuat saya merasa aman berada di Kyiv. Setidaknya ada jarak ratusan kilometer yang membentang antara Kyiv dengan garis depan. Lepas itu, atau sehari sebelum peringatan dua tahun invasi Rusia, nyatanya kami tersentak saat aplikasi Air Alert yang terinstal di ponsel masing-masing tiba-tiba memberi peringatan, “There is air alert in Kyiv. Proceed to shelter,” dengan tanda seru (!) pada Jumat malam, 23 Februari 2024. Saat itu, saya sedang makan malam sekitar Pukul 21.55 waktu setempat bersama rekan-rekan di sebuah restaurant yang terletak tak jauh dari stasiun metro. “Kita ke Metro sekarang. Kalau ada peringatan serangan udara menggunakan kereta gratis,” ujar Yuliya malam itu sembari mengenakan kupluk.

Kami pun turut membereskan barang-barang, mengenakan jaket tebal sebelum bergegas mencapai stasiun kereta bawah tanah yang kedalamannya mencapai 105,5 meter di bawah permukaan tanah dengan berjalan kaki. Jaraknya tidak jauh. Mungkin kurang dari 1 kilometer dari rumah makan.

Jalan-jalan malam itu terlihat lengang dalam kondisi hujan, namun di muka stasiun terlihat ramai muda-mudi. Kereta pun seketika menjadi padat. Di tengah kerumunan tersebut saya teringat pemberitaan yang menerangkan bagaimana Stasiun Arsenalna bersama stasiun-stasiun kereta bawah tanah lain di Kyiv dan kota-kota lainnya menjadi bagian dari tempat perlindungan warga saat roket-roket Rusia menghantam negara itu. Mereka membawa segala sesuatu yang dapat dibawa untuk berlindung sementara di peron, mulai dari kantong tidur, selimut, hingga binatang peliharaan.

Dan beruntung kami masih bisa bermalam di Hotel Dnipro yang terletak tak jauh dari Tugu Kemerdekaan Maidan Nezalezhnosti. Bukan berbaring di kamar dengan kasur yang hangat tepatnya. Melainkan di sebuah bunker perlindungan yang berada tepat di bawah gedung hotel sampai peringatan serangan udara di Kyiv berakhir. 


Laporan berjudul “Masuk Kyiv Setelah Dua Tahun Agresi Rusia“ ini terbit atas dukungan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) dan Ukraine Crisis Media Center (UCMC). 

 

CITES Berburu Data Perdagangan Hiu Indonesia

Surat review of significant trade (RST) dari Sekretariat CITES—lembaga yang mengurusi konvensi perdagangan internasional spesies satwa dan tumbuhan liar terancam punah, dilayangkan ke Kementerian Lingkungan

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.