Bibit siklon tropis yang muncul di sekitar perairan Nusa Tenggara Timur mengakibatkan bencana, seperti banjir bandang dan tanah longsor di 11 wilayah. Antara lain Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Malaka Tengah, Kabupaten Lembata, Kabupaten Alor dan Kabupaten Ngada, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Ende. Akibatnya, puluhan orang meninggal. ”Hujan yang memicu banjir dan longsor ini merupakan dampak munculnya bibit siklon tropis 99S seperti diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),” kata Raditya Jati, Minggu, 4 April 2021.
Data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan pada Senin, 5 April 2021 hingga Pukul 13.00 Wita, jumlah korban meninggal dunia mencapai 68 orang dan 70 lainnya masih dalam pencarian. Dari jumlah itu, 44 korban jiwa berasal dari Kabupaten Flores Timur, 11 orang dari Lembata, 2 Kabupaten Ende dan 11 berasal dari Kabupaten Alor. Menurut Jati, bencana di wilayah Indonesia Timur itu mengakibatkan sedikitnya sekitar 938 KK atau 2.655 jiwa terdampak. “Datanya masih berkembang,” ujar Jati.
Sementara itu, Kementerian Sosial pada Selasa, 6 April 21 mencatat total korban meninggal bencana di NTT dan NTB mencapai 86 orang.
BNPB mengakui bahwa pengiriman bantuan logistik kepada korban terdampak banjir dan longsor terkendala kondisi geografis. “Untuk mendapatkan aksestabilitas, terutama pulau-pulau kecil, menjadi tantangan kita di sana,” katanya. Namun, BNPB telah membangun puluhan dapur umum untuk membantu warga yang terdampak siklon tropis Seroja. Seperti Kabupaten TTU, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Malaka dan paling banyak di Kabupaten Bima yang mencapai 10 dapur umum. “Jadi terakhir ada dukungan juga dari Tentara Nasional Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyatakan telah memerintahkan Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan, Menteri PUPR, Panglima TNI dan Kapolri untuk segera mengevakuasi dan menangani korban bencana. “Selain itu, segera melaksanakan penanganan dampak bencana yang diperlukan,” kata Jokowi yang disiarkan dalam akunnya di Twitter, seraya menyatakan dukacita yang mendalam atas korban meninggal dunia dalam musibah tersebut atas nama pribadi dan rakyat Indonesia.
Kepala BNPB Doni Monardo bersama tim dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kemenko PMK dan Wakil Gubernur NTT tengah dalam perjalanan menuju Larantuka. “Cuaca di Larantuka tidak memungkinkan. Jadi kita memutuskan untuk melalui jalur darat,” katanya dalam kanal Youtube BNPB, Senin, 5 April 2021.
Menurut Doni, pengiriman bantuan saat ini terkendala cuaca buruk dan kondisi geografis pasca banjir bandang. Tim lapangan kesulitan lantaran minimnya ketidaktersediaan alat berat. Sementara pengiriman 8 unit alat berat yang tersedia ke Lembata dan Adonara belum dapat dilakukan karena tiadanya kapal pengangkut. “Kami terus berusaha untuk mendapat kendaraan pengangkut. Kami mengajak yang memiliki transportasi laut untuk bisa meringankan,” harap Doni.
BNPB sedikitnya mencatat 12 desa dan 6 kecamatan yang saat ini masih terisolasi. Antara lain 6 desa di Kabupaten Malaka dan 6 desa di Kabupaten Flores Timur. “Nanti kita dukung dengan helikopter. Sementara ada 3 unit yang akan dikerahkan ke NTT. Kalau kurang tambah,” ujar Doni.
Sementara itu, Menteri Sosial, Tri Rismaharini menjelaskan bahwa bantuan logistik, berupa makanan, tenda dan barang kebutuhan lain bagi pengungsi baru bisa disalurkan ke Adonara, Lembata dan ke Bima. Menurutnya, bantuan ke Sumba Timur akan mulai diserahkan Selasa, 6 April 2021. “Besok pagi sampai Larantuka kemudian menyeberang ke Adonara,” ujarnya. Risma menambahkan bahwa pemerintah akan memberikan santunan kepada 86 keluarga yang menjadi korban bencana. Santuan ini, menurut Risma, akan diserahkan oleh Presiden Jokowi. “Santunan sebesar Rp 15 juta,” kata dia.
Pemerintah pusat juga akan menyiapkan dana stimulan untuk memperbaiki rumah korban bencana. Rumah rusak berat akan diberi dana Rp 50 juta, sedang Rp 25 juta dan ringan Rp 10 juta. “Daerahnya mungkin tidak bisa lagi dibangun. Jadi perlu direlokasi. Dana stimulan dari pusat. Mungkin ada dana pemda, mungkin jalan dan kebutuhan lainnya,” timpal Doni.
Bencana banjir dan longsor di NTT diakibatkan curah hujan tinggi terjadi mulai 3-4 April 2021. Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa hujan tertinggi terekam di Stasiun Meteorologi Eltari, Kupang, sebesar 241 milimeter (mm) per hari. Di Stasiun Meteorologi Kupang 230,2 mm per hari; Pulau Rote 205 mm per hari; dan di Geyawantana, Larantuka, tercatat 150 mm per hari. “Cuaca ekstrem diprediksi sejak 2 April. Telah menimbulkan cuaca ekstrim seperti hujan, gelombang laut tinggi dan berdampak bencana di NTT,” ujar Dwikorita Karnawati dalam siaran pers daring Minggu, 4 April 2021.
Untuk kali ini, BMKG menamakan siklon tropis 99S itu dengan Seroja. Siklon Seroja ini terdeteksi setelah sebelumnya membentuk bibit siklon tropis sejak 2 April lalu. Tepat hari ini, 5 April 2021, menurut Dwikorita, bibit siklon telah berubah menjadi siklon tropis mulai Pukul 1 dini hari. “Seroja kecepatan geraknya lambat, namun pusaranya tinggi. Dampaknya berbeda dengan Cempaka. Seroja dampaknya akan lebih kuat. Dalam 1-2 hari ini potensinya kuat,” ungkapnya.
BMKG memprediksi pusaran badai 85 kilometer/jam. Siklon tropis ini terpantau berada di Laut Sawu sebelah barat daya Pulau Timor, 10.0 LS – 122.7 BT. Lokasinya berada sekitar 95 kilometer sebelah utara barat laut Rote. Diperkirakan intensitas Siklon Tropis Seroja akan menguat dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah Barat Daya atau menjauhi wilayah Indonesia. “Besok tanggal 6 April akan mulai reda. Tanggal 7 akan lebih baik,” ujar Dwikorita dalam siaran pers daring BNPB, 5 April 2021.
Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mendesak pemerintah segera menetapkan status darurat bencana di Nusa Tenggara Timur. “Sejak 30 Maret 2021 hujan deras, angin kencang, serta gelombang tinggi melanda NTT. Dampaknya signifikan, puluhan orang dilaporkan meninggal dunia, ribuan mengungsi, ribuan rumah terendam banjir dan terkena longsor, fasilitas publik luluh-lantak,” ujar Direktur Eksekutif Walhi NTT Umbu Wulang dalam keterangannya pada Minggu, 4 April 2021.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, status darurat kebencanaan ini mempertimbangkan beberapa hal, seperti cakupan lokasi, jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
Kepala BNPB, Doni Monardo menegaskan bahwa pemerintah pusat tidak akan mengambil alih penanganan bencana atau menetapkan NTT sebagai bencana nasional. Pasalnya sampai saat ini pemerintah daerah, baik provinsi dan kabupaten/kota setempat masih dapat beroperasi. Sementara jumlah pengungsi masih berada dalam batas kemampuan daerah. “Tidak perlu ada usulan kepada pemerintah pusat. Cukup pemerintah daerah. Status bencana nasional tidak perlu ditetapkan,” tegas Doni.
Dalam kesempatan tersebut Doni juga mengingatkan agar pengurus posko pengungsian dan warga yang berada dalam pengungsian tetap menjalankan protokol pandemi Covid-19. Doni mengaku sudah memerintahkan agar warga rentan, seperti orang tua, perempuan hamil maupun yang memiliki penyakit penyerta dipisahkan dari kerumunan warga di pengungsian. “Ada bantuan pendanaan sebesar Rp 500 ribu agar pengungsi bisa menyewa rumah lain. Ini untuk menekan penumpukan di pengungsian,” jelasnya.
Catatan Redaksi: Artikel berjudul “Korban Siklon Tropis NTT Bertambah” ini akan terus Jaring.id perbarui secara berkala. Terakhir diperbarui pada Pukul 21.16 setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Sosial maupun BMKG memberikan keterangan pers daring pada Pukul 20.00 WIB, Senin, 5 April 2021.