Edi Suryana masih ingat ketika mendapati anaknya yang baru berusia 3 tahun sakit setelah mengikuti imunisasi pada 2019. Bapak usia 44 ini kemudian membawa anak perempuannya itu ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Pulo Merak, Cilegon, Banten. Dokter puskesmas mendiagnosa anaknya mengalami gejala infeksi paru-paru, sehingga perlu dirujuk ke Rumah Sakit Daerah Cilegon. ”Saat itu batuk terus tidak berhenti-berhenti. Jadi kami diminta ke rumah sakit untuk ambil sampel,” kata Edi kepada Jaring.id, Jumat, 3 November 2023.
Seminggu berselang Edi tidak bisa tidak kaget. Hasil pemeriksaan dahak, urine, feses, dan foto rontgen menunjukkan paru-paru anak Edi terinfeksi bakteri mycobacterium tuberculosis alias TBC. Edi yang masih tidak percaya dengan diagnosa tersebut melarikan anaknya ke Rumah Sakit Universitas Indonesia atas dorongan sejumlah relawan yang mendukung penghentian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya. ”Suralaya itu kasusnya batuk dan paru rata-rata. Anak saya kan gejala paru dari medis UI,” jelasnya.
Dari pemeriksaan itu Edi baru yakin anaknya mengidap infeksi paru-paru. “Dia harus minum obat selama enam bulan, tidak boleh putus. Kalau tidak diulangi lagi. Bayangkan, anak usia 3 tahun harus minum obat keras,” kata Edi yang bekerja sebagai nelayan di Teluk Banten. Meski begitu, Edi sampai saat ini masih heran apa yang bisa membikin putrinya mengalami penyakit menular pernapasan tersebut. Ia menduga polusi asap yang berasal dari PLTU Suralaya membikin kualitas udara di kediamannya tak sehat.
Rumah Edi dan keluarganya di Kampung Kotak Malang, Kelurahan Suralaya di Cilegon berjarak kurang dari 2 kilometer dari PLTU Suralaya. Dari depan rumahnya bisa terlihat dengan jelas lima cerobong asap dari pembangit listrik berbahan baku batubara tersebut. Di kampungnya, menurut Edi, tidak hanya putrinya yang mengalami gangguan pernapasan. “Ada empat orang yang mengonsumsi obat yang sama dengan anak saya,” katanya.
Apa yang dikatakan Edi sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Cilegon pada 2021. Gangguan pernapasan dan peradangan kulit tercatat paling banyak terjadi di Cilegon. Mulai dari nasopharing akut sebanyak 946 kasus, dermatitis (683), dan ISPA (622). Jumlah penderita ISPA setahun setelahnya tercatat mencapai 2.209 kasus dan gangguan pernapasan lainnya sebanyak 1.756 kasus.
Sedangkan pada 2023 kasusnya meningkat kasus ISPA pneumonia yang dicatat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon sebanyak 2.207 kasus. Sementara ISPA bukan pneumonia mencapai 5.029 kasus. Dinas Kesehatan Banten pun menyebut bahwa kasus balita yang sukar bernapas meningkat dari 30,21 persen pada 2019 menjadi 49,4 persen pada 2020.
Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah dapat memitigasi dampak yang ditimbulkan PLTU batubara terhadap kesehatan masyarakat. ”Kami di ring 1 dan 2 seakan dijadikan kelinci percobaan. Kami dibebankan salah satunya kesehatan cemaran lingkungan, baik laut maupun darat,” ujarnya dengan nada tinggi.
Edi menantang PT Indonesia Power—anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk melakukan uji kesehatan massal terhadap sistem pernapasan warga, juga gizi, dan penyakit lain di Suralaya. Hal itu untuk membuktikan ada atau tidaknya dugaan cemaran udara dan kontaminasi laut yang berakibat pada kesehatan dan keselamatan warga. ”Kalau limbah udara mengakibatkan batuk, ISPA ke paru-paru, lakukan cek kesehatan untuk semua warga Suralaya. Satu catatan, dengan melibatkan badan independen karena kalau pemerintah nggak bakal netral,” ujarnya.
PLTU Suralaya merupakan pembangkit listrik tenaga uap berbahan baku batu bara yang dibangun pada 1984. Umurnya sudah sekitar 39 tahun. Pembangkit listrik tua ini berkapasitas total 3.400 megawatt. Selain PLTU Suralaya, Banten memiliki puluhan pembangkit lain di pelbagai wilayah. Salah satu yang terbesar saat ini adalah PLTU Jawa-7. Pembangkit berkapasitas 2000 megawatt tersebut baru beroperasi pada akhir tahun lalu. Perusahaan mengklaim telah menerapkan pembangkit listrik yang efisien dan ramah lingkungan. Sementara PT Indo Raya Tenaga yang merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara PT Indonesia Power—anak usaha PT Pembangkit Listrik Nasional (Persero) dengan Barito Pasifik group bakal membangun PLTU 9 & 10 berkapasitas 2×1.000 megawatt.
Dampak buruk keberadaan PLTU di Banten bukan hanya dirasakan Edi. Muhammad Iqbal, warga Desa Terate, Kramawatu, Bojonegara, Serang ini juga mengungkapkan hal yang sama. Kediamannya yang berada di ring satu PLTU Jawa-7 kerap dihujani abu. Karenanya ia harus sering membersihkan rumahnya dari abu. Sekali menyapu Iqbal mengaku bisa mendapatkan satu genggam abu. ”Akibatnya kami batuk. Banyak yang sakit,” ujarnya.
Baca juga: Suam-suam Bahaya di Teluk Banteng
Semburan fly ash bukan satu-satu dampak dari pengoperasian PLTU Jawa-7. Pembangkit ini juga menyisakan limbah bahang di teluk Banten. Di samping meningkatkan suhu permukaan laut, pembuangan limbah membikin laut berubah kecoklatan, berbusa, dan mengeluarkan bau busuk. Pada 2020 lalu, Jaring.id sempat mendapati suhu permukaan air di sekitar PLTU Jawa-7 meningkat sekitar 6° menjadi 37,9°. Padahal kenaikan suhu limbah bahang yang diperbolehkan tak lebih dari 2° sesuai Keputusan Menteri LHK Nomor 51/2004. Kenaikan suhu air laut ini yang kemudian diduga menjadi salah satu sebab dari rusaknya terumbu karang dan ekosistem padang lamun khas laut dangkal. ”Nelayan jadi sulit memperoleh penghasilan untuk memberikan asupan gizi ke anak,” kata Iqbal.
Kurangnya asupan gizi ini yang kemudian diduga oleh masyarakat sekitar PLTU mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. ”Jadi kasus anak stunting ini sudah kejadian luar biasa,” kata Iqbal.
Dalam catatan Dinas Kesehatan Provinsi Banten 2022, Serang dan Cilegon menjadi daerah yang menyumbangkan angka stunting. Sebanyak 26,40 persen kasus terjadi di Serang, sedangkan di Cilegon sebanyak 19.10 persen. Angka kasus tertinggi berada di Pandeglang dengan 29.40 persen.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2022 mengungkapkan sebanyak 1.200 anak di Cilegon mengalami stunting. Sementara di Kabupaten Serang ada 9.346 anak. “Stunting mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat dari kekurangan gizi kronis berkepanjangan. Faktor utama tingginya masalah stunting salah satunya adalah buruknya asupan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan,” tulis Faizar Anwar, Kepala Dinas Kesehatan Banten pada 2022.
***
Beberapa waktu lalu, keberadaan pembangkit listrik di Banten sempat menjadi pembicaraan publik. Salah satunya saat terjadi polemik memburuknya kualitas udara Jakarta dan sekitarnya. Juga saat PT PLN (Persero) selaku pemegang saham di PLTU Suralaya digugat oleh Margaretha Quina ke Komisi Informasi Pusat (KIP) untuk membuka data emisi yang dihasilan PLTU Suralaya.
Dalam gugatannya, Margaretha juga meminta informasi terkait pengelolaan limbah B3, khususnya limbah B409 dan B410. ”Data tersebut dibutuhkan untuk memberikan pertimbangan hukum bagi jaringan pengkampanye energi, iklim dan udara bersih. Putusan dalam sengketa informasi saya melawan PLN akan menentukan apakah partisipasi publik bisa bergerak maju, atau malah mundur,” katanya.
Namun, PT PLN tidak memberikan peta jalan sesuai dengan yang diminta pemohon. PLN juga menolak memberikan rincian kewajiban pengelolaan emis dan laporan pemantauan emisi PLTU, dengan alasan bahwa informasi tersebut merupakan rahasia dagang seperti diatur dalam UU Nomor 30 Tahun 2020 tentang Rahasia Dagang dan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang KIP. ”Pemohon telah mengajukan keberatan, namun belum ditanggapi oleh PLN,” ujar Margaretha.
Baca juga: Melawan Bahang Kiriman PLTU Jawa-7
Polemik keberadaan PLTU Suralaya dalam isu polusi juga sempat diungkit Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) lewat riset yang diterbitkan pada Selasa, 12 Oktober 2023. Lembaga yang fokus pada energi bersih itu menemukan polusi partikel halus dari PLTU Suralaya, di antaranya partikulat PM²∙⁵ atau partikel udara yang lebih kecil dari 2.5 mikron, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida.
Pencemaran udara yang ditimbulkan PLTU itu disebut membawa dampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan juga perekonomian di separuh bagian utara Banten, meliputi Serang dan Cilegon yang berpenduduk 13 juta jiwa. Termasuk hilangnya 1.470 nyawa setiap tahunnya dan kerugian kesehatan yang menelan biaya hingga Rp 14,2 triliun.
”Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah yang lebih serius untuk mengatasi emisi dari PLTU batu bara. Lalu menggantinya dengan sumber energi terbarukan sesegera mungkin,” kata Jamie Kelly, analis mutu udara di CREA.
CREA juga menyarankan pemerintah untuk segera mengendalikan polusi udara. Salah satunya dengan menggunakan teknologi terbaik yang tersedia atau best available technologies – BAT. “Apabila standar nasional ditegakkan, polusi udara akan berkurang, mencegah hingga 97 sampai 268 kasus kematian, 141–300 kunjungan ke unit gawat darurat, 17–236 kasus asma baru pada anak, 74–157 kelahiran prematur dan 59.000–125.000 ketidakhadiran kerja. Penurunan kerugian kesehatan ini akan menghemat perekonomian Indonesia sebesar Rp 0,940–2,6 triliun,” tulis lembaga tersebut.
Sementara itu, pendiri Medicuss Foundation Jossep William, dokter Jossep Frederick William menyebut kekurangan gizi, kontaminasi logam berat, dan polusi dapat mempengaruhi pertumbuhan anak. ”Untuk melihat cemaran logam berat tinggi salah satunya melihat kasus stunting anak di wilayah pesisir. Daerah di mana PLTU operasional biasanya akan memiliki kadar logam yang tinggi. Bisa logam saja, bisa logam berat. Tergantung dari mana batu bara yang dibakar berasal,” jelasnya.
Menurut Joseph, paparan logam berat dapat menghambat pengikatan protein yang ada di dalam tubuh. ”Ada kompetisi antara logam berat dan protein yang dimakan, sehingga protein yang dikonsumsi tidak bisa terserap dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya stunting dan wasting,” kata Joseph.
Ia menambahkan bahwa logam berat yang termakan dapat merusak fungsi usus halus. ”Logam berat pada makanan, maka jonjot usus halus akan mengalami kerusakan. Kemampuan usus halus menyerap makanan akan menurun, nutrisi dari makanan yang dimakan akan terbuang dan tidak terserap dengan baik oleh tubuh kita. Gangguan ini disebut dengan environmental gastroenteropathy atau gangguan pencernaan karena faktor lingkungan,” ungkapnya.
Untuk menghindari dampak yang lebih besar, Joseph menyarankan agar pemerintah dan perusahaan segera mengontrol dampak buruk PLTU, serta memberikan fasilitas kesehatan kepada warga terdampak. ”Hal itu supaya dampak dari gangguan yang terjadi tidak menyebabkan gangguan yang lebih luas dan lebih parah,” ujar dia.
Sebelum berita ini terbit, Jaring.id telah menghubungi pengelola PLTU Suralaya dan PLTU Jawa 7. Agung Siswanto dari Bagian Hubungan Masyarakat PLN-Indonesia Power yang tangani PLTU menyatakan bahwa semua persoalan dampak sudah selesai. Ia meminta agar Jaring.id tak lagi perlu membahasnya lebih dalam. ”Isu ini sudah selesai ya. PLTU terbukti tidak ada limbah atau yang membahayakan kesehatan. Media juga sudah memberitakan,” kata Agung, Jumat, 3 November 2023.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Banten, Wawan Gunawan menyatakan tak ingin membicarakan perihal dugaan pencemaran di Teluk Banten dengan alasan sakit. ”Lagi kurang sehat dua hari ini,” ujarnya. Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro pun tak berkenan diwawancarai hingga tulisan ini tayang.
Artikel berjudul ”Derita Mereka yang Menghirup Abu PLTU Banten” terbit berkat dukungan dari Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) dalam isu “Pentingnya Phase-Out dalam Upaya Penanggulangan Krisis Iklim di Indonesia”