Terkunci Hindari Kepulan Gas CS di Akhir Laga

Pasangan suami istri, Angga Heta, 28 tahun, dan Mutia Rizqika, 27 tahun, tergopoh-gopoh mencari jalan keluar dari tribun utara Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Saat berada di depan pintu 4, mereka tak bisa lekas keluar karena pintu berukuran sekitar 2,5 meter tersebut sudah dipadati orang. Sementara dalam hitungan detik, kepulan asap gas air mata yang dilontarkan polisi ke pinggir lapangan membikin ribuan Aremania kocar-kacir. Jarak pandang saat itu, kata Angga, tak lebih dari 2 meter. “Penonton di tribun sudah panik karena ditembaki,” Angga menceritakan tragedi dua hari lalu kepada Jaring.id, Senin, 3 Oktober 2022.

Angga mengatakan suasana di tribun makin mencekam ketika pekik minta tolong saling bersahutan dari balik kepulan asap. Saat itu, ia mengaku tidak bisa berbuat banyak selain membawa istrinya keluar stadion pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022. “Di belakang sudah ada gas air mata dan dorong-mendorong untuk keluar. Jadi pada diinjak. Jadi korbannya banyak ada di lorong pintu keluar. Kan itu lorong turunan,” ungkapnya.

Ia memperkirakan sedikitnya 2 gas air mata yang dilontarkan polisi mengarah ke pintu 4. Tribun ini terletak persis di belakang gawang sebelah utara. Saban pertandingan kandang, kata Angga, pintu 4 didominasi oleh Aremania yang membawa keluarga, mulai dari anak sampai ibu. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana mereka berlarian dari gempuran gas air mata. Selain membatasi penglihatan, kepulan asap membikin sesak napas, mata, hingga kulit terasa perih. Makin lama berada di tribun, semburan gas membikin matanya terasa terbakar. “Setelah ditembak ke arah tribun atas. Di bawah pun mulai bingung mencari jalan keluar,” kata dia.

Oleh sebab itu, sebagian Aremania di tribun utara memilih gerbang evakuasi yang terdapat di sisi sebelah kiri dan kanan tribun untuk melarikan diri. Namun, gerbang besar yang berfungsi untuk akses mobil ambulans ke lapangan terkunci. “Di dalam stadion ada pojok pintu evakuasi, tapi itu nggak dibuka. Seumpama dibuka, otomatis bisa keluar,” ujarnya. Sedangkan arus orang di 6 pintu yang tersedia di tribun utara tersendat. Pintu keluar utama di luar stadion pun terhalang pagar antrian berbahan besi. Walhasil, terjadi kerumunan massa di akses keluar stadion yang disesaki sekitar 42 ribu penonton. “Kami beruntung bisa keluar dari stadion,” ucapnya.

Di luar, Angga melihat sendiri bagaimana penonton berhamburan setelah berhasil menjebol pintu besi. Sebagian besar dari mereka terlihat lemas. Tak sedikit pula yang pingsan. Salah seorang di antaranya bahkan mengalami patah tulang kaki. Tak tega melihatnya, Angga memapah korban menuju area VIP. Jaraknya sekitar 300 meter dari pintu 4. “Dibawa ke VIP, posko sementara,” ujar Angga.

Ruang VIP atau VVIP berada di tribun tengah Stadion Kanjuruhan. Dalam ruang VIP terdapat ruang penyiaran. Ruangan ini juga kerap digunakan jurnalis karena telah dilengkapi pelbagai fasilitas, seperti meja, kursi, sumber listrik, dan jaringan internet. Sesampainya di sana, Angga kaget mendapati sejumlah orang terbujur kaku tak bernyawa. “Sampai dibuka pintu darurat itu sudah meninggal banyak orang. Saya tahu sendiri di depan mata 20 orang lebih meninggal di VIP,” ungkapnya.

Tragedi Kanjuruhan berawal ketika Aremania memenuhi lapangan beberapa menit seusai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Dari sejumlah video yang Jaring.id amati, sebagian kecil para suporter tampak berjalan dan berlari. Sebagian lagi ada yang mengerumuni pemain yang tengah dievakuasi menuju ruang ganti. Alih-alih merusuh, sejumlah Aremania yang Jaring.id hubungi menyatakan hendak memberikan dukungan langsung kepada pemain Arema yang baru dikalahkan Persebaya. Namun saat itu, polisi dan tentara yang mengamankan laga berusaha menghalau massa dengan cara memukul menggunakan tongkat. “Akibatnya semakin banyak yang turun ke lapangan,” kata Angga.

Tindakan represif tersebut kemudian mendapat perlawanan dari suporter. Polisi lantas melontarkan gas air mata berkali-kali ke arah massa, baik yang berada di lapangan maupun tribun. Tindakan ini yang memicu kepanikan penonton. Mereka serentak memburu pintu keluar.

Berdasarkan catatan kepolisian, korban meninggal dalam tragedi ini mencapai 125 orang. Puluhan orang luka berat dan ratusan lainnya luka ringan. Sementara Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak 131 korban meninggal. Korban meninggal terbanyak berada di pintu 10, 11, 12, dan 13.

Dari ratusan korban, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang menyebut  69 korban di antaranya berasal dari Kabupaten Malang, 29 orang tercatat warga Kota Malang, 6 warga Blitar, 1 warga Kota Batu, 1 warga Magetan, dan 2 anggota polisi. “Itu belum daerah lain. Kami masih terus update. Perkembangan saat ini korban sudah kami antar ke rumah duka masing-masing untuk disemayamkan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Drg Wiyanto Wijoyo kepada Jaring.id, Senin, 3 Oktober 2022.

 

Angga menyesalkan lambatnya proses evakuasi korban setelah pertandingan sepakbola antara Arema-Persebaya. Padahal, pertandingan tersebut dikawal petugas gabungan sebanyak 2.000 personel. Terdiri dari 600 personel Polres Malang, 1.400 bantuan dari Polres lain, Brimob, dan TNI. “Aparat nggak ada yang bantu. Mereka diam dan melihat. Saya nggak tahu tugasnya apa. Harusnya demi kemanusiaan mereka bantu karena korbannya banyak. Hanya teman sendiri yang bantu. Ada yang membawa korban pakai tempat duduk di warung. Jadi seadanya,” jelas Angga.

Sekitar 30 menit setelah kejadian, aparat baru bertindak. Menurut Mutia—istri Angga, jenazah yang berada di ruang VIP diangkut menggunakan mobil truk tentara. Korban yang mengalami luka berat juga ikut bergabung dalam truk. Mereka dibawa ke Rumah Sakit Kanjuruhan dan Rumah Sakit Hasta Husada Kepanjen.  “Pakai truk seadanya. Mereka dibawa pakai truk tentara, pakai mobil bak terbuka tentara,” kata Mutia yang mengaku masih trauma menyaksikan kejadian malam itu.

Dalam situasi genting itu, Mutia tak melihat satupun ambulans di stadion. Ambulans baru tiba sekitar 45 menit usai pertandingan. “Sebelumnya ada ambulans untuk pemain. Nggak ada sampai 5, padahal ini big match,” ujarnya. “Jadi mayoritas yang meninggal karena sesak nggak ada yang menolong,” sambungnya.

 

Angga dan Mutia bukan satu-satunya saksi yang menyaksikan kebrutalan polisi dan tentara terhadap suporter. Tindakan represif itu menjadi-jadi saat makin banyak penonton yang memasuki lapangan, beberapa menit setelah laga yang berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Rizky Bangun Samudra, 27 tahun, juga menyaksikan hal yang sama. Saat amuk aparat berlangsung, ia duduk di tribun selatan pintu 14. Ia melihat aparat keamanan memukul penonton dengan tongkat dan menendang penonton di tepi lapangan.

“Saya sendiri tidak tahu bakal kena tembak juga. Sudah tembak gas air mata, lalu tribun ditutup. Kita dikurung tapi ditembaki terus,” ujar Rizky, Senin, 3 Oktober 2022.

Saat mencapai lorong ia melihat begitu banyak sepatu, sandal, baju, dan syal Aremania berserakan dengan ceceran darah di lantai stadion. “Saya keluar merinding. Lemas. Nangis semua,” ungkapnya yang kehilangan salah satu temannya. Menurut Rizky, sebagian besar korban hampir tak dikenali. “Rata-rata wajahnya gosong jadi agak lupa dikenali. Itu keinjak atau kurang oksigen. Rata-rata wajahnya membiru. Sebagian lagi pucat sampai telapak kaki. Saya merinding. Kok bisa seperti ini,” ia bertanya dengan suara parau.

Penggunaan gas air mata di dalam stadion ini diduga menjadi sumber utama banyaknya korban jiwa. Masalah lain ialah penanganan arus masuk maupun keluar penonton. Angga pun menilai panitia pelaksanaan maupun petugas keamanan tampak gagap menangani massa. Pada pertandingan besar itu, ia menduga jumlah penonton yang datang melebihi kapasitas. “Pengalaman saya melihat sepak bola di Kanjuruhan. Itu longgar sekali, pengamanan longgar. Kalau menurut saya panitia pelaksana itu sangat nggak siap,” ujar Angga.

Media Officer Arema Football Club, Sudarmaji mengaku telah berupaya mengantisipasi jatuhnya korban sebelum laga dimulai. Salah satunya dengan menjual tiket pertandingan sesuai kapasitas stadion dan mengajukan pertandingan sore hari. Rekomendasi itu berdasarkan permintaan kepolisian dan Arema yang ditujukan kepada penyelenggara PT Liga Indonesia Baru (LIB) sepekan sebelum pertandingan dimulai. Namun permintaan itu kandas. “Kami sudah komitmen dari panitia penyelenggara termasuk Aremania dalam beberapa pertemuan. Kami sudah melakukan sosialisasi dan menjaga kondusifitas,” ujarnya kepada Jaring.id, Senin, 3 Oktober 2022.

Upaya lain yang dilakukan manajemen Arema ialah menyiapkan bantuan logistik bagi Aremania yang berasal dari luar kota. Bahkan Arema, kata Sudarmaji, telah memberikan akomodasi agar para supporter bisa menginap di sekitar stadion. Meski begitu, ia tak membantah jumlah tim medis dan ambulans di lapangan minim. “Ada tenaga medis tapi terbatas,” katanya.

Pasal 19 Stadium Safety and Security Regulation FIFA sebenarnya telah mengatur penggunaan senjata api dan gas air mata di dalam stadion. Kendati dalam keadaan darurat penggunaanya harus terukur dan melihat kondisi penonton. Hal ini yang menurut Aremania tidak dilakukan polisi, maupun tentara.

Sebelum dicopot oleh Kapolri Listyo Sigit Prabowo, Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat mengakui bahwa pelontaran gas air mata dilakukan untuk mengendalikan penonton yang berbondong-bondong turun ke lapangan. “Tujuannya untuk meredam kerusuhan. Ketika melepaskan gas air mata banyak yang lari ke pintu keluar, para suporter berlarian ke salah satu titik. Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas,” ujar Ferly kepada Jaring.id melalui telepon pada Senin, 3 Oktober 2022.

Meski begitu, Ferli membantah mengarahkan tembakan ke arah penonton yang sedang berada di tribun. ”Kami menggunakan gas air mata untuk menghalau serangan suporter,” ujarnya sebelum mematikan sambungan telepon.

Apa yang disampaikan Ferli dinilai tidak sesuai dengan kenyataan. Ketua Aremania, Ambon Fanda mengaku melihat sejumlah selongsong gas air mata berwarna merah dan hijau setelah menelusuri tribun. “Setahu kami yang merah ini nggak boleh digunakan,” ungkapnya saat dihubungi Jaring.id, Senin, 4 Oktober 2022. Keduanya memiliki kandungan chlorobenzalmalononitrile (CS) yang dapat meledak menyebarkan powder sejauh 6 meter. Kepulan asap yang mengandung CS ini akan mengakibatkan sesak napas, iritasi mata dan kulit. “Bukti kita semua ada,” lanjutnya.

Fanda menilai peristiwa tewasnya ratusan Aremania bukan tragedi melainkan pembunuhan. Pasukan pengamanan sangat jelas melontarkan gas air mata ke arah tribun penonton. “Tembakan gas air mata dilakukan sebelum pintu itu dibuka. Kalau memang ingin membubarkan, pintu dibuka dulu dong,” ujarnya.

“Aparat keamanan salah persepsi. Jadi ketika para Aremania turun ke lapangan menghampiri pemain  dilakukan tindakan yang langsung main pukul. Jadi otomatis menimbulkan reaksi berlebihan dari Aremania itu sendiri,” ia menambahkan.

Aremania mendesak pihak penyelenggara, PT Liga Indonesia Baru (LIB), Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI), Kepolisian Indonesia, dan TNI bertanggung jawab dengan cara mengusut tuntas dan memberikan sanksi kepada seluruh pelaku. “Kami ingin mereka dipecat dan diadili karena ini menyangkut nyawa ratusan orang. Bukan perkara ratusan orang, tapi satu nyawa saja sudah sangat besar,” kata Fanda.

Hasil investigasi Komisi Disiplin PSSI menyebut panitia lalai dalam menjaga ketertiban dan keamanan sesusai pertandingan. Dalam keputusan yang disampaikan Ketua Komdis PSSI, Erwin Tobing di Malang, kemarin, panitia pelaksana atau steward yang bertanggungjawab mengatur keluar-masuknya penonton tidak melaksanakan tugas dengan baik. Atas dasar itu, PSSI menjatuhkan sanksi kepada Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris dan petugas keamanan, Suko Sutrisno. Keduanya tidak lagi dapat beraktivitas di lingkungan sepakbola seumur hidup.

Sanksi juga dijatuhkan kepada Arema FC. Klub berjuluk Singo Edan ini didenda sebesar Rp 250 juta dan dilarang menggelar pertandingan kandang hingga Liga 1 2022/2023 selesai. Keputusan ini membuat Arema akan menjalankan pertandingan kandang di stadion yang berjarak minimal 250 kilometer dari Stadion Kanjuruhan.

Presiden RI Joko Widodo meminta federasi sepakbola Indonesia, PSSI tidak hanya menjatuhkan sanksi, tetapi mengevaluasi secara menyeluruh, termasuk prosedur pengamanan penyelenggaraan sepakbola di Indonesia. “Saya juga telah perintahkan kepada Menpora, Kapolri dan Ketua Umum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan pertandingan sepak bola,” kata Jokowi dalam keterangan pers di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu, 2 Oktober 2022.

Setelah adanya evaluasi itu, Jokowi berharap tidak ada lagi korban jiwa dalam pertandingan sepakbola. “Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepakbola di tanah air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang,” kata Jokowi.

Pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut peristiwa di Stadion Kanjuruhan. Tim ini diketuai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD. “Keppresnya akan dikeluarkan, sehingga kami punya dasar untuk rapat. Kenapa itu harus dengan Keppres? Karena di setiap institusi juga mempunyai tim investigasi sendiri. Sehingga yang terpadu itu nanti bergabung di bawah Keppres ini,” kata Mahfud di Istana, Jakarta Pusat, Selasa, 4 Oktober 2022.

Selain Mahfud, TGIF in juga diisi Menteri Pemuda dan Olahraga. Zainuddin Amali sebagai wakil ketua dan sekretaris dijabat Jaksa Agung Muda Pidana Umum Nur Rochmad. Sementara itu, anggota tim terdiri dari mantan Kepala BNPB Doni Monardo, mantan Wakapolda Kalimantan Barat Irjen (Purn) Sri Handayani, mantan Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif, Wakil Ketua Umum 1 KONI, Mayjen (Purn) Suwarno, dan mantan pesepakbola Kurniawan Dwi Yulianto.

Sementara anggota lain terdiri dari Rhenald Kasali, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Sumaryanto, pengamat sepak bola Akmal Marhali, jurnalis Kompas Anton Sanjoyo, dan mantan pengurus PSSI Nugroho Setiawan. “Insyaallah dalam tiga minggu tim ini sudah dapat menyampaikan hasil kerjanya kepada Presiden, dan diharapkan bisa lebih cepat dari target itu,” ujar Akmal kepada Jaring.id, Selasa, 5 oktober 2022.

Dalam rapat perdana kemarin, Akmal menyebut seluruh anggota pencari fakta sepakat untuk mencari akar masalah pertandingan sepakbola. Menurutnya, sangat penting untuk menyinkronkan regulasi FIFA dengan peraturan lain terkait sepakbola. Mulai dari penyelenggaraan, pengamanan suporter, pengerahan aparat keamanan, sampai anatomi stadion. “Peristiwa kerusuhan pertandingan sepakbola sudah sering terjadi dan selalu dibentuk tim pencari fakta, tapi tidak pernah berubah kondisinya. Akar masalahnya harus ditemukan oleh tim ini,” ungkapnya.

Hingga kini Inspektorat Khusus dan Divisi Propam Polri telah memeriksa 18 anggota polisi. Belasan polisi tersebut merupakan anggota yang memegang senjata pelontar gas air mata. “Sudah ada 18 orang diperiksa sebagai operator senjata pelontar,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo dalam siaran pers di Polda Jawa Timur, Senin, 3 Oktober 2022.

Tragedi Kanjuruhan ini berimbas pada pencopotan Ferli Hidayat dari jabatan Kapolres Malang. Dedi menyebut Ferli digantikan oleh AKBP Putu Kholis Aryana. Sementara Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memastikan akan menjatuhkan sanksi pidana kepada prajurit yang terbukti melakukan kekerasan di Stadion Kanjuruhan.

Selama proses investigasi dilakukan, Angga, Mutia, dan Rizky berharap tim ini mengusut dengan independen, transparan, dan tidak mengaitkan dengan kepentingan politik. Menurutnya, semua harus mengutamakan kemanusiaan. “Saya berharap tim yang usut ini terbuka. Saksinya yang ada di kejadian banyak. Bisa diungkap. Perekaman video juga banyak. Saya berharap dari kejadian ini semua bisa berbenah,” pungkas Mutia. (Abdus Somad & Reka Kajaksana)

Melawan Kusta dari Jongaya

Gapura bercat merah putih dengan ornamen kemerdekaan menjadi penanda awal keberadaan Kompleks Jongaya di Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Permukiman ini dikenal sejak puluhan

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.