Lewat media sosial, kelompok-kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) leluasa merekrut anggota dan menyebarkan Ideologi. Sejumlah perempuan buruh migran Indonesia termotivasi melakukan amaliyah hanya lewat komunikasi media sosial. Bagian dari bentuk aktualisasi diri.  Mayoritas tak memiliki latar belakang agama yang kuat. Berikut petikan wawancara tim kolaborasi investigasi Jaring.id, CNN TV Indonesia, dan KBR dengan pengamat terorisme Sofyan Tsauri pada 18 November 2017 di Jakarta. 

Kenapa ISIS tertarik merekrut buruh migran Indonesia?

Pertama, mereka (ISIS) akan mengajak orang yang tidak pernah terkait dengan kelompok manapun. Ibarat kaset kosong, mereka akan mengisinya dengan doktrin-doktrin yang mereka miliki. Tapi kenapa perekrutan banyak di TKI di Hong Kong dan Taiwan? Jadi cerita yang menarik tentang kehidupan di sana, mereka lebih bebas dalam memainkan medsos (media sosial) menggunakan handphone.

Selama ini mereka tidak pernah mendapatkan informasi tentang Keislaman. Ketika mereka mendapatkan informasi, apalagi anak-anak muda, mereka butuh apa yang namanya aktualisasi diri dan sebagainya. Mereka gandrungi timbulah apa yang disebut kesalehan sosial di kalangan para pekerja ini.

Awalnya hanya pola pikir, namun akhirnya menjadi sebuah karakter. Lalu mereka mendapatkan doktrin keagamaan, misalnya saya tidak sah sebagai seorang muslim kalau saya tidak kufur terhadap thogut dan sebagainya. Akhirnya terbawa ber-amaliyah, meyakini itu sebagai sebuah kebenaran dan akhirnya mereka berhijrah. Inilah fenomena-fenomena yang terjadi. Beberapa anak buahnya Santoso menikah dengan TKI dari Hong Kong. Ada yang berangkat berhijrah dari Hongkong langsung ke Suriah.

Seorang buruh migran Indonesia inisial AK tertangkap di Bandung saat merencanakan teror. Uniknya, dia baru belajar paham ekstrim. Mengapa radikalisasi cepat terjadi?

Saya mendapatkan cerita yang cukup unik, dia (AK) pernah memposting bagaimana bikin bom di dapur punya majikan. Mereka yang saya jelaskan tadi, dari medsos terus ada perkumpulan-perkumpulan. Kadang jadi donatur dulu, kemudian simpati dengan dakwah itu.

Mereka itu juga orang-orang yang tidak punya latar belakang agama. Ketika tersentuh dengan sebuah dakwah, ternyata itu adalah orang-orang ISIS. Kemudian dia ditanamkan pemahaman-pemahaman di antaranya mati syahid. Terbukti memang dia (AK) nakal juga. Ketika pulang ke Indonesia, nggak lama kemudian dia sudah menghilang, tiba-tiba sudah menjadi istri salah satu Ikhwan di daerah Bandung.

Seperti apa sebenarnya metode perekrutan oleh kelompok-kelompok esktrim?

Sebetulnya perekrutan dalam kelompok radikal dan jihadis adalah perekrutan secara langsung, tapi ada kelompok yang sifatnya online yaitu lewat sosial media. ISIS mengakomodir jihad nikaya yaitu jihad memperdayai musuh, dia tidak peduli dengan tempat dan waktu. Dan inilah yang kemudian disukai oleh kelompok-kelompok newbie karena mereka tidak harus berbaiat langsung, tidak harus ketemu langsung.

ISIS juga banyak merekrut anak-anak muda daerah-daerah konflik, banyak pengangguran dan ini menjadi lahan subur. Sebetulnya ini lebih kepada  banyaknya kekecewaan mereka terhadap situasi kondisi politik ekonomi di negeri yang carut-marut yang mungkin bisa jadi Indonesia. Lebih mengerikan lagi, mereka menggunakan nubuat akhir zaman, hadits-hadits sebagai legalitas bahwa kami ini adalah kelompok yang akan memenangkan. Mereka menganggap mereka adalah kelompok panji-panji  yang memenangkan peperangan bersama Imam Mahdi dan Nabi Isa Shallallahu Alaihi Wasallam. Dengan motivasi-motivasi itu mereka semakin mengharu-biru sehingga mereka banyak diikuti.

Kebanyakan deportan dari Turki ke Indonesia yang berangkat menyeberang ke Turki termotivasi dengan nubuat-nubuat akhir zaman. Saya ikut mendampingi mereka dari bulan Januari sampai bulan November, sejak gelombang pertama sampai gelombang ke-8. Banyak simpatisannya tidak memahami bagaimana teologis, bagaimana gerakan ini, bagaimana gerakan itu. Tanpa sadar dikooptasi oleh kelompok-kelompok yang ingin memecah belah persatuan bangsa kita.

Apa tujuan ISIS melibatkan perempuan dalam aksi mereka?

Perempuan bukan pertama kali dilibatkan pada operasi-operasi jihad. Sebelumnya fenomena seperti itu juga sudah ada di Chechnya, bagaimana janda-janda hitam yaitu janda-janda yang suaminya terbunuh oleh tentara Rusia banyak melakukan aksi-aksi amaliyah di Moskow.

Kita bisa lihat mereka (ISIS) cukup masif dalam merekrut wanita untuk melakukan aksi amaliyah, contohnya kemarin pada 2016, target istana itu dilakukan oleh seorang perempuan. Ada juga di Klaten, seorang TKI yang dideportasi oleh Hong Kong, ternyata berniat mengadakan Amaliyah istisyhadiyah. Sesuatu yang dihindari oleh kelompok jihad semacam Al-qaeda dalam pelibatan perempuan karena ini sangat membawa dampak buruk. Kecuali adanya operasi-operasi seperti di Chechnya, ada perbedaan yang didasari oleh dendam. Sedangkan di Indonesia ini menjadi sesuatu yang baru. Artinya mereka sudah menyiapkan betul dan siap betul perempuan ini melakukan operasi. Kebanyakan mereka juga meminta, kami siap untuk ikut berperan sebagaimana pria melakukan operasi-operasi seperti itu.

Dalam sejarah Islam kalau kita lihat perempuan itu tidak ditempatkan dan tidak diwajibkan berjihad sebagaimana laki-laki. Sekarang sudah berbeda karena itu juga menjadi cara ISIS kalau wanita saja sudah mau, kok yang laki-laki nggak mau. Kalian laki-laki malah pengecut. Pelibatan wanita lebih kepada motivator kepada laki-laki supaya antusias melakukan amaliyah atau operasi-operasi semacam itu.

Apakah ada fatwa khusus yang dikeluarkan ISIS soal keterlibatan perempuan dalam aksi amaliyah?

Ustad Abu Bakar Ba’asyir dalam bukunya mengatakan bahwa wanita yang suaminya dipenjara atau suami yang terbunuh dia wajib hijrah ke Suriah. Oleh JAT yang terakhir-terakhir itu menerbitkan fatwa seorang wanita tidak perlu meminta izin kepada suaminya untuk hijrah. Waktu itu banyak sekali perempuan-perempuan yang berangkat berhijrah. Nggak sampai di situ, ternyata wanita-wanita itu juga berbaiat kepada ISIS dan meminta cerai kepada suaminya karena suaminya tidak mau berbaiat kepada ISIS.

Suaminya dianggap tidak sepaham, suaminya tidak sefikroh bahkan suaminya dianggap murtad. Banyak wanita-wanita yang kemudian pindah hijrah meninggalkan keluarganya dan menganggap wilayah ISIS adalah Darul Islam dan wilayah musuh-musuhnya adalah Darul kufur. Di situ mereka banyak melakukan operasi-operasi jihad amaliyah di wilayah-wilayah yang tidak sependapat dengannya walaupun orang ini masih muslim.

Sebesar apa dampak media sosial terhadap gerakan ISIS?

Era sekarang forum-forum milis dan grup-grup jihadis di medsos lebih mudah ketika munculnya aplikasi pesan online. Sebetulnya medsos sangat tidak aman bagi amaliyah dan jihad. Tapi kelebihannya, penyebaran ideologi dan perekrutan lebih cepat dan mereka (ISIS) hanya kasih petunjuk-petunjuk teknis saja. Sedangkan operasi hanya ditentukan oleh situasi dan tempat karena yang mengetahui operasi itu adalah eksekutornya.

ISIS dengan konsep jihad nikaya yaitu jihad memperdayai musuh sampai kapanpun tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, dia akan terus amaliyah. Bahkan amaliyah semacam lone wolf atau serigala sendirian ini terus dimotivasi dan dikembangkan. Bagaimana operasi lone wolf, bagaimana cara membuat bom, dan sebagainya itu sudah ada semua. Mereka terus motivasi anggotanya untuk amaliyah. Maka disinilah perlu regulasi sosial media yang ketat. Pemerintah perlu mengeluarkan peraturan agar para pemain di sosial media itu juga tertib secara administrasi misalnya dalam menggunakan nama dan sebagainya.***

Dirjen PSDKP KKP: Kami Bisa Membaur dengan Pelaku

Berdasarkan indeks risiko IUU Fishing yang dirilis Global Initiative Against Transnational Organized Crime (Gitoc) pada Desember 2023, Indonesia tercatat sebagai negara terburuk keenam dari 152 negara dalam menangani praktik illegal, Uunreported, and unregulated fishing (IUUF).

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.