Dari Timor Leste Melihat Kendala Pemilihan Luar Negeri

Pemilihan umum Timor Leste 2023 lalu telah mengantarkan dua tokoh kemerdekaan senior ke pucuk pimpinan di negara calon ASEAN ke-11. Jose Ramos-Horta menjadi Presiden Timor Leste dengan mengantongi 62 persen dalam pemungutan suara yang berlangsung pada 19 April 2023 lalu. Sementara Xanana Gusmao diangkat menjadi menjadi perdana menteri setelah partainya, Kongres Nasional Rekonstruksi TImor Leste (CNRT) berhasil merebut kursi mayoritas parlemen.

Keberhasilan Timor Leste menggelar pemilihan umum, menurut Odette Maria Belo, Komisioner Komisi Pemilihan Umum Timor Leste atau disebut dengan Comissão Nacional de Eleições (CNE), dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang memudahkan pemilih untuk memberikan suaranya. Pemilih yang tinggal di Timor Leste maupun luar negeri hanya perlu menunjukkan kartu identitas, paspor, maupun akta kelahiran untuk berpartisipasi.

Di luar negeri, CNE pun menyediakan mobil keliling untuk mengantar pemilih ke tempat pemungutan suara di kedutaan negara itu. CNE pun tak segan untuk menggelar pemilihan di hari libur demi menjaring sebanyak-banyaknya pemilih. Odette mengklaim pemilihan Timor Leste tanpa kecurangan. Sebab CNE memberikan ruang bagi pengawas internasional, maupun observer independen untuk melakukan pemantauan.

Apa yang bisa dipelajari dari pemilihan luar negeri Timor Leste? Jaring.id mewawancarai Odette melalui sambungan telepon pada Rabu, 6 September 2023.


Bisa diterangkan proses pemilihan Timor Leste di luar negeri?

Satu bulan sebelum pemilihan ada registrasi untuk para pemilih dan verifikasi kartu elektoral yang dipakai pemilihan umum. Negara tempat pemilihan luar negeri ada Portugal, Inggris, Korea Selatan, Islandia itu dipilih untuk melaksanakan pemilihan. Lokasi pemilihan dilakukan di Kedutaan Besar Timor Leste di negara masing-masing.

Antusiasme pemilih luar negeri seperti apa?

Mereka antusias sekali kalau dilakukan Sabtu dan Minggu. Kalau jatuhnya hari kerja partisipasinya menurun. Saat pemilihan presiden putaran pertama dilakukan pada Sabtu tinggi, lalu putaran kedua di hari kerja, jadi pemilihnya menurun. Jadi hal itu sangat menentukan tinggi rendahnya seseorang mau berpartisipasi dalam pemilihan.

Caranya bagaimana agar bisa memilih?

Harus ada paspor, KTP, sama akte kelahiran dari pemerintah bukan dari Gereja. Itu syarat mendaftarkan diri sebagai pemilih. Cukup melengkapi administrasi saja.

Kendalanya apa saja?

Salah satunya perbedaan waktu. Di sini malam, di luar negeri pagi. Kendala kedua terkait dengan dokumen. Saat orang antusias mau mendaftarkan diri, apalagi pemilih pemula mau dapatkan kartu pemilih, tapi kadang  dokumennya tidak lengkap, sehingga mereka tidak diperbolehkan menjadi pemiih.

Apa yang bisa dilakukan ketika tidak terdaftar dalam DPT?

Cukup menunjukkan KTP atau paspor jika ingin memilih. Hal lain untuk menjangkau pemilih ialah pihak kedutaan harus keliling ke tempat yang banyak orang-orang Timor Leste. Sistem yang digunakan masih pencoblosan, bukan online.

Berapa lama hasil yang bisa diperoleh pemilih ketika sudah mencoblos?

Setelah pencoblosan sore jam 3 tutup. Lalu dilakukan perhitungan. Hasilnya kemudian dikirim ke Timor Leste. Diantar dari kedutaan. Kirim hasil dari luar negeri ke Timur Leste. Jadi sekitar satu-dua hari sudah dapat hasil pemilih dari luar negeri.

Apakah ada kecurangan selama proses pemilihan di luar negeri?

Kecurangan tidak ada, karena di supervisi secara langsung. Dilihat oleh CNE atau Bawaslu dan observator dan pengawas dari international. Untuk kecurangan tidak ada di Timor Leste karena pengawasannya yang ketat.

Dirjen PSDKP KKP: Kami Bisa Membaur dengan Pelaku

Berdasarkan indeks risiko IUU Fishing yang dirilis Global Initiative Against Transnational Organized Crime (Gitoc) pada Desember 2023, Indonesia tercatat sebagai negara terburuk keenam dari 152 negara dalam menangani praktik illegal, Uunreported, and unregulated fishing (IUUF).

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.