Di Balik Layar Investigasi Tinder Swindler

Tinder Swindler adalah karya investigasi yang diterbitkan pada 2019 oleh VG, media yang paling banyak dibaca di Norwegia. Ceritanya berfokus pada seorang penipu yang bertemu dengan korbannya melalui Tinder. 

Setelah melakukan investigasi selama enam bulan, tim reporter VG berhasil membongkar kedok Simon Leviev. Pria Israel yang sebelumnya bernama Simon Hayut tersebut menyamar sebagai putra pengusaha berlian untuk menipu banyak perempuan Skandinavia. Untuk meyakinkan para korban, Leviev menggunakan jet pribadi ketika bepergian, lengkap dengan rombongan palsu.

Setelah berhasil meyakinkan para korban dan menjebak mereka dalam hubungan romantis, Leviev mengeruk puluhan hingga ratusan ribu US$ dari kantung mereka. Uang dari satu korban kemudian digunakan untuk menjerat korban lainnya, begitu seterusnya. 

Shimon Hayut, yang juga dikenal sebagai “Simon Leviev.” (Foto: Tore Kristiansen/VG)

Liputan ini menarik dibaca lebih dari dua juta orang. Data awal menunjukkan bahwa sekitar 50%, membacanya hingga tuntas. Jumlah pembaca versi Inggrisnya pun menyentuh angka 500.000 orang. Tak hanya itu, liputan ini juga ditindaklanjuti oleh banyak media internasional.

Tinder Swindler didesain untuk pengguna telepon pintar. Pembaca disuguhkan kombinasi video pendek, foto, dan teks yang otomatis berubah ketika mereka menggulir layar. Menariknya, hanya 924 kata yang digunakan dalam versi bahasa Inggris liputan ini.

Natalie Hansen, salah satu reporter yang terlibat dalam liputan Tinder Swindler, mengatakan bahwa kemasan multimedia dimungkinkan karena para nara sumber tak segan untuk berbagi rekaman komunikasi mereka dengan Leviev.

 

Di Balik Layar Tinder Swindler

Terbongkarnya kedok Simon Leviev bermula dari usaha Cecilie Fjellhøy, seorang mahasiswa asal Norwegia, yang menghubungi VG pada 2018. Ia sadar sudah jadi korban penipuan setelah Simon membuatnya menarik pinjaman bank senilai lebih dari US$240.000. Semua pesan WhatsApp dan video yang menggambarkan hubungannya dengan Simon, dia serahkan kepada VG.

“Kami telah melakukan beberapa proyek serupa sebelumnya, tetapi tidak ada yang sesukses liputan ini,” kata Natalie Hansen, Reporter VG. 

“Alasan utama meliput (Tinder Swindler) adalah untuk menjangkau korban lain di seluruh Eropa,” ujar Natalie Hansen.

Lars Håkon Grønning, Editor VG mengatakan keputusan mengemas Tinder Swindler dalam bentuk multimedia ada di tangannya. Meski demikian, penilaian reporter yang menggarap liputan jadi pertimbangan utama.

“Saya tidak berpikir bisa mengemas setiap investigasi seperti (Tinder Swindler) ini karena materi yang kami miliki. Menggunakan materi pribadi di ponsel Cecilie benar-benar hal yang tidak biasa,” terangnya.

Mengemas secara multimedia, lanjut Grønning, menghadirkan tantangan lain. Teks yang disematkan, mesti ditulis dengan sangat sederhana.

“Penulis kami sangat suka menulis secara kreatif, jadi agak sulit baginya untuk menulis dengan sederhana,” imbuhnya.

 

Transformasi Digital

VG — kependekan dari Verdens Gang — diluncurkan oleh gerakan perlawanan Perang Dunia II yang muncul di Norwegia. Media yang berada di bawah grup Skandinavia Schibsted tersebut, sekarang menjadi media daring terbesar di negara itu. 

Saat teknologi digital semakin merangsek, VG melakukan PHK besar-besaran. Perampingan terakhir dilakukan pada 2014. Pada saat yang sama, pembaca daringnya menembus angka 1,8 juta pengunjung unik per hari.

Lars Håkon Grønning, Editor VG, mengatakan jumlah staf redaksinya stabil di angka 260 orang selama tiga tahun terakhir. Mereka juga berhasil mempertahankan unit investigasi yang beranggotakan 12 reporter. 

Tangkapan layar dari investigasi Tinder Swindler yang menampilkan percakapan penipu dengan korbannya.
Tangkapan layar dari investigasi Tinder Swindler yang menampilkan percakapan penipu dengan korbannya.

Untuk beradaptasi dengan teknologi baru, mereka menggunakan pendekatan multimedia saat mengemas liputan mendalam. Jurnalis video seperti Natalie Hansen juga dilibatkan ketika menggarap investigasi besar. Grønning menganggap bahwa kelincahan beradaptasi dengan platform multimedia merupakan kunci bagi keberlanjutan.

“Staf redaksi kami hanya separuh dari jumlah pada 10 atau 15 tahun lalu. Namun, saya lebih optimis sekarang – 2019 akan menjadi tahun pertama kami berhasil menutupi semua ongkos operasional melalui platform digital. Pendapatan (dari media) cetak tidak lagi penting untuk membiayai staf,” ujar Grønning.

Ia memprediksi bahwa versi cetak VG bakal berhenti total pada 2024. Di sisi lain, performa situs mereka terus menanjak dan tak bergantung pada media sosial. Pasalnya, sekitar 85% pembaca mereka merupakan pengguna yang langsung mengunjungi situs web.

Liputan VG sebagian besar diterbitkan dalam bahasa Norwegia. Adapun versi Inggris, hanya sesekali dirilis untuk liputan yang punya potensi mengundang pembaca global.

“Alasan utama meliput (Tinder Swindler) adalah untuk menjangkau korban lain di seluruh Eropa,” ujar Natalie Hansen.

 

Aspek Visual

Dalam sebuah sekuens Tinder Swindler, Hansen menarasikan perburuan Leviev yang dilakukannya. Sembari tergesa melintasi bandara Munich, ia melongok ponselnya dan bilang “,Saya sekarang menerima foto (Leviev) dari fotografer dan seorang perempuan Swedia. Wow, dia sekarang berada di Munich”.

Hansen menyebut bahwa potongan video yang menggambarkan proses di belakang layar bisa meningkatkan kepercayaan pembaca. Lebih jauh, ia bilang bahwa keputusan menampilkan potongan video tersebut muncul dari fitur unik platform seluler.

“Ini benar-benar memungkinkan pemirsa merasa kalau cerita terjadi saat mereka membacanya. Saya berada di depan kamera karena lebih mudah untuk bercerita dengan cara tersebut; Pemirsa dapat mengalami perasaan ‘sekarang’ dari video,”ujarnya.

Grønning mengatakan: “Natalie dan Kris bekerja sangat keras dalam liputan ini. Mereka bahkan menyalakan alarm pada pukul 3 pagi untuk menulis dialog. Dengan cara tersebut mereka membuat gambar dari pesan-pesan yang dimunculkan dalam tulisan koheren dengan tangkapan layar yang didapat dari nara sumber.”

Menurut Grønning dan Hansen, beberapa elemen yang membuat pengemasan Tinder Swindler bekerja dengan baik adalah:

  • Nara sumber utama yang bersedia berbagi teks dan video yang mengungkap dan bahkan mengabaikan hak privasi mereka;
  • Penggunaan bahasa yang sederhana sebagai pendukung;
  • Penggunaan bukti penting dalam gambar. Tinder Swindler menggunakan dokumen slip setoran bank palsu Leviev yang digunakannya untuk meyakinkan korban kalau ia telah membayar kembali pinjaman;
  • Tim desain yang mampu mengotomatiskan pemutaran video dan teks;
  • Video dengan otoritas terkait — seperti wawancara mereka dengan seorang penyelidik polisi Israel;
  • Potongan video berisi penelusuran yang dilakukan reporter; dan
  • Kolaborasi dengan wartawan lain, dalam hal ini adalah jurnalis Israel Uri Blau. (Penerjemah: Kholikul Alim)

 

Artikel lainnya:


Rowan Philp adalah reporter GIJN. Ia pernah bekerja untuk Sunday Times di Afrika Selatan. Sebagai koresponden luar negeri, ia meliput beragam topik seperti korupsi, politik, dan konflik di lebih dari dua lusin negara di berbagai belahan dunia.

Tulisan ini merupakan saduran dari Of, By and For the Smartphone: The Tinder Swindler Investigation yang dipublikasikan Global Investigative Journalism Network (GIJN). Alih bahasa ini disponsori oleh dana hibah dari Google News Initiative. Untuk menerbitkan ulang tulisan ini, Anda bisa menghubungi [email protected].

Cara Menggalang Dana untuk Jurnalisme Investigasi

Mencari pendanaan bagi organisasi jurnalisme bisa jadi tanggung jawab yang meresahkan, terutama jika organisasi tersebut tidak memiliki orang yang berpengalaman dalam penggalangan dana. Bagaimana cara mengatasinya?

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.