Penguasaan proyek pembangunan di Bantul selama lima tahun terakhir oleh segelintir orang dinilai tak lepas dari campur tangan penguasa kala itu. Mantan Bupati Bantul Idham Samawi disebut-sebut turut menjalankan roda pemerintahan Kabupaten Bantul kendati tak lagi menjabat sebagai kepala daerah. Berikut laporan wartawan Harian Jogja Bhekti Suryani.
Pejabat salah satu instansi pemerintah di Kabupaten Bantul itu masih ingat peristiwa lima tahun lalu. Ia menerima pesan singkat undangan rapat di rumah dinas bupati di Trirenggo, Bantul. Pengundangnya mantan Bupati Bantul Idham Samawi yang tidak lagi berkuasa sejak pertengahan 2010.
Undangan itu berisi rapat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Bantul. Undangannya enggak pernah lewat surat, selalu lewat SMS. Waktunya menyesuaikan Pak Idham, ungkap sumber itu ditemui November lalu.
Kala itu, sekitar akhir 2010 hingga 2011, Bantul telah dipimpin oleh Bupati Sri Surya Widati yang tidak lain isteri Idham Samawi. Kini Sri Surya Widati tidak lagi menjabat bupati setelah calon petahana itu kalah melawan Suharsono pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 9 Desember 2015.
Kendati sejak akhir 2010 Bantul telah dipimpin Sri Surya Widati, namun Idham disebut tak lepas tangan turut mengendalikan jalannya pemerintahan. Beberapa kali rapat yang memimpin Pak Idham, dia juga memberi nasehat ke pejabat SKPD. Kalau Bu Ida [sapaan akrab Sri Surya Widati] lebih banyak diam,? kata Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang meminta identitasnya dirahasiakan demi keamanannya itu.
Dua kali sudah sumber media ini mengikuti rapat yang dipimpin Idham. Pertama di rumah dinas, lainnya di kediaman pribadi Sri Surya Widati dan Idham Samawi di Baciro, Jogja. Isi rapatnya menyangkut hal strategis. Misalnya membahas anggaran perubahan. Pernah juga misalnya waktu ada investor mau mencari lahan untuk pembangunan Kampus UIN [Universitas Islam Negeri] di Kecamatan Kasihan, beliau yang mengarahkan lokasinya. Juga soal bagaimana dana hibah untuk klub sepak bola Persiba bisa cair, ungkap pejabat itu.
Kendati tak ada surat undangan resmi serta notulensi layaknya rapat pemerintah, namun arahan di rapat infromal ituah yang menjadi acuan pimpinan SKPD di Bantul kala itu untuk menjalankan kebijakan. Mereka kata sumber itu tidak berani melawan kuasa dinasti Samawi saat itu.
Cerita rapat pemerintah yang dipimpin Idham sampai sekarang jadi rahasia umum di kalangan pejabat Pemkab. Salah satu pimpinan instansi pemerintah lainnya juga mengungkapkan hal serupa. Sumber itu mengakui Idham sering memimpin rapat membahas kebijakan strategis terkait pembangunan Bantul.
Awal Bu Ida menjabat memang beliau [Idham Samawi] pernah memimpin rapat. Biasanya membicarakan APBD [Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah]. Juga bicara soal bagaimana anggaran bisa goal saat di DPRD, tutur sumber itu. Ia tak heran bila banyak proyek pembangunan baik konstruksi maupun properti di Bantul dikuasai segelintir orang yang dekat dengan penguasa, lantaran adanya campur tangan orang kuat dalam pemerintahan selama lima tahun terakhir.
Idham Samawi membantah disebut-sebut memimpin rapat SKPD dan turut mengendalikan pemerintahan. Sangat tidak benar. Cobalah pakai logika, Masa saya pimpin rapat SKPD, aneh benar. Kenapa orang mendiskreditkan saya habis-habisan. Salah saya apa kok tiba-tiba saya dibully. Gila betul itu memimpin rapat SKPD. Ketika jadi bupati iya, sering sekali mimpin rapat. Begitu enggak jabat enggak ada lagi cerita, tegas Idham dikonfirmasi pertengahan Januari lalu.
Sri Surya Widati juga membantah suara sumbang yang menyudutkan suaminya. Itu enggak benar lah jangan nggolek-nggoleki [cari-cari]. Namanya lima tahun pemerintahan salah sedikit ada, asal enggak prinsip. Saya enggak mau dibilang suami saya ikut campur. Tetap putusan di saya. Kalau saya minta pertimbangan apa salah. Kalau dirinci, sedikit pasti adalah [kesalahan] tapi terus terang sampai sekarang saya enggak korupsi kok sampai tugas saya selesai,?ungkap Sri Surya Widati.