Beberapa perusahaan bahan bakar fosil telah menghabiskan waktu puluhan tahun menyebarkan disinformasi kepada publik tentang kondisi krisis iklim. Mereka berupaya memoles citranya sebagai pemimpin iklim global.
Perusahaan swasta besar seperti Exxon, Shell, BP, dan Chevron beserta badan usaha milik negara seperti Saudi Aramco, Petrobras Brasil, dan Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi (ADNOC) telah meluncurkan rencana keberlanjutan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Mereka berjanji membantu dunia mencapai emisi karbon “nol bersih” pada tahun 2050. Tujuan ini mencakup penghapusan atau penetralan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia.
Janji-janji besar ini disertai dengan serangkaian janji. Produsen minyak dan gas terbesar di dunia mengatakan bahwa dalam perjalanan menuju nol emisi, mereka akan mengurangi atau mengimbangi emisi perusahaan mereka. Mereka juga berjanji mengubah ekonomi nasional yang sebelumnya bergantung pada batu bara, menggunakan metode seperti penangkapan karbon untuk mengurangi emisi, menghilangkan kebocoran metana, dan mengurangi intensitas karbon dari ekstraksi serta produksi bahan bakar fosil.
Serangkaian janji dan target sementara tersebut membingungkan dan hampir semuanya bersifat sukarela. Namun, terlepas dari tujuan-tujuan luhur tersebut, Energy Institute menyebut bahwa konsumsi bahan bakar fosil global dan emisi energi, mencapai rekor tertinggi pada 2023. Strategi iklim perusahaan, tampaknya, belum diterjemahkan ke dalam tindakan-tindakan untuk menghindari tingkat pemanasan planet yang berbahaya.
Jurnalis perlu menyampaikan kepada publik kesenjangan antara rencana iklim industri bahan bakar fosil dan keputusan bisnis industri yang sebenarnya dibuat. Jika perusahaan menjanjikan tindakan berani untuk mengurangi emisi sekaligus merencanakan perluasan produksi bahan bakar fosil yang signifikan, maka secara faktual rencana iklim mereka bermasalah. Tulisan ini akan menjelaskan alasannya.
Jurnalis harus sangat skeptis terhadap klaim iklim yang dibuat produsen minyak dan gas. Ilustrasi sederhana bisa digambarkan oleh kasus Shell, yang termasuk dalam 10 penghasil emisi gas rumah kaca teratas di antara produsen bahan bakar fosil.

Shell telah mendanai penelitian tentang perubahan iklim, jauh sebelum isu ini dibicarakan oleh masyarakat. Mereka membantu mendirikan Unit Penelitian Iklim di Universitas East Anglia pada 1972 dan pada 1988 menerbitkan laporan rahasia yang mengukur kontribusinya perusahaan ini terhadap kenaikan suhu global. Pada periode 1989 hingga 1998, operasi Shell di AS, Shell Oil, merupakan bagian kelompok industri yang disebut Global Climate Coalition. Kelompok ini berusaha mengecilkan ancaman krisis iklim dengan meyakinkan masyarakat AS bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia didasarkan pada ilmu pengetahuan yang belum terbukti.
Taktik ini kemudian digantikan oleh usaha untuk mengubah citra perusahaan sebagai mitra yang beritikad baik dalam perang melawan krisis iklim. Puncaknya terjadi pada 2020 dengan janji menjadi perusahaan nol karbon pada 2050. Namun, menurut sebuah liputan di Financial Times, Shell merevisi strategi tersebut pada 2023 dan menurunkan target intensitas karbon yang sudah mereka tetapkan untuk 2030. Pada tahun tersebut, perusahaan mengumumkan kepada para investor bahwa mereka akan mengembangkan bisnis gas alam. CEO perusahaan itu, Wael Sawan, berpendapat bahwa perubahan-perubahan ini akan membuat pencapaian target iklim “lebih mungkin, bukan lebih kecil,” sebuah posisi yang dikritik oleh banyak kelompok lingkungan.
Kisah serupa terjadi pada produsen minyak dan gas lainnya yang bertanggung jawab atas sebagian besar emisi industri dunia. Pertama, sebagian besar perusahaan minyak dan gas menyangkal, menolak, atau mengabaikan kondisi darurat iklim. Kemudian, dalam beberapa tahun terakhir mereka mengungkap janji-janji iklim yang terdengar ambisius. Sekarang, terlepas dari atau karena janji-janji tersebut, produksi bahan bakar fosil mereka memecahkan rekor.
Dalam bagian ini, kami akan memberikan teknik praktis dan sumber data untuk membantu jurnalis memahami pendekatan industri terhadap perubahan iklim. Tulisan ini juga akan menunjukkan kepadamu cara menemukan informasi terperinci tentang rencana iklim perusahaan perorangan, memberikan saran tentang cara mengevaluasi janji emisi perusahaan, dan mengarahkanmu ke contoh-contoh penceritaan yang jelas dan menarik tentang suatu topik – yang terkadang tampak sangat rumit.
Cara menemukan janji iklim
Perusahaan minyak dan gas adalah ahli pemasaran dan periklanan, seperti yang sudah didokumentasikan Drilled dan lainnya. Kapan pun kamu mulai menyelidiki rencana iklim perusahaan, akan berguna untuk terlebih dahulu mendapatkan gambaran tentang bagaimana rencana tersebut dikampanyekan kepada publik. Tempat termudah untuk memulai adalah mengunjungi bagian “keberlanjutan” dari situs web perusahaan yang sedang kamu telisik. Di sana kamu bisa menemukan informasi dasar tentang janji dan tujuan perusahaan.
Situs web perusahaan juga seringkali tertaut ke “laporan keberlanjutan” yang lebih detail, seperti informasi tentang tuntutan hukum. Berikutnya, ketahui aspek dari rencana iklim tersebut yang saat ini ditekankan oleh perusahaan melalui iklannya. Salah satu sumber untuk melihat kampanye iklan perusahaan melalui Pusat Transparansi Iklan Google maupun Perpustakaan Iklan Facebook. Info terperinci tentang kampanye iklan Facebook bisa didapat di sana.
Mengetahui bagaimana sebuah perusahaan menjelaskan dan mempromosikan janji-janji iklimnya kepada publik dapat menjadi titik awal untuk mengembangkan cerita. Kamu bisa tahu kalau Exxon mempromosikan bisnis hidrogen “rendah karbon” atau bahwa BP America mengiklankan penangkapan dan penyimpanan karbon.
Setelah informasi-informasi awal terkumpul, ajukan pertanyaan untuk tahu gambaran besarnya. Mengapa perusahaan menekankan satu solusi iklim, bukannya yang lain? Apa yang tidak ditekankannya? Keuntungan finansial apa yang bisa diperoleh? Mempelajari hal-hal spesifik tentang cara perusahaan memasarkan solusi iklimnya juga memungkinkanmu melakukan penyelidikan yang lebih terperinci. Jenis sumber daya apa, jika ada, yang digunakan perusahaan untuk solusi pilihannya? Dan apakah perusahaan tersebut membuat kemajuan?
Menelisik janji iklim
Perusahaan bahan bakar fosil sering kali menggambarkan janji iklim mereka kepada publik dengan istilah yang luas, samar, dan optimistis. Namun perusahaan harus jauh lebih spesifik saat berurusan dengan investor dan regulator karena rencana ini menghasilkan konsekuensi finansial dan kebijakan. Menemukan informasi tersebut bisa memberi tahu banyak hal tentang hal sebenarnya dari janji iklim perusahaan. Mulai dari seberapa lengkap rencana, kerangka waktu, dan bagaimana pengurangan akan dilakukan. Carbon Disclosure Project, yang sekarang dikenal sebagai CDP, adalah tempat yang cocok untuk mencari tahu soal itu. Lembaga nirlaba ini telah membuat katalog dan menilai pengungkapan lingkungan dari perusahaan, kota, dan wilayah besar selama beberapa dekade.
CDP mengelola basis data daring tempat perusahaan secara sukarela mengajukan laporan berisi risiko iklim yang mereka hadapi, sasaran iklim internal yang sedang dituju, kemajuan dalam mencapai sasaran tersebut, dan informasi terperinci tentang emisi aktual mereka. Menurut CDP, perusahaan melakukannya karena berbagai alasan, termasuk melindungi dan meningkatkan reputasi mereka serta memperoleh akses ke modal.
Sebelum mengakses laporan, kamu harus mendaftar di situs web CDP. Setiap pengungkapan yang dilakukan perusahaan, dinilai oleh CDP. Parameternya adalah kualitas dan kelengkapan informasi yang dipublikasikan, serta upaya perusahaan untuk mencapai tujuan iklim. Jurnalis bisa cukup yakin dengan keakuratan dan integritas nilai lantaran CDP adalah organisasi independen dengan metodologi penilaian yang sejalan dengan standar internasional untuk pengungkapan iklim.

Meskipun data-data di CDP utamanya berisi laporan perusahaan swasta, tetapi ada juga laporan yang dibuat perusahaan milik negara seperti Petrobras dan Petronas Malaysia. Telusuri perusahaan yang sedang kamu selidiki dan hasilnya mungkin membuatmu terkejut.
Adakalanya cerita menarik bisa dibuat hanya dengan membandingkan apa yang dikatakan perusahaan kepada publik dengan apa yang dipublikasikan dalam pengungkapan CDP-nya. Suncor misalnya, tergabung dalam kelompok industri Kanada bernama Pathways Alliance yang terdiri dari enam produsen pasir minyak – bentuk minyak bumi yang sangat intensif karbon – teratas di negara itu. Pathways, selama bertahun-tahun, telah mempromosikan rencana untuk membantu memangkas emisi tahunan senilai 22 juta ton dari industri pasir minyak Kanada dalam sedekade.
Namun, saat meninjau salah satu laporan CDP Suncor untuk outlet media perubahan iklim DeSmog, saya menemukan kalau perusahaan ini secara aktif berupaya membuka “pasar internasional baru dalam 5 – 10 (tahun) berikutnya untuk minyak mentah dan produk sulingan kami.” Mereka berusaha meyakinkan para investor bahwa jika alternatif yang lebih bersih dari minyak lepas landas di Amerika Utara, produk bahan bakar fosil perusahaan tersebut akan “dengan mudah diangkut ke pasar global.” Hal ini penting karena Suncor adalah produsen minyak terbesar kedua di Kanada. Mengambil langkah untuk mengurangi emisi di dalam negeri sambil memperluas jejak iklimnya di luar negeri membuat kredibilitas kontribusi Suncor terhadap rencana iklim Pathways bisa dipertanyakan.
Cara lain menggunakan laporan CDP adalah membandingkan laporan perusahaan selama beberapa tahun untuk menganalisis kemajuan mereka terkait emisi. Terkadang perusahaan akan memberikan angka spesifik emisi yang berasal berbagai lini bisnis dan operasi perusahaan. Kolaborasi ProPublica dengan Oregonian/OregonLive mampu menghasilkan cerita menarik tentang emisi bahan bakar fosil Nike dengan metode ini. Raksasa produsen perlengkapan olahraga itu, dalam beberapa tahun berturut-turut, telah mengungkapkan data yang menunjukkan bahwa emisi dari jet pribadi perusahaan meningkat secara substansial. Liputan yang dihasilkan dijuduli: After Nike Leaders Promised Climate Action, Their Corporate Jets Kept Flying — and Polluting. Dalam sebuah pernyataan, Nike menyebut bahwa jet pribadi meningkatkan produktivitas dan mengatasi masalah keamanan para eksekutif perusahaan. Mengenai pembatasan polusi karbon, perusahaan berdalih bahwa mereka “berfokus pada area yang memiliki dampak terbesar,” yaitu produksi bahan untuk sepatu kets dan pakaian.
Ketika mencermati pengungkapan perusahaan bahan bakar fosil, perhatikan apakah kamu dapat menemukan tren penting terkait angka yang mereka umumkan. Jika emisi dari lini bisnis perusahaan minyak dan gas tumbuh secara signifikan meskipun ada janji-janji iklimnya, maka itu bisa menjadi berita yang bagus. Guardian dan Floodlight misalnya, mengungkap dalam salah satu bagian dari investigasi tahun 2021 terhadap ExxonMobil bahwa perusahaan tersebut membakar gas berlebih dalam jumlah besar di Guyana. Hasilnya adalah 770.000 metrik ton emisi gas rumah kaca, meskipun mereka telah berjanji kepada pemerintah untuk mengakhiri praktik tersebut. “Pekerjaan kami dan dukungan dari pemerintah Guyana adalah dasar dari hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan serta menciptakan nilai signifikan bagi masyarakat Guyana,” jawab Exxon saat dikonfirmasi mengenai temuan tersebut.
Memahami kategori pengurangan emisi
Ketika mengevaluasi rencana keberlanjutan iklim perusahaan, penting untuk mengetahui dan meninjau setiap jenis emisi yang ditargetkan perusahaan.
Emisi suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga kategori besar.
- Emisi Cakupan 1 mengacu pada gas rumah kaca yang dilepaskan oleh operasi perusahaan. Ini dapat mengacu pada emisi dari rig pengeboran dan truk pengangkut milik perusahaan.
- Emisi Cakupan 2 mengacu pada emisi tidak langsung yang diperlukan untuk operasi perusahaan. Contohnya adalah emisi dari listrik yang dibeli perusahaan untuk menjaga agar lampu tetap menyala di kilang minyak milik mereka.
- Emisi Cakupan 3 berasal dari konsumen yang benar-benar menggunakan dan membakar bahan bakar fosil produksi perusahaan. Setiap kali kamu mengendarai mobil bertenaga bensin, misalnya, emisi Cakupan 3 dikeluarkan dari knalpotmu.
Untuk gambaran umum yang baik tentang berbagai cakupan emisi beserta artinya, lihat percakapan antara penulis energi David Roberts dan Laura Draucker dari lembaga nirlaba Ceres.
Mengetahui perbedaan setiap emisi, sangat penting. Pasalnya, hampir semua rencana iklim industri minyak dan gas berfokus pada emisi Cakupan 1 dan 2 daripada emisi Cakupan 3. Kelalaian tersebut signifikan karena, menurut Wood Mackenzie, hingga 95% emisi gas rumah kaca yang terkait dengan perusahaan minyak dan gas berada dalam kategori Cakupan 3.
Oleh sebab itu, ketika sebuah perusahaan minyak dan gas berjanji mencapai “emisi nol” atau membuat janji pengurangan emisi lainnya, cari tahu kategori emisi mana yang sedang dibicarakan. Rencana pemangkasan emisi operasional (Cakupan 1 dan 2) tanpa pengurangan emisi dari pembakaran produk (Cakupan 3), bisa jadi memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan polusi karbon keseluruhan mereka dengan menjual lebih banyak minyak dan gas secara. Hal tersebut dilakukan sembari mengklaim kemajuan iklim karena menjalankan proses produksi yang sedikit lebih bersih.
Mengukur emisi Cakupan 3, lebih rumit daripada Lingkup 1 dan 2. Pasalnya, hal itu melibatkan pencatatan rantai pasokan global yang panjang dan kompleks. Ada juga faktor-faktor yang kemungkinan berada di luar kendali perusahaan bahan bakar fosil, seperti peraturan negara tertentu mengenai jarak tempuh kendaraan. Namun, perusahaan bahan bakar fosil telah mulai mengatasi tantangan teknis ini. Beberapa perusahaan minyak dan gas besar asal Eropa misalnya, menetapkan target Cakupan 3 dalam beberapa tahun terakhir. Kemajuan dalam mencapai target ini masih sulit dipahami. Perdebatan tentang siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas emisi Cakupan 3 bisa menjadi bahan bagus untuk diliput. Sebagai contoh, ketika seorang eksekutif perusahaan minyak dan gas terkemuka pada bulan Februari 2024 tampaknya menyalahkan konsumen karena tidak menyadari emisi akibat pembakaran bensin lantaran tidak ingin membayar harga terkait pengurangan emisi. Guardian melaporkan perdebatan tersebut, termasuk mengutip ekonom iklim Columbia Business School Gernot Wagner yang mengatakan, “Ini seperti seorang gembong narkoba yang menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri atas masalah narkoba.”
Jika sebuah perusahaan benar-benar ingin mengatasi dampak iklim Cakupan 3 dari bisnisnya, maka hal itu akan melibatkan restrukturisasi seluruh model bisnisnya. Perusahaan analisis data, Wood Mackenzie, menjelaskan beberapa cara baru untuk mengatasi emisi Cakupan 3, termasuk “diversifikasi agresif ke energi terbarukan dan bahan bakar rendah emisi.” Jadi jika peningkatan produksi bahan bakar fosil masuk dalam rencana perusahaan, maka hal itu tidak banyak membantu mengatasi pendorong utama perubahan iklim: ekonomi global yang bergantung pada minyak, gas, dan batu bara. Rencana iklim perusahaan minyak dan gas yang hanya berfokus pada emisi Cakupan 1 dan Cakupan 2 justru dapat memperburuk krisis iklim.
Jurnalis juga harus memperhatikan jenis pengurangan emisi yang dijanjikan perusahaan. Sering kali ketika perusahaan menetapkan target iklim secara sukarela, target tersebut merujuk pada pengurangan intensitas emisi, bukan penurunan absolut emisi. Keduanya punya perbedaan penting. Intensitas karbon merujuk pada rasio antara output dan emisi perusahaan. Jika perusahaan minyak melepaskan sejumlah emisi untuk setiap barel yang diproduksinya, dan kemudian membuat proses itu lebih efisien, intensitas karbonnya akan menurun. Namun, jika mereka memproduksi lebih banyak barel minyak selama periode waktu yang sama, maka emisi absolutnya sebenarnya dapat meningkat. Untuk informasi lebih lanjut tentang ini, lihat unggahan dari London School of Economics.

Ketika sebuah perusahaan hanya menetapkan target intensitas, hal itu perlu diselidiki. Pasalnya, jika mereka tidak mengambil langkah-langkah tambahan, maka total emisi perusahaan meningkat. Misalnya, sebuah perusahaan telah mengumumkan sasaran untuk mencapai pengurangan intensitas gas rumah kaca sebesar 20 hingga 30 persen di seluruh perusahaan pada tahun 2030 – yang hanya berlaku untuk emisi Cakupan 1 dan 2. Jika hal ini tercapai, artinya proses produksi untuk setiap barel minyak akan menjadi hingga 30 persen lebih bersih. Namun, tidak ada batasan jumlah total barel yang diproduksi perusahaan dan perusahaan terus mengembangkan cadangan minyak baru. Membakar minyak tambahan tersebut akan mempercepat perubahan iklim, meskipun proses produksinya sedikit kurang berbahaya bagi lingkungan.
Cari dokumen yang diserahkan ke pemerintah
Untuk mengurai rincian ini, ada baiknya melihat pengajuan resmi perusahaan kepada badan pemerintah dan regulator.
Terkadang, apa yang dikatakan perusahaan selama sidang tentang undang-undang iklim baru mengungkap hal penting. Jika undang-undang berpotensi memengaruhi industri bahan bakar fosil, perusahaan atau asosiasi dagang cenderung memberikan komentar terperinci yang dapat diakses oleh publik. Dokumen lain yang bisa dicari adalah transkrip perwakilan perusahaan dalam penyelidikan pemerintah atau aplikasi tertulis yang ditujukan untuk mendapatkan persetujuan lingkungan atas proyek baru. Terkadang, dokumen-dokumen tersebut bisa ditemukan dengan mencari nama perusahaan di situs web pemerintah. Permintaan dokumen dengan dasar keterbukaan informasi publik juga bisa diusahakan.
Cara lain untuk menemukan dokumen adalah dengan mencari catatan debat publik untuk usulan regulasi iklim di level nasional maupun lokal. Kadang-kadang pengajuan ini akan tersedia untuk umum di situs web perusahaan atau asosiasi perusahaan di bawah bagian “ruang berita” atau “media.”
Jika kamu menyelidiki badan usaha milik negara, perusahaan tersebut dapat mengungkapkan informasi tentang janji iklimnya kepada regulator atau pembuat kebijakan di negara asal. Pilihan lainnya adalah memeriksa apakah perusahaan tersebut memiliki anak perusahaan di negara lain, seperti di AS misalnya. Anak perusahaan adakalanya mengungkapkan lebih banyak informasi publik daripada di negara tempat perusahaan tersebut berkantor pusat.
Permohonan informasi publik dapat menjadi sumber daya berguna bagi jurnalis. Pasalnya, sebagian besar yurisdiksi tempat perusahaan minyak dan gas beroperasi kemungkinan memiliki semacam target iklim nasional atau lokal yang mengikat secara hukum. Dalam pengajuan, perusahaan sering kali berupaya meyakinkan pembuat kebijakan bahwa rencana iklim yang mereka buat secara sukarela sejalan dengan target pemerintah. Mereka dapat meminta dana yang bersumber dari pembayaran pajak untuk mendukung rencana (iklim) perusahan atau menentang kebijakan pemerintah yang bisa berdampak pada pembatasan produksi minyak dan gas mereka. Keduanya, bisa menjadi bahan untuk liputan.

Dalam sebuah artikel di DeSmog, penulis menemukan pengajuan yang dibuat Pathways Alliance kepada pemerintah Kanada. Mereka menyatakan bahwa strategi emisi nol-nya – yang terutama berfokus pada emisi Cakupan 1 dan Cakupan 2 – kemungkinan bakal meningkatkan emisi Cakupan 3-nya. “Seiring dekarbonisasi di sektor ini, kami percaya bahwa pasir minyak dapat memainkan peran lebih besar dalam menghasilkan energi bagi Kanada dan dunia,” kata Pathways dalam pengajuan tersebut. Pengajuan tersebut mengacu pada kemungkinan bahwa proses produksi yang lebih bersih untuk pasir minyak Kanada – yang juga dikenal sebagai “pasir tar” karena minyak berat dicampur dengan pasir dan material lainnya – bisa membuat Kanada mengekspor lebih banyak minyak ke luar negeri. Seperti yang dikutip oleh DeSmog, seorang advokat lingkungan mengklaim bahwa hal ini akan menjadi “lonceng kematian bagi target iklim kita.”
Untuk perusahaan Amerika Serikat, carilah laporan yang dikirimkan perusahaan terbuka ke Securities and Exchange Commission. Periksa juga laporan lainnya di tingkat negara bagian.
Mengevaluasi rencana ekspansi perusahaan
Seperti yang telah banyak disinggung, ukuran terpenting dari janji iklim perusahaan adalah pembatasan produksi bahan bakar fosil. Cara terbaik untuk menyelidiki apakah komitmen emisi nol bersih menjadi panduan dalam mengambil keputusan tentang strategi pasokan minyak dan gas adalah dengan meninjau informasi yang diberikan perusahaan kepada para investor.
Cara mudah untuk mengakses sebagian materi ini adalah dengan menengok bagian “hubungan investor” di situs web perusahaan, yang terkadang diberi label “investor” atau lainnya. Di sana, biasanya tersedia laporan kuartalan perusahaan untuk memberi tahu investor mengenai rencana pertumbuhan dan keberlanjutan. Jika sebuah perusahaan membanggakan cadangan minyak dan gas baru yang sangat besar, maka itu adalah informasi berharga untuk dipertimbangkan saat menyelidiki rencana iklim. Sumber informasi potensial lainnya dapat berupa dokumen seperti prospektus obligasi atau pinjaman yang mungkin mencakup syarat dan ketentuan kesepakatan yang berkaitan dengan industri bahan bakar fosil.
Jurnalis juga bisa memperoleh informasi yang berguna di situs web yang fokus membahas industri ini. Publikasi OilPrice.com umumnya memiliki banyak materi gratis bermanfaat, begitu pula World Oil. Majalah spesialis seperti Oil & Gas Journal biasanya mengharuskan pembaca untuk membayar, tetapi terkadang dapat diakses melalui basis data seperti LexisNexis. Ada juga data berguna yang dihasilkan oleh perusahaan riset independen seperti Rystad Energy. (Situs web perusahaan memiliki banyak artikel gratis, tetapi data khusus yang lebih terperinci umumnya tidak gratis). Lihat juga Data Desk, konsultan riset dan data asal Inggris yang mengkhususkan diri dalam krisis iklim. Selain itu, Global Energy Monitor juga memiliki informasi tentang unit pembangkit listrik tenaga batu bara di seluruh dunia melalui Global Coal Plant Tracker.
Kontras yang muncul dari tujuan iklim ambisius dan data bisnis yang dilaporkan oleh pengamat industri dapat menjadi bahan menarik untuk liputan. The New York Times melaporkan pada Maret 2024 tentang data Rystad Energy yang menunjukkan bahwa Petrobras memompa minyak mentah hampir sebanyak Exxon setiap tahun dan hal itu bisa menjadikan mereka produsen minyak terbesar ketiga di dunia pada 2030. Cerita tersebut menjadi “kontras yang tajam” dengan upaya pemerintah Brasil untuk melindungi Amazon dan meningkatkan produksi energi terbarukan. Liputan tersebut mengutip kepala eksekutif perusahaan Jean Paul Prates, yang mengatakan “kami perlu menyesuaikan dengan ekspektasi pasar untuk minyak, gas, dan turunannya,” dan bahwa “Petrobras akan terus maju hingga tetes minyak terakhir, seperti halnya Arab Saudi atau Emirat akan melakukan hal yang sama.”
Sementara itu, mencoba mempelajari secara spesifik tentang dampak iklim dari rencana bisnis perusahaan terkadang dapat membingungkan. Pasalnya, saat ini industri sering menggambarkan perluasan bahan bakar fosil sebagai solusi iklim. Ini terutama terjadi untuk pasar global yang berkembang pesat untuk gas alam cair (LNG). Pembakaran gas untuk produksi listrik, gas rumah kaca yang diemisi lebih sedikit dibandingkan dengan batu bara yang dianggap sebagai bahan bakar fosil paling kotor. Atas dasar itu, perusahaan minyak dan gas sering memasarkan perluasan ekspor LNG sebagai sebuah kemajuan terkait iklim.
Seorang eksekutif Shell mengatakan pada Maret 2024 bahwa Tiongkok “berusaha untuk mengurangi emisi karbon dengan beralih dari batu bara ke gas,” dan oleh karena itu, “gas memiliki peran penting untuk dimainkan dalam mengatasi salah satu sumber emisi karbon dan polusi udara lokal terbesar di dunia.” Sementara itu Shell berencana “untuk menumbuhkan bisnis LNG sebesar 20-30% persen pada 2030 dibandingkan dengan 2022,” menurut strategi transisi energi 2024.
Jurnalis investigasi harus skeptis terhadap klaim apapun mengenai manfaat iklim dari gas alam. Pembakaran gas mungkin lebih bersih daripada batu bara, tetapi kebocoran gas metana selama produksi dan transportasi bahan bakar fosil berdampak serius pada perubahan iklim. Hal itu sejalan dengan sebuah studi yang diterbitkan di Nature pada Maret 2024. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim telah mengindikasikan bahwa “potensi pemanasan global” metana, dalam jangka pendek, adalah 84 hingga 86 kali lipat dari karbon dioksida. Faktanya, banyak ilmuwan menganggap emisi metana ini tidak perlu dihitung. Padahal konsentrasi metana di atmosfer tumbuh dengan cepat. IEA mengatakan bahwa sekitar sepertiga dari semua emisi metana berasal dari sektor energi, yang meliputi minyak, gas, dan batu bara. Analisis terbaru di The New Yorker juga menyebut kalau kebocoran metana yang sebelumnya tidak diperhitungkan dapat berarti bahwa gas, pada kenyataannya, lebih buruk bagi iklim dibandingkan dengan batu bara.
Penting bagi jurnalis untuk mempelajari jejak metana perusahaan tertentu saat mengevaluasi janji iklimnya. Apalagi jika perusahaan tersebut berencana untuk melakukan perluasan operasi LNG secara signifikan. Transparansi perusahaan mengenai emisi ini sering kali minim, tetapi Global Investigative Journalism Network telah menerbitkan panduan untuk mengukur dan melaporkan emisi metana. Melacak pernyataan perusahaan yang disampaikan kepada regulator, seperti US Environmental Protection Agency, menjadi lebih berguna seiring dengan semakin ketatnya peraturan.
Perusahaan dan regulator menyadari masalah ini dan banyak produsen minyak dan gas besar telah berjanji mengurangi emisi metana selama beberapa tahun terakhir. Upaya tersebut, jika dilakukan secara efektif, dapat mengurangi dampak iklim global dari produksi gas. Namun, jurnalis perlu mempertanyakan apakah rencana iklim perusahaan tersebut memungkinkan peningkatan produksi bahan bakar fosil secara keseluruhan.
Exxon misalnya, berjanji pada Januari 2024 untuk mengurangi intensitas emisi metana di seluruh perusahaan hingga 80 persen pada tahun 2030. Sebuah berita Reuters pada Maret 2024 mencatat bahwa pada periode yang sama, rencana penggandaan ukuran portofolio LNG perusahaan secara global, berjalan lebih cepat dari rencana. Berita itu mengutip seorang eksekutif perusahaan yang menyatakan bahwa “pasar sedang berkembang dan pada 2050, sebesar 75% dari permintaan energi global akan berada di Asia Pasifik. Jadi, kami benar-benar fokus di area itu.”
Penggandaan bisnis gasnya, bahkan jika terjadi bersamaan dengan pencapaian target metana Exxon, akan berdampak negatif terhadap perubahan iklim. Itu karena gas, yang secara teori bisa lebih bersih daripada batu bara jika kebocoran metana dihilangkan, masih merupakan bahan bakar fosil. Pembakarannya di pembangkit listrik masih menghasilkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih banyak daripada sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari. Mengakui kenyataan ini, International Energy Agency menyatakan dalam laporan pada 2021 bahwa, untuk mencapai target iklim global, “tidak perlu investasi dalam batu bara, minyak, dan gas alam baru.”
Ketika sebuah perusahaan mengusulkan perluasan bisnis LNG yang besar, penting untuk mengetahui dari mana gas tersebut akan diekstraksi. Ini dapat membantu jurnalis membantah klaim perusahaan bahwa mengekspor LNG tidak berdampak serius pada iklim.
Sebuah konsorsium perusahaan milik swasta dan badan usaha milik negara, termasuk Shell, PETRONAS, PetroChina, Mitsubishi Corporation, dan KOGAS adalah contohnya. Konsorsium tersebut sedang membangun proyek ekspor gas senilai $40 miliar di pantai barat British Columbia yang disebut LNG Canada dan mengklaim bahwa gas alam akan membantu dunia “bertransisi ke masa depan rendah karbon.” Namun, gas tersebut akan bersumber dari cadangan besar yang disebut Montney Play di Kanada bagian barat. Pasokan gasnya, jika diekstraksi dan dibakar, dapat melepaskan hampir 14 miliar ton karbon dioksida, menjadikannya sumber potensial emisi baru terbesar di negara tersebut.
CBC News menjadikan data tersebut sebagai fokus investigasi utamanya pada 2023 yang bertajuk “Sitting on a carbon bomb.” Leave in The Ground Initiative (LINGO) telah menerbitkan daftar 425 “bom karbon” sejenis di seluruh dunia yang dapat menjadi sumber bagi jurnalis untuk menyelidiki dampak iklim dari proyek ekspor gas tertentu. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak menanggapi permintaan wawancara dari para jurnalis.

Tanda paling jelas dari janji iklim yang dapat dipercaya adalah jika sebuah perusahaan telah mengumumkan rencana untuk mengurangi atau bahkan menghentikan produksi bahan bakar fosilnya. Hal ini jarang terjadi, tetapi bukan hal mustahil. Pada tahun 2009, perusahaan energi Denmark DONG Energy menetapkan target untuk mengalihkan 85% daya yang dihasilkannya dari batu bara ke sumber energi terbarukan pada 2040. Melalui investasi agresif dalam energi angin lepas pantai, perusahaan yang berganti nama menjadi Ørsted tersebut, mencapai 86% energi terbarukan pada 2019. Mereka mencapai dan benar-benar melampaui targetnya 21 tahun lebih awal .
Beberapa perusahaan telah memberikan gambaran sederhana tentang seperti apa hal ini jika menyangkut minyak dan gas. Shell mengatakan pada 2021 bahwa produksi minyak perusahaan akan menurun sebesar 1 – 2% persen per tahun setelah mencapai puncaknya pada tahun 2019, sementara BP menjanjikan pengurangan produksi minyak dan gas sebesar 40% pada 2030 dibandingkan dengan tingkat produksi tahun 2019.
Sumber daya dan perangkat untuk menganalisis janji iklim
Rencana net-zero dari perusahaan bahan bakar fosil berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Meski demikian, tidak ada sistem pemeringkatan universal yang dapat mensertifikasi rencana mana yang sah atau tidak. Ini bisa jadi situasi menguntungkan bagi perusahaan minyak dan gas. Pasalnya, mereka dapat membuat janji yang terdengar ambisius tanpa harus menghadapi pengawasan regulasi yang sama seperti halnya untuk laporan keuangan.
Namun, ada upaya untuk mengubahnya dalam upaya untuk meningkatkan akuntabilitas. Sebuah tim di Salata Institute for Climate and Sustainability, Universitas Harvard sedang mengembangkan “perangkat dan metodologi untuk mengevaluasi apakah target perusahaan mengarah pada pengurangan emisi yang konsisten dengan tujuan gas rumah kaca AS.” Jurnalis dapat menghubungi lembaga tersebut untuk mendapatkan bahan liputan, terutama yang berfokus pada AS.
Selain itu, ada banyak laporan yang menawarkan kerangka kerja untuk mengevaluasi janji perusahaan mencapai nol emisi. MSCI ESG Research misalnya, pada 2021 menerbitkan panduan mengenai komponen kunci target nol emisi yang dapat dipercaya. Rencana pengurangan emisi harus komprehensif, fokus pada sebagian besar emisi gas rumah kaca perusahaan. Mengingat sebagian besarnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di mesin kendaraan atau pembangkit listrik (emisi Cakupan 3), rencana yang hanya mencakup emisi operasional (Cakupan 1 dan 2) tidak mungkin memiliki manfaat iklim substansial. Rencana tersebut juga harus ambisius, tulis panduan tersebut. Menetapkan tujuan untuk 2050 tanpa target sementara yang signifikan kemungkinan besar bakal berujung kegagalan. Selain itu, rencana tersebut harus layak, berdasarkan rekam jejak sebelumnya dalam memenuhi atau melampaui target iklim. Perusahaan yang menetapkan target yang terdengar agresif dan kemudian menarik kembali atau mengabaikan target tersebut bertahun-tahun kemudian tidak menanamkan kepercayaan pada regulator, investor, atau publik.
Sumber informasi bagus lainnya adalah laporan tahun 2022 yang diterbitkan oleh High-Level Expert Group on the Net Zero Emissions Commitments of Non-State Entities, kelompok bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mereka mengadakan konsultasi dengan lebih dari 500 organisasi di seluruh dunia dan menerima hampir 300 submisi. Meskipun tidak secara khusus difokuskan pada perusahaan bahan bakar fosil, salah satu rekomendasi utama laporan tersebut untuk mengevaluasi janji-janji nol emisi mengarah ke inti model bisnis industri minyak dan gas: “Aktor non-negara tidak dapat mengklaim telah mencapai nol emisi sambil terus membangun atau berinvestasi dalam pasokan bahan bakar fosil baru. Batubara, minyak, dan gas menyumbang lebih dari 70% emisi gas rumah kaca global. Net Zero sama sekali tidak sesuai dengan investasi berkelanjutan dalam bahan bakar fosil.” Daftar periksa ringkas emisi nol yang juga diterbitkan oleh kelompok PBB memberikan panduan yang lebih spesifik. Rencana nol emisi harus mengakhiri eksplorasi cadangan minyak dan gas baru, menghentikan perluasan cadangan yang ada, dan menghentikan produksi minyak serta gas secara bertahap. Untuk sumber di sisi evaluasi, lihat NewClimate Institute , Carbon Market Watch , Net Zero Tracker , Columbia Center on Sustainable Investment , Climate Action 100+ , dan inisiatif Science Based Targets .
Jurnalis harus memperlakukan janji pengurangan emisi dari industri minyak dan gas sebagai pernyataan aspiratif — dan yang terburuk, sebagai upaya yang disengaja untuk menyesatkan publik dan mencegah peraturan pemerintah yang mengikat. Meski begitu, rencana iklim sukarela yang diumumkan dalam beberapa tahun terakhir oleh perusahaan besar tetap berguna bagi jurnalis. Karena para pemimpin industri telah mengumumkan target emisi dan jadwal dengan spesifik, jurnalis sekarang memiliki dasar untuk mengevaluasi kontribusi perusahaan-perusahaan ini dalam mengurangi perubahan iklim.
Dengan menggunakan kerangka kerja yang diuraikan dalam bab ini sebagai titik awal, liputanmu dapat membantu mengungkap kesenjangan antara aksi iklim perusahaan yang dijanjikan kepada publik dengan ekspansi minyak dan gas yang sebetulnya dilakukan perusahaan secara agresif. Ini adalah liputan mendesak yang dapat digarap dengan sudut pandang lokal di seluruh dunia. Pasalnya, seperti yang dijelaskan oleh Catherine McKenna, Ketua High-Level Expert Group on the Net Zero Emissions Commitments of Non-State Entities of the United Nations yang sudah bubar saat ini. “Planet ini tidak mampu menanggung penundaan, alasan, atau lebih banyak greenwashing.”
Geoff Dembicki adalah redaktur pelaksana global untuk media investigasi DeSmog. Dia menulis “The Petroleum Papers,” karya yang dianggap sebagai buku terbaik tahun ini oleh Washington Post dan akan dijadikan serial TV.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan di GIJN. Seri berikutnya akan diterbitkan secara berkala pada April hingga Juni 2025.