ARTIKEL

Meliput Perang dari Rumah

Nama Brown Moses mendadak mengemuka saat berhasil menguak kisah tentang penyelundupan senjata di perang sipil Suriah dari sudut pandang yang tak terjamah oleh wartawan, dengan

Sepotong Kenangan tentang Kejayaan Media Cetak

Dalam riwayatnya, media cetak telah ikut mewarnai perubahan dan revolusi di belahan dunia. Salah satu tinta emas yang ditorehkan pers cetak adalah kehebatan jurnalisnya dalam melaporkan reportase investigasi.

Kill the Messenger (2014)

Jurnalisme Investigasi menawarkan popularitas bagi pembuat karya yang dapat membuka mata banyak orang, tapi risiko sebaliknya bisa saja terjadi, seperti digambarkan dalam film Kill the

Taktik Investigasi Panda Nababan

Panda Nababan, yang sekarang mentereng sebagai politisi, adalah seorang wartawan yang lama bergelut dengan peliputan investigasi. Kerja kerasnya melakukan peliputan investigasi ia tuliskan dalam buku ?Jurnalisme Investigatif Panda Nababan: Menembus Fakta, Otobiografi 30 Tahun Seorang Wartawan?.

Cara Baru Mendanai Peliputan Investigasi

Waktu dan biaya jadi dua hal yang membatasi ruang peliputan. Gilbert Cranberg, Professor Emeritus di University of Iowa menyampaikan pandangan dan pengalamannya mengenai alternatif pembiayaan dan ruang baru dalam peliputan investigasi. ProPublica menjadi contoh skema pendanaan peliputan investigasi dari lembaga nirlaba.

The Insider (1999)

Film ini menggambarkan bagaimana intervensi sebuah perusahaan rokok di Amerika bisa menggagalkan interview acara 60 Minutes CBS terhadap mantan peneliti di pabrik rokok. Wawancara ini sempat tidak lolos untuk disiarkan karena petinggi CBS takut jika perusahaan rokok tersebut akan menuntut mereka dengan nilai yang sangat besar.

Peluncuran Lembaga Jurnalisme Investigasi Indonesia (JARING)

{:id}Jaringan Indonesia untuk Jurnalisme Investigasi (JARING) diluncurkan Rabu 30 September 2015 di gedung Dewan Pers Jakarta. Peluncuran dilakukan oleh Stanley Adi Prasetyo (Ketua Komisi Hukum Dewan Pers) bersama Direktur Eksekutif JARING Eni Mulia dan Deputy Direktur JARING Ignatius Haryanto dengan cara meresmikan dibukanya situs www.jaring.id.{:}{:en}Network for Investigative Journalism Indonesia (JARING) was launched on Wednesday, 30 September 2015 at the Press Council building, Jakarta. The network was inaugurated by Stanley Adi Prasetyo (Press Council Head of Legal Commission) together with JARING Executive Director Eni Mulia and JARING Deputy Director Ignatius Haryanto through the activating of www.jaring.id website.{:}

Melihat Dapur Investigasi

Meproduksi laporan investigasi bukan hal yang mudah dilakukan. Berbeda dengan berita yang hanya menampilkan fakta yang tampak di permukaan, praktik ini justru mencari hal-hal yang tersembunyi (atau disembunyikan) di baliknya. Proses rumit tersebut coba ditampilkan secara sederhana oleh pemenang Pulitzer dan Profesor Jurnalisme University of Illnois, William C. Gaines dalam buku ini.

Menggali dan Menyuntik: Langkah Menelisik Korupsi Sistemik

{:id}Korupsi identik dengan praktik suap. Tapi sebetulnya ada dua praktik lain yang tak kalah berbahayanya yakni nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan yang masuk kategori korupsi sistemik. Investigasi atas praktik tersebut bisa dilakukan oleh masyarakat, wartawan, dan aktivis anti-korupsi dengan langkah menggali dan ?menyuntik?{:}{:en}Nepotism and abuse of power often go undetected. George Junus Aditjondro, an activist who has released numerous research on systemic corruption, offers 10 simple steps in tracing systemic corruption practices, which can be divided into two major steps, namely digging and ?injecting?.{:}

Mengawasi Oligarki Dalam Demokrasi

{:id}Demokrasi tidak serta-merta menghilangkan korupsi. Adakalanya kekuatan ekonomi dan politik dalam negara demokratis justru bahu-membahu untuk melakukan korupsi sistemik dengan mengorbankan kepentingan publik. Buku ini bisa menjadi panduan sederhana bagi wartawan, aktivis anti-korupsi, dan masyarakat awam untuk mengendus praktik tersebut.{:}{:en}Democracy does not necessarily eliminate corruption. At times economic and political forces in democratic countries work together in perpetuating power by undermining the State’s finances at the expense of public interest. By using the concept of oligarchy, the author traces the forms of systemic corruption that occur in Indonesia. {:}

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.