Pilkada serentak 2015 di Kabupaten Bengkayang diikuti oleh 2 pasangan calon. Mereka adalah pasangan nomor urut 1 Sebastianus Darwis Rurakhmad dan pasangan nomor urut 2 Suryadman Gidot Agustinus Naon. Pasangan kedua adalah petahana.
Seperti di banyak daerah lain, petahana selalu diuntungkan dalam pilkada. Sebagai petahana, calon memiliki waktu untuk menanam budi dengan memanfaatkan dana APBD. Benarkah hal serupa terjadi di Bengkayang? Berikut penelusuran reporter Reinardo Sinaga.
***
Bengkayang merupakan satu dari 7 Kabupaten di Kalimantan Barat yang melakukan perhelatan pesta demokrasi lima tahunan secara serentak pada 9 Desember 2015. Banyak dinamika politik yang menarik di kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Sambas 16 tahun lalu ini.
Salahsatunya terkait kasus korupsi. Semenjak 2010, Bengkayang diterpa berbagai isu soal kasus korupsi. Beberapa kalangan dijebloskan ke penjara, namun tak satupun menyentuh Suryadman Gidot, salahsatu orang kuat di Bengkayang. Padahal, berkali-kali nama Suryadman dilaporkan ke KPK dan Kejaksaan Agung.
Berbagai isu korupsi yang muncul di Bengkayang terutama timbul dari keprihatinan aktivis LSM melihat tidak banyaknya proyek pembangunan yang berjalan di wilayah itu, meski nilai APBD Bengkayang hampir Rp 1 Triliun.
Sekilas Bengkayang
Kabupaten Bengkayang memiliki penduduk sebanyak 222.645 jiwa (data BPS, 2014), dengan luas wilayah 5.396,30 km2 atau memiliki kepadatan penduduk 39,8 jiwa/km2. Seluruh wilayah ini dikelilingi perbukitan dan kepulauan. Sebagian kecil Kabupaten Bengkayang merupakan wilayah perairan laut dan memiliki 12 pulau. Semua pulau yang ada terletak di wilayah perairan Laut Natuna.
Pulau terbesar yang berpenghuni adalah Pulau Lemukutan dan Pulau Penatah Besar.
Secara administratif di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sambas dan berbatasan dengan Serawak-Malaysia Timur. Dengan pesona sumber daya alam seperti pertambangan emas dan perkebunan kelapa sawit, siapapun tergiur untuk duduk menjadi kepala daerah di sini.
Pada Pilkada kali ini, petahana berhadapan dengan calon yang merupakan anggota DPRD Bengkayang nonaktif yang berpasangan dengan pensiunan anggota POLRI ini. Kedua pasangan calon ini berebut suara 166.539 jiwa yang ada di Daftar Pemilih Tetap.
Kasus dan Kekayaan
Pada 9 Desember 2015 ini, Bengkayang dan 6 kabupaten lainnya di Kalimantan Barat, akan melakukan pilkada serentak. Adalah Suryadman Gidot dan Agustinus Naon –yang merupakan pasangan petahana, akan bertarung dengan Sebastianus Darwis dan Rurakhmad.
Suryadman Gidot sempat digoyang isu korupsi, lima tahun lalu. Pada 3 Agustus 2010 Koalisi Masyarakat Kalbar Anti Korupsi melayangkan aduan ke KPK RI dan Kejaksaan Agung atas dugaan korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) oleh 35 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bangkayang periode 1999-2004 yang merugikan keuangan negara Rp 4,5 miliar.
Koordinator aksi yang juga warga Bengkayang, Pontius berujar, pada saat itu kasus ini sebenarnya sudah dilimpahkan ke pengadilan. Namun, ada beberapa berkas yang dikembalikan ke kejaksaan, termasuk berkas yang di dalamnya terdapat nama mantan Wakil Ketua DPRD Bengkayang, Suryadman Gidot.
“Waktu itu kami mendesak Kejagung turun tangan menuntaskan kasus ini. Kami curiga ada persengkongkolan oknum penegak hukum di Kalimantan Barat,” kata Pontius. Belakangan Suryadman terpilih mejadi bupati.
Kini Suryadman Gidot yang masih berpasangan dengan wakilnya terdahulu Agustinus Naon, kembali maju di pilkada serentak 2015 ini.
Kami mencoba menemui Suryadman di bilangan Langgawi, Kelurahan Sebalo, Kecamatan Bengkayang, namun dia tak ada di tempat. Pengurus rumah tangga mengungkapkan tuan rumah dan timnya sedang kampanye. Bapak ndak ada, lagi kampanye,? ujar pengurus rumah tangga Suryadman.
Kediaman pribadi Gidot terbagi jadi dua bangunan besar. Ada dua pintu masuk yang berjarak 500 meter dari satu sama lain di lahan dengan total luas diperkirakan 2 hektar ini. Di pintu masuk pertama terdapat satu pos keamanan. Sejak dimekarkan dari Kabupaten Sambas 16 tahun lalu, Bupati Bengkayang memang tidak memiliki rumah dinas sendiri. Padahal nilai APBD Bengkayang mencapai Rp 827,4 miliar pada tahun 2015 ini.
Sesuai laporan KPU Propinsi Kalbar, Suryatman Gidot memiliki kekayaan sebesar Rp 2,4 miliar. Jumlah ini meningkat sekitar Rp 100 juta dibandingkan laporan pada 2012.
Pasangannya, Agustinus Naon, memiliki kekayaan Rp 1 miliar. Ini meningkat sekitar Rp 400 juta dari laporan sebelumnya pada 2012.
Sedangkan lawan politiknya, Sebastianus Darwis sebelumnya menjabat anggota DPRD Bengkayang 2014 2019. Sebastianus juga merupakan putra dari Bupati pertama Bengkayang, Jacobus Luna.
Sebastianus tercatat memiliki harta cukup fantastis yakni senilai Rp 14,2 miliar. Jumlah ini melonjak tajam dibandingkan LHKPN 2010 senilai Rp 3,7 miliar.
Sementara calon wakilnya Rurakhmad, baru saja pensiun dini dari POLRI dengan pangkat terakhir Komisaris Polisi. Dia melaporkan kekayaan senilai Rp 678 juta. Ini naik dibandingkan laporan 2012 senilai Rp 261 Juta.
Sebastianus Darwis tinggal di Jalan Sekayok, Kelurahan Sebalo, Kecamatan Bengkayang. Rumahnya ada di dalam kompleks pribadi kediaman Jacobus Luna, Bupati pertama Bengkayang. Rumah Darwis terpaut 50 meter saja dari rumah ayahnya.
Ditemui di rumahnya pada 25 November 2015, Sebastianus Darwis berbicara blak-blakan tentang harta kekayaannya. Dia menegaskan bahwa lonjakan nilai kekayaannya wajar saja karena harga tanah dan bangunan memang naik terus setiap tahun.
“Kalau tanah ini, memang melonjak terus harganya. Saya investasi ke tanah, makanya bertambah (kekayaan). Belum lagi usaha lain, ya bisa dipertanggungjawabkan semuanya, kata Sebastianus.
Direktur Lembaga Independen Pemantau Demokrasi (LIPD) Kalbar di Bengkayang, Philip, menepis penjelasan Sebastianus. Menurutnya laporan kekayaan para kandidat pilkada mencurigakan. “Banyak yang tidak masuk akal,” katanya.
Dia lalu menunjuk nilai rumah Suryadman Gidot yang cukup luas. “Rumah Pak Gidot itu luasnya hampir 2 hektar. Kalau diuangkan itu nilainya bisa sampai Rp 2 miliar. Itu belum lagi harta bergeraknya,” katanya. Karena itu, Philip menilai laporan Suryadman yang hanya mencantumkan nilai kekayaan sebesar Rp 2,4 miliar, tidak wajar.
Philip juga menilai laporan harta kekayaan Sebastianus Darwis yang melonjak tajam, sama tidak wajarnya. “Pak Darwis ini memang rumahnya ndak sebesar Pak Gidot, tapi harta kekayaannya kok bisa tinggi sekali ya? Dari mana itu?” katanya. Karena itu, Philip mendesak warga Bengkayang menekan pejabat publiknya untuk menjelaskan banyak pertanyaan ini.
Besarnya kekayaan para kandidat ini kontras dengan minimnya dana kampanye yang mereka laporkan pada Komisi Pemilihan Umum Bengkayang.
Pada 26 Agustus 2015, kedua pasangan calon melaporkan dana awal kampanye mereka. Pasangan Sebastianus Darwis & Rurakhmad melaporkan dana awal senilai Rp 500 ribu saja. Sedangkan pasangan Suryadman Gidot Naon melaporkan dana kampanye senilai Rp 19 juta.
Sebastianus Darwis mengakui dana kecil itu hanya baru awal saja. “Nanti di laporan akhir pada 6 Desember 2015 akan diakumulasi keseluruhannya,” katanya. Sementara Suryadman Gidot tidak bisa ditemui.
***
Menjelang pelaksanaan Pilkada 9 Desember 2015 mendatang, satu demi satu kasus korupsi yang melibatkan petahana Suryadman Gidot mulai terkuak.
Pada Maret 2015, Kejaksaan Negeri Bengkayang menahan empat tersangka kasus dugaan korupsi pembangunan jaringan air bersih di Kecamatan Teriak, Kabupaten Bengkayang, dengan nilai kontrak Rp 1,7 miliar. Proyek ini dibiayai melalui APBD Bengkayang pada tahun anggaran 2014.
“Keempat tersangka korupsi pembangunan jaringan air bersih di Kabupaten Bengkayang tersebut, yakni berinisial HM, SA, NT, FH, ditahan, kata Kepala Kejari Bengkayang Hilman Azazi saat ditemui di Bengkayang.
Ia menjelaskan keempatnya ditetapkan sebagai tersangka, setelah melakukan pemeriksaan marathon terhadap 18 saksi, sejak awal Maret 2015.
Yang menarik, salahsatu tersangka, FH, merupakan konsultan dari perusahaan konstruksi bernama Dadal Lamoon, yang merupakan adik ipar Femi Oktaviani, istri Suryadman Gidot.
Bukan cuma kasus itu yang menyeret nama Suryadman Gidot. Koordinator Aliansi Masyarakat Akar Rumput, Frans Asok, mencurigai sejumlah proyek penunjukan langsung pada APBD 2015. Nilai proyek semacam itu mencapai hampir Rp 80 miliar.
“Ada kecenderungan, (proyek penunjukkan langsung–) terjadi di SKPD Pekerjaan Umum. Bahkan kecenderungan proyek dikebut setelah penunjukkan langsung,” katanya.
Suryadman Gidot membantah semua tuduhan itu. “Ini kampanye hitam untuk menjatuhkan saya,” katanya. (C.22)