Konflik yang terus berkecamuk di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, terutama di Myanmar dan Kamboja, memungkinkan banyak tindak kejahatan siber lintasnegara terus tumbuh seiring jaringan kejahatan internasional mengeksploitasi kekacauan ini. Jurnalis-jurnalis di Asia Tenggara menghadapi salah satu contoh kasus yang paling rumit: perbudakan digital.
Pabrik-pabrik penipuan yang sebagian besar berlokasi di kawasan perbatasan Myanmar dan Thailand memperdaya ribuan orang muda dari berbagai negara dengan iming-iming pekerjaan. Pada akhirnya mereka terjebak dalam sebuah perbudakan modern yang melibatkan jaringan kejahatan global.
Beberapa liputan investigasi mengungkap bagaimana belasan ribu orang Indonesia, juga warga negara lain, menjadi korban perbudakan digital ini. Di markas-markas operasi scam, para korban disandera dan dipaksa bekerja untuk menipu orang lain secara online. PBB memperkirakan sekitar 120 ribu orang terjebak di di Asia Tenggara, terutama Myanmar dan Kamboja.
Perusakan lingkungan masih menjadi isu besar di Asia Tenggara. Di Filipina, investigasi Rappler mengungkap kepentingan politik di balik peristiwa longsor yang menewaskan 27 orang pada Oktober 2022 lalu. Di Indonesia, kolaborasi liputan Jaring – anggota GIJN – dan Tempo menguak praktik lancung bisnis perikanan yang diduga melibatkan keluarga pejabat negara, sementara tim Narasi membongkar klaim hijau program hilirisasi nikel yang mendapat dukungan penuh oleh pemerintah.
Dan tantangan tidak akan kendur di tahun-tahun mendatang. Indonesia, misalnya, baru saja memiliki presiden baru yang segera memunculkan kekhawatiran di jaringan masyarakat sipil tentang perlindungan kebebasan pers dan kebebasan berekspresi.
Daftar reportase dalam Southeast Asia Editor’s Pick 2024 ini mempertegas semakin canggihnya kejahatan di dunia yang semakin kehilangan sekat. Namun pada saat bersamaan, kita juga melihat bagaimana jurnalis-jurnalis investigasi secara konsisten mengambil peran penting dalam mengungkap kejahatan-kejahatan tersebut lewat verifikasi secara ketat, pemanfaatan peralatan digital secara mumpuni, serta penyajian visual secara memikat.
Neraka Perbatasan: Jejak Mafia Judi Online dan Perbudakan Digital di Asia (Indonesia)
Perbudakan digital di Asia Tenggara adalah isu besar sekaligus kompleks yang masih jarang diangkat oleh media di Indonesia. Padahal, belasan ribu orang Indonesia diyakini telah menjadi korbannya. Situasi diperparah dengan sikap pasif pemerintah dalam menangani kasus perbudakan modern ini.
Deduktif mengungkap praktik jaringan kriminal transnasional di balik operasi scam di Shwe Kokko di perbatasan Myanmar-Thailand yang menjadi pusat perjudian daring, perdagangan manusia, dan operasi penipuan. Jaringan tersebut diduga melibatkan politisi, organisasi bersenjata, junta militer Myanmar, anggota kejahatan terorganisasi Tiongkok, dan pengusaha terkemuka di beberapa negara. Deduktif merekonstruksi proses perekrutan para korban dan berhasil memverifikasi markas operasi di sebuah hotel. Mereka mewawancarai penyintas, melacak koordinat pusat penipuan, memetakan aktor di belakang praktik ini, dan berhasil menyusun aliran dana operasi tersebut.
Kementerian Luar Negeri Indonesia menegaskan bahwa pihaknya terus berusaha memulangkan warga negara Indonesia yang terjebak dalam kejahatan ini. Pada Oktober 2024, 12 orang Indonesia berhasil dibebaskan dari perbatasan Myanmar-Thailand. Sebanyak 69 orang lain sedang dalam proses pemulangan.
Neraka Perbatasan dinominasikan untuk Film Dokumenter Terbaik dalam penghargaan Festival Film Indonesia 2024.
Scam factories (Myanmar)
Tim investigasi Deutsche Welle (DW) juga melaporkan tentang pabrik-pabrik penipuan yang menjadi markas perbudakan digital. Lewat penelusuran di lapangan, bersama penyintas dan aktivis, tim DW mengungkap bagian dari jaringan bisnis dan asosiasi global yang kompleks di balik operasi kejahatan di KK Park, kawasan scam besar di Myawaddy, Myanmar. Di sini, DW melaporkan, ribuan orang telah diperdagangkan dari seluruh dunia dan dipaksa bekerja hingga 17 jam sehari – di bawah todongan senjata atau ancaman penyiksaan atau bahkan pembunuhan – untuk mengelabui orang-orang Eropa, Amerika, dan China agar melakukan investasi mata uang kripto palsu.
DW menguak dugaan hubungan antara KK Park dan jaringan kejahatan terorganisasi global. Mengikuti aliran uang dengan informasi dari beberapa korban penipuan, mereka sampai ke dompet mata uang kripto yang dipakai untuk menampung dana korban penipuan. Mereka kemudian melacak salah satu dompet tersebut ke seorang pengusaha China yang berbasis di Thailand yang merupakan bagian dari jaringan pebisnis luar negeri yang lebih besar yang terhubung dengan kejahatan terorganisasi China, dan akhirnya, seorang pemimpin Triad terkemuka.
Kejahatan Perikanan di Indonesia Timur (Indonesia)
Situs berita nirlaba Jaring.id berkolaborasi dengan Tempo untuk mengungkap praktik mencurigakan bisnis perikanan di Indonesia Timur yang jarang disorot. Mengandalkan kesaksian korban, nelayan lokal, didukung oleh identifikasi kapal, pelacakan, data kepemilikan, dan citra satelit, tim melacak lokasi kapal-kapal ilegal yang, meskipun telah dikenai sanksi atas praktik perbudakan modern dan tidak memiliki dokumen yang lengkap, mampu beroperasi dengan bebas di Laut Arafura antara Australia dan Papua Nugini.
Serial liputan juga mengungkap hubungan bisnis antara kerabat pejabat tinggi pemerintah dengan perusahaan perikanan yang mengoperasikan kapal yang telah dikenai sanksi berat karena penangkapan ikan ilegal. Seorang pejabat menanggapi pertanyaan dari tim dengan mengatakan bahwa ia tidak terlibat dengan industri perikanan atau bisnis kerabatnya.
Neraka Hilirisasi Nikel di Teluk Weda (Indonesia)
Nikel Indonesia merupakan komponen penting dalam baterai kendaraan listrik dan seiring dengan melonjaknya permintaan nikel global, pemerintah ingin memposisikan negara ini sebagai pusat rantai pasokan baterai internasional. Hilirisasi nikel adalah serangkaian kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pemurnian nikel dalam negeri, yang telah secara dramatis meningkatkan nilai ekspor nikel dan tentu juga pendapatan Indonesia.
Namun, hilirisasi, meskipun disebut-sebut sebagai bagian dari transisi energi bersih, telah mengorbankan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dalam film dokumenter ini, tim perusahaan rintisan media Narasi, melalui investigasi lapangan dan didukung dengan uji laboratorium, menguak dampak negatif hilirisasi nikel di Teluk Weda, Maluku Utara. Setiap tahun semakin banyak penggundulan hutan untuk memberi jalan bagi industri nikel. Sungai Sagea, yang menjadi urat nadi masyarakat, telah berubah warna menjadi keruh dan tercemar logam berat serta zat berbahaya lain yang diduga kuat disebabkan oleh kegiatan pertambangan di hulu. Konversi lahan juga telah memicu bencana lingkungan besar, seperti banjir.
Perwakilan perusahaan pertambangan membantah bertanggung jawab atas pencemaran sungai, dengan menyatakan bahwa mereka tidak melakukan aktivitas apa pun di sekitar atau sepanjang sungai, dan bahwa mereka secara teratur menguji air sungai secara internal dan dengan laboratorium independen.
Patgulipat Proyek Jalan di Lampung (Indonesia)
Di Indonesia, jalan rusak merupakan permasalahan abadi. Liputan kolaboratif yang melibatkan media-media berbasis di ibu kota Jakarta yang tergabung dalam Indonesia Leaks dengan media lokal di Lampung, Konsentris, mengungkap fakta di balik kondisi buruk jalan-jalan provinsi di ujung selatan pulau Sumatra tersebut.
Lewat kejelian penelusuran dokumen lelang dan kegigihan mengejar narasumber, liputan berhasil mengungkap bagaimana proyek infrastruktur beranggaran besar berulang kali diberikan kepada perusahaan yang terafiliasi dengan politisi, pengusaha, atau jurnalis – atau yang kepemilikannya tidak transparan. Dengan data pemerintah, pengadaan, dan perusahaan yang tersedia untuk umum, tim reportase menemukan 1.001 proyek jalan selama periode 2020-2022 dengan nilai total Rp 1,9 triliun. Proyek-proyek tersebut, menurut laporan, sering kali gagal menyelesaikan perbaikan yang dibutuhkan publik dan gagal memenuhi spesifikasi yang diperlukan, seperti standar aspal atau semen. Reportase juga menguak praktik ‘pinjam bendera’, di mana perusahaan menggunakan nama atau staf perusahaan lain untuk mengajukan tender, yang menunjukkan praktik monopoli.
The Teduray Tragedy (Filipina)
Serial investigasi dan dokumenter Rappler yang memikat tentang Tragedi Teduray – tanah longsor yang menewaskan 27 orang di Maguindanao del Norte, Filipina, pada Oktober 2022 – mengungkap faktor politik dan lingkungan yang berkontribusi terhadap bencana tersebut.
Pada tahun 2020, sekitar 300 keluarga, anggota komunitas adat Teduray, dipaksa pindah dari rumah mereka di tepi pantai di Kusiong ke daerah permukiman kembali di kaki Gunung Minandar – di mana hujan lebat dan badai tropis Paeng kemudian menyebabkan tanah longsor yang fatal. Keluarga Teduray telah berjuang untuk mengklaim wilayah leluhur di daerah asal mereka sejak tahun 2004. Setelah mereka dipindahkan, menurut laporan Rappler, tiga resor mewah swasta dibangun di garis pantai yang disengketakan. Salah satunya dimiliki oleh keluarga politik yang memiliki koneksi yang baik.
Dalam investigasinya selama berbulan-bulan, Rappler menemukan bahwa prosedur pemukiman kembali tampaknya tidak diikuti. Tidak ada izin relokasi, dan kementerian pemerintah terkait mengatakan bahwa mereka tidak diajak berkonsultasi atau dilibatkan. Sumber masyarakat mengatakan bahwa mereka diberi surat anonim yang menyuruh mereka pindah, dan sejumlah kecil uang tunai dan beras sebagai kompensasi. Rappler juga melaporkan bahwa, menurut pemerintah, perjanjian sewa yang diperlukan belum dikeluarkan untuk tiga resor swasta tersebut. Rappler tidak menerima tanggapan, meskipun telah berulang kali meminta, dari pemilik resor.
Lewat serial investigasinya, Rappler membuktikan bahwa longsor yang menewaskan 27 orang penduduk Teduray, Maguindanao del Norte, Filipina pada Oktober 2022 bukan sekadar ‘peristiwa alam’. Ada praktik culas dan kepentingan politik yang melatarbelakanginya. Dua tahun sebelum bencana, orang-orang Tenduray dipaksa meninggalkan lahan mereka yang kemudian diketahui digunakan untuk membangun resor-resor mewah yang salah satunya dimiliki oleh salah satu keluarga pejabat lokal. Liputan juga mengungkap kenapa lebih dari setahun setelah tragedi, orang-orang Tenduray masih tidak memiliki rumah. Reportase yang dikemas dengan tampilan visual yang memikat ini bisa dibaca di tautan ini.
Timber Grab: The Truth Behind Pahang Oil Palm Plantation (Malaysia)
Anggota GIJN dan tuan rumah bersama GIJC25, Malaysiakini, bekerja sama dengan Rainforest Investigations Network dari Pulitzer Center, menginvestigasi salah satu perkebunan kelapa sawit terbesar yang terletak di hutan perawan yang berdekatan dengan kawasan lindung lingkungan terbesar di Malaysia. Aktivitas penebangan hutan yang dilakukan oleh perkebunan tersebut membahayakan spesies yang terancam punah, seperti harimau, dan telah mengganggu serta mencemari sumber air bagi penduduk desa di sekitarnya. Selain itu, menurut seorang konsultan lingkungan, perkebunan ini merupakan “perkebunan kelapa sawit dengan pengelolaan terburuk di Malaysia.” Data kehutanan dan pertanian, citra satelit, dan sampel tanah menunjukkan bahwa deforestasi yang terjadi “sangat kacau”, membuat perkebunan menjadi tidak teratur, tandus – dan diserbu gajah yang merusak infrastruktur. Selain itu, hasil panen kelapa sawit sangat rendah.
Investigasi Malaysiakini menjelaskan, dengan visualisasi data yang menarik, keekonomian produksi kelapa sawit, di mana keuntungan yang didapat lambat terwujud karena pohon kelapa sawit membutuhkan waktu empat tahun untuk menjadi dewasa. Karena alasan ini dan alasan lainnya, tidak jarang perkebunan mangkrak atau gagal, dengan alasan “konflik dengan satwa liar”, dan para pengembang kemudian menjual kayu yang ditebang sebagai gantinya. Tim juga mencatat bahwa 95% lahan perkebunan di Panang dikembangkan oleh perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan politik atau kerajaan. Laporan tersebut meminta pemerintah untuk melakukan investigasi lebih lanjut terhadap penanganan persetujuan perkebunan dan penegakan perlindungan lingkungan yang lebih baik.
Unmasking Anti-Rohingya Hate Campaigns (Indonesia)
Pada tanggal 20 Maret, ratusan pengungsi Rohingya ditemukan terombang-ambing di perairan Indonesia di lepas pantai Aceh Barat setelah kapal mereka terbalik, menewaskan 67 dari 142 penumpang. Insiden ini – di tengah meningkatnya penyeberangan perahu dari Myanmar dan Bangladesh – menjadi fokus disinformasi dan ujaran kebencian di media sosial. Film dokumenter Narasi yang menyelidiki lonjakan ujaran kebencian di dunia maya mencatat bahwa “kebencian yang terorganisasi” di kolom komentar berujung pada “tindakan nyata”, seperti pengusiran pengungsi Rohingya dari tempat penampungan di Aceh. Narasi mengumpulkan ribuan konten yang menyebutkan isu Rohingya di platform media sosial, termasuk X, Instagram, Facebook, dan terutama TikTok, dan menemukan bahwa unggahan dan video tersebut merupakan bagian dari kampanye terorganisasi yang melibatkan para influencer dengan jumlah pengikut yang sedikit maupun banyak. Mereka juga menemukan bahwa bot menghasilkan data keterlibatan dan komentar dalam jumlah masif.
Narasi juga menelusuri bagaimana para politisi mengeksploitasi isu pengungsi Rohingya untuk mendapatkan dukungan publik menjelang pemilihan presiden Indonesia pada bulan Februari 2024. Sebuah pernyataan dari calon presiden Prabowo Subianto, tiga bulan sebelum kejadian tenggelamnya kapal di Aceh, ketika ia berbicara tentang pemrioritasan kepentingan nasional di atas kepentingan pengungsi, diamplifikasi secara masif di TikTok dan X – oleh akun-akun yang terkait dengan dukungan terhadap mantan jenderal TNI tersebut. Upaya Narasi untuk mengonfirmasi beberapa nama yang terlibat dalam tim kampanye presiden Prabowo-Gibran tidak mendapat tanggapan atau tidak dijawab.
Tri Joko Her Riadi memulai karir jurnalistiknya pada tahun 2007 sebagai reporter di Pikiran Rakyat. Saat ini ia menjabat sebagai Editor Bahasa Indonesia di GIJN. Ia juga menjabat sebagai pemimpin redaksi BandungBergerak.id, sebuah media alternatif yang mempublikasikan berita-berita berbasis data tentang Bandung, Indonesia. Ia telah menerima penghargaan di Elizabeth O’Neill Journalism Awards dan beberapa penghargaan jurnalisme lainnya di Indonesia.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan di GIJN dengan judul “Digital Slavery, Nickel Downstreaming, and Timber Grabbing: 2024’s Best Investigative Stories in Southeast Asia“. Untuk menerbitkan ulang tulisan ini, kamu bisa menghubungi GIJN Indonesia melalui surel.