“Kita akan tahu demokrasi akan hidup atau mati pada akhir 2024.” Komentar peraih Nobel Perdamaian Maria Ressa untuk Politico. Jurnalis investigasi asal Filipina tersebut hendak menegaskan adanya pertaruhan di balik pemilu yang berlangsung di berbagai negara pada 2024.
Tentu saja, pemilu global tahun depan—termasuk pemilu presiden, legislatif, dan jajak pendapat regional di paling sedikit 60 negara—akan memengaruhi lebih banyak warga negara daripada tahun lalu. Momen ini mengeset ulang kompas kemerdekaan umat manusia beberapa tahun mendatang.
Pemilu menghadapi semakin banyak ancaman umum. Mulai dari kampanye-kampanye penuh disinformasi, campur tangan asing, tekanan kepada pemilih, otoritarianisme yang semakin marak, korupsi kampanye, pencabutan hak pilih, hingga kekerasan dan intimidasi.
Sementara itu, kondisi demokrasi di seluruh dunia terus terkikis dalam dua dekade terakhir ini. Pasalnya, “autokrat yang terpilih” telah menyatukan kekuatan mereka melalui aliansi korup dengan oligarki dan sesama otoritarian.
Informasi yang salah dan ujaran kebencian diprioritaskan oleh algoritma media sosial. Selain itu, pemerintahan-pemerintahan yang secara historis bersifat demokratis memanfaatkan xenofobia dan teori-teori konspirasi sebagai dalih untuk menekan kebebasan sipil dan pers.
Parahnya, dunia juga menyaksikan invasi terhadap negara demokrasi besar di Eropa Timur—Ukraina—oleh Rusia, yang menganut rezim autokrat. Sebaliknya, invasi dan pendudukan teritorial independen dilakukan oleh Israel, sebuah negara bercorak demokrasi.
Meskipun begitu, secara konsisten reportase investigatif tetap berfungsi menelisik pelanggaran pemilu dan bahkan berperan penting dalam menyelamatkan demokrasi. Pada 2018, sebuah kumpulan serial investigatif yang dikenal sebagai #GuptaLeaks telah menyebabkan turunnya seorang presiden korup dan para pendukungnya di Afrika Selatan. Liputan tersebut dilanjutkan dengan liputan kolaborasi yang mengungkap skema korupsi “pengambilalihan negara” yang secara langsung mengancam demokrasi di negara tersebut. Hal ini memberi contoh dampak spesifik yang bisa diberikan oleh media investigatif terhadap demokrasi. Liputan investigasi bisa memberikan tekanan publik terhadap partai berkuasa untuk menyingkirkan para anggotanya yang korup.
Setiap negara punya aturan unik dan sering kali berubah mengenai Pemilu. Namun, lima bagian panduan ini dirancang untuk memberi tahu beberapa ancaman umum (juga beberapa reportase investigatif terbaik) yang dihadapi banyak pemilih. Perangkat dan teknik inovatif untuk mengekspos aktor-aktor jahat di belakangnya juga dimasukkan dalam panduan.
Negara seperti Rusia, Iran, Venezuela, Aljazair, dan banyak negara lainnya menyelenggarakan pemilu yang benar-benar palsu. Pemerintah di negara-negara tersebut menggunakan hukum yang represif dan permainan politik yang sangat tidak adil untuk menihilkan akuntabilitas dan tantangan oposisi.
Namun, para editor terkemuka mengatakan bahwa para reporter yang mengawasi kekuasaan tak boleh berhenti mengekspos penyalahgunaan hak warga negara dan menghubungkan para pemilih dengan informasi penting. Hal itu kadang-kadang mesti dilakukan dengan penggunaan VPN, aplikasi pengelak sensor, atau radio gelombang pendek. Ingatlah bahwa pemerintah negara lain yang mendukung rezim autokrat sering kali merupakan subjek dari mekanisme akuntabilitas di negara mereka sendiri dan itu bisa menjadi sumber topik investigasi.
Pemilu besar pada 2024 di antaranya adalah pemilihan yang berpotensi kacau di Meksiko, Afrika Selatan, Pakistan, Rumania, dan India. Ada juga pemilihan Parlemen Eropa dan (kemungkinan) Inggris Raya. Di negara-negara pascakudeta di Afrika, seperti Mali dan Chad pemilu juga berpotensi berlangsung.
Pemilu dengan dampak terbesar tahun ini juga akan terjadi di Amerika Serikat. Di negara demokrasi tertua ini, ada ancaman autokrasi populis, kekerasan politik, dan aturan minoritas yang terlihat mencolok. Karena mantan Presiden Donald Trump—yang telah mendapat banyak tuntutan kejahatan, termasuk usaha untuk menumbangkan demokrasi Amerika Serikat—berpeluang besar terpilih sebagai kandidat tunggal dari partai besar, para jurnalis akan membutuhkan perangkat tambahan untuk menggali isu-isu yang melampaui kampanye politik tradisional.
Liputan politik tradisional dan pendekatan pacuan kuda yang sudah terlalu banyak digunakan sama sekali tidak mampu mengekspos dan memperkirakan ancaman-ancaman pemilu, atau melacak aktor-aktor jahat di baliknya. Alih-alih, media independen dan para jurnalis harus menggali masalah pemilu yang semakin berbahaya, sekaligus melindungi informasi mereka, diri sendiri, dan kebebasan ekspresi dari serangan kepentingan antidemokratik. Untuk melakukannya, mereka membutuhkan keberanian, perencanaan, dukungan dari banyak pihak, sumber daya manusia bernyali besar, dan perangkat-perangkat baru yang inovatif untuk menghadapi berbagai ancaman.
Dampak investigasi dalam masyarakat yang terbelah
Dalam masyarakat yang terbelah secara politik, para reporter investigatif khawatir bahwa berita yang terverifikasi sekalipun, tidak akan berdampak. Sebabnya adalah mereka menyadari tren global menurunnya kepercayaan publik terhadap jurnalisme dan masalah bias konfirmasi. Audiens secara otomatis memilih fakta-fakta yang mendukung pandangan mereka dan serta cenderung mengabaikan fakta-fakta yang menentang opini mereka. Namun, penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik berikut mampu membuat liputan investigasi memecahkan “gelembung informasi”.
- Ubah temuan menjadi infografik. Penelitian menunjukkan bahwa pemilih senang “menemukan” kebenaran dari data yang ditampilkan secara jelas daripada diberitahu melalui teks atau ucapan. Seperti yang diungkapkan jurnalis veteran Amanda Ripley kepada GIJN: “Satu solusi jangka pendeknya adalah: buat saja sebuah infografik. Dengan gambar yang sangat bagus, rasanya kita akan memahami kesimpulan masalah atau kandidat dengan usaha sendiri.”
- Berkolaborasi dengan media lain—termasuk media pesaing dan media dari negara lain. Tuduhan bahwa liputan investigasi datang dari media partisan atau bagian dari propaganda, bisa dihindari jika beberapa media membeberkan temuan yang sama. Kolaborasi juga menguntungkan karena bisa mengumpulkan lebih banyak sumber dan keahlian yang berbeda. Selain itu, setiap cerita bisa saling menguatkan melalui promosi silang.
- Sisipkan kotak penjelasan yang mudah dilihat tentang “mengapa kami memilih investigasi ini” di dalam artikel. Para ahli media menekankan bahwa penjelasan mengapa-kami-melakukan-ini efektif dalam meningkatkan kepercayaan audiens, melawan kesetaraan palsu, dan menunjukkan kepada audiens mengapa isu ini harus mereka pedulikan.
- Dengarkanlah dengan saksama—baik sumber maupun seluruh audiens. Para ahli berkata bahwa ruang-ruang berita harus bertanya secara aktif kepada audiens mereka: “Hal apa lagi yang harus kami gali untuk kamu?” Mereka berkata bahwa kegiatan mendengarkan secara efektif oleh reporter di antaranya adalah duduk bersama beragam komunitas, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka, alih-alih pertanyaan yang mengarahkan.
- Hindari nada mengecam. Tajuk-tajuk utama terkadang menampilkan kata-kata merendahkan seperti “surealis”, “ganjil”, dan “absurd” tentang perilaku partisan. Penelitian mengindikasikan bahwa nada ini bisa sangat menjauhkan audiens potensial dari suatu penilaian.
- Jangkau pemilih muda dengan format-format media interaktif. Siniar-siniar investigatif dan kisah-kisah “scrolly-telling” yang dirancang untuk ponsel pintar adalah beberapa format yang ternyata berdampak kepada warga negara muda yang tidak mengakses media tradisional.
- Koreksi persepsi soal sikap partisan. Di seluruh dunia, penelitian menunjukkan bahwa kelompok-kelompok partisan pada umumnya tidak terlalu dibenci oleh pendukung rival daripada yang mereka pikirkan. Para jurnalis memiliki kesempatan untuk membuat terobosan besar terhadap persepsi yang sering kali palsu tentang sikap rival dengan infografik dan wawancara pemilih. (Salah satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 49% anggota Partai Demokrat dan 47% anggota Partai Republik percaya bahwa anggota partai lain tidak menyukai mereka hanya karena afiliasi politik mereka, meskipun sebenarnya, hanya 18% anggota masing-masing partai benar-benar tidak menyukai anggota partai lainnya.)
Masalah “kita lawan mereka” pada dasarnya bukan disebabkan oleh pemilih partisan, melainkan para pemimpin yang tidak jujur dan sekutu mereka. Mengikuti “gelombang ketiga demokratisasi” pada tahun 1970an dan 80an, saat ini para peneliti memperingatkan adanya “gelombang ketiga autokratisasi”. Hal tersebut terjadi saat para pemimpin otoriter saling mempelajari taktik satu sama lain untuk melemahkan lembaga-lembaga demokratis, meloloskan hukum yang represif, kekerasan, dan intimidasi, serta mengendalikan atau mencemari lanskap informasi.
Para otoritarian ini juga bisa menciptakan medan permainan yang tidak adil bagi oposisi. Contohnya, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orbán yang secara radikal menulis ulang konstitusi negaranya, memberikan karpet merah buat dia dan partainya untuk memenangi pemilu-pemilu berikutnya melalui rekayasa. Namun penelitian menunjukkan, bahkan di negara-negara tempat para otoritarian berhasil dikalahkan dalam pemilu—seperti di Polandia—lembaga-lembaga demokratik bisa dilemahkan perlahan-lahan dengan hasil yang sama drastisnya. Para jurnalis investigatif bisa membongkar upaya-upaya tersebut.
Studi kasus RISE Moldova: Metodologi bagi Berita Eksklusif Terbaru Pemilu
Database-database global dan lokal tepercaya adalah sumber yang bagus untuk memicu pertanyaan-pertanyaan baru, menemukan hubungan, dan memeriksa fakta-fakta. Namun, Vladimir Thorik, editor bahasa Rusia media investigatif RISE Moldova—anggota GIJN dan afiliator Eropa Timur untuk Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP)—menekankan bahwa berita eksklusif terbaru tentang kecurangan pemilu dimulai dengan narasumber atau bocoran informasi dan berakhir dengan kombinasi penggalian database, pencarian media sosial, serta perangkat open source.
Pada 2020, Thorik dan tim investigasi “Kremlinovici” melakukan suatu cara klasik yang diterapkan hampir di semua negara. Semua itu, menurutnya, dimulai dengan bocoran dari satu sumber anonim yang menaruh respek terhadap reportase mendalam RISE Moldova tentang pemilu sebelumnya. Bocoran awal ini diikuti wawancara dengan sumber-sumber selanjutnya, dan diverifikasi melalui sebuah database yang dikenal sebagai Chernov Archives, juga melalui reportase kolaboratif dengan Russian Dossier Center.
Berkat proses ini, RISE Moldova mengekspos hubungan erat dan koordinasi antara kampanye presiden Moldova saat itu dengan badan intelijen Rusia. Selain itu, RISE Moldova mendokumentasikan pelanggaran undang-undang pemilu, menemukan beberapa hubungan bisnis antara keluarga presiden dengan perusahaan-perusahaan Rusia, dan mengidentifikasi kedatangan delapan tamu misterius ke kantor presiden dan partai berkuasa seperti “penasihat teknologi pemilu” yang diutus dari Kremlin. RISE Moldova bahkan mengungkapkan bagaimana pidato domestik dan slogan kampanye direncanakan dalam unit pengaruh asing Rusia yang sangat rahasia.
Serial reportase Thorik bisa diikuti jurnalis untuk mendapatkan berita eksklusif terbaru pemilu pada 2024 dan setelahnya. Serial itu memuat tip-tip sebagai berikut:
- Bangun hubungan dengan narasumber yang terlibat dalam kampanye, organisasi masyarakat sipil, dan penegak hukum.
- Selidiki keuangan dan hubungan politik para kandidat, menggunakan media sosial dan database seperti OpenCorporates dan Aleph. RISE Moldova menggunakan database Chernov Archives, yang dibocorkan oleh sumber-sumber Rusia.
- Identifikasi ancaman-ancaman pemilu—seperti ikut campurnya Rusia, dalam kasus ini—yang diungkapkan oleh sumber-sumber Anda, dan lakukan pencarian aktif tanda-tanda serangan antidemokratik.
- Selidiki bocoran dari whistleblower dengan reportase politis yang selalu berani, dan bangun kepercayaan diri pembisik tersebut dengan menggunakan saluran-saluran terenkripsi seperti Protonmail untuk dokumen dan Signal untuk komunikasi.
- Manfaatkan perangkat pencarian media sosial untuk mempelajari percakapan politik, kesalahan informasi, dan dampak-dampak potensial yang dipicu oleh aksi yang kamu selidiki.
- Berkolaborasi Lah dengan ruang-ruang berita dan lembaga-lembaga nirlaba yang memiliki sumber-sumber lebih baik atau wawasan-wawasan lebih dalam tentang para pemberi pengaruh bermasalah yang kamu ungkap. RISE Moldova bekerja sama dengan Russian Dossier Center untuk menggali informasi bahwa departemen Kremlin bertanggung jawab dalam memengaruhi pemilu-pemilu asing.
- Latih diri Anda untuk memahami aturan pemilu—hukum Moldova, dan Central Electoral Commision, dalam kasus ini—dan periksa apakah ada kemungkinan pelanggaran aturan.
- Lakukan wawancara pribadi dan catat segala kemungkinan sumber orang dalam yang terlibat dalam kampanye serta pengerahan massa atau acara-acara umum—termasuk para sopir, koki, dan fotografer kampanye. Ambil foto wajah-wajah asing yang berinteraksi dengan staf kampanye untuk dianalisis kemudian.
- Gunakan perangkat open source untuk mengidentifikasi dan melacak penyokong kampanye. Tim Thorik menggunakan perangkat seperti PimEyes dan Findclone untuk mengidentifikasi “konsultan pemilu” luar, yang sumber-sumbernya tidak dikenali.
- Hubungi para ahli dan analis data untuk menunjukkan sejauh apa mereka bisa membelokkan pemilu, atau bagaimana taktik-taktik yang sama mencurangi pemilu sebelumnya di negara-negara lain.
“Untuk pengungkapan besar dalam suatu pemilu, kamu membutuhkan informasi utama yang tidak bisa ditemukan pada database mana pun. Itu berarti narasumber di tempat yang tepat atau bocoran,” Thorik menjelaskan. “Namun, kamu membutuhkan database-database itu untuk memeriksa fakta dan menggali lebih dalam, serta perangkat untuk memusatkan perhatian kepada para individu.” Contohnya, bocoran awal yang Thorik terima mengungkapkan sebuah pengguna daring dengan nama “Kremlinovici” yang digunakan presiden Moldova saat itu untuk komunikasi-komunikasi strategis, yang kemudian memandu tim RISE Moldova untuk menargetkan pencarian-pencarian daring.
Namun, bagaimana bahan-bahan yang bocor ini bisa sampai ke tangan para reporter? “Pengiriman bocoran secara pribadi bagus karena menghapus jejak digital,” Thorik menyarankan. “Namun, saya tidak menyarankan untuk menerima bocoran itu sendiri, secara langsung, tetapi harus melalui seorang perantara. Pasalnya, kontak langsung bisa membahayakan sumber.”
Selain mengungkapkan ikut campurnya pihak asing untuk kemenangan seorang kandidat pro-Rusia, investigasi Thorik juga membuktikan bahwa hukum Moldova dilanggar karena para konsultan luar ini tidak terdaftar di Central Electoral Commission. Dia juga menunjukkan bagaimana taktik-taktik kampanye petahana berubah drastis akibat saran dari Rusia.
Yang akan ditemukan pada serial panduan ini
Meskipun aturan dan kondisi pemilu bersifat unik di setiap negara, panduan GIJN yang telah direvisi dan diperbarui ini dirancang untuk memberikan banyak alternatif perangkat, teknik, dan sumber daya—melampaui sumber-sumber lokal yang bisa kamu temukan—untuk membantu para reporter menyelidiki hampir semua pemilu.
Sebagai contoh, ada beberapa teknik daring yang ternyata sederhana untuk mengidentifikasi dan menghubungkan orang-orang di balik situs-situs kampanye penyebar ketakutan. Perangkat-perangkat open source yang ada sekarang juga bisa mencari iklan politik di Facebook; melacak percakapan audio polisi; menggali saluran-saluran media sosial ekstremis dan antidemokratik; melacak pendanaan kampanye ilegal; dan secara otomatis memfilter timbunan data.
Dalam pendahuluan berupa gambaran umum ini, kami akan sedikit menampilkan bagian-bagian selanjutnya yang lebih teknis, dan menyoroti metodologi untuk berita eksklusif mengenai pemilu.
Perangkat Penggalian Pemilu Baru dan Strategi-Strateginya
Kami bertanya kepada para jurnalis terkenal dan ahli pemilu di seluruh dunia tentang perangkat dan teknik baru terbaik bagi para reporter yang menginvestigasi pemilu. Di bagian ini, kami menampilkan beberapa perangkat digital tepercaya yang bisa membantu sebagian besar investigasi kampanye dan beberapa strategi berguna untuk dipertimbangkan. Kami juga menampilkan profil mendalam tentang teknik penggalian pemilu kami yang menjadi andalan, dikenal sebagai “metode Pub/UA”. Teknik ini bisa mengidentifikasi individu-individu tersembunyi di balik situs-situs web yang terkait pemilu, yang tidak membutuhkan keahlian digital lebih canggih daripada perintah pencarian kata kunci “Control-F”.
Persiapan untuk Pemilu
Di bagian ini, kami mendaftar perangkat dan sumber daya untuk memahami peraturan pemilu, serta cara menjaga diri, sumber, dan data Anda tetap aman, sembari menemukan petunjuk dan sumber-sumber berita.
Kami juga mengutip beberapa strategi penting dari para ahli, berdasarkan fakta bahwa kebanyakan pemilu nasional sama sekali tidak bersifat nasional, tetapi berfokus ke sekumpulan wilayah dan isu. Sebagai contoh, polarisasi politik yang dalam di Amerika Serikat menunjukkan bahwa, hampir bisa dipastikan, hasil pemilu tujuh dari 50 negara bagian yang menentukan presiden berikutnya—artinya, para reporter bisa berfokus kepada korupsi, disinformasi, dan “trik-trik kotor” yang terkonsentrasi di beberapa negara bagian tersebut. Kita juga akan menuliskan tren-tren pemilu untuk diinvestigasi, termasuk “panduan permainan autokrat terpilih” yang semakin populer.
Menginvestigasi Para Kandidat
Penting bagi reporter untuk berasumsi bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang para politisi yang mencalonkan diri untuk lembaga nasional. Di sini, kami menampilkan perangkat untuk mengungkap sejarah daring dan aset tersembunyi para kandidat, serta kontak orang-orang yang sangat mengenal mereka. Kami juga akan menunjukkan suatu metodologi untuk melakukan uji tuntas terhadap latar belakang para kandidat, menggunakan sebuah studi kasus Brazil yang mengungkap banyak fakta.
Menginvestigasi Pesan Politik dan Disinformasi
Di mana percakapan tentang pemilu yang berpengaruh benar-benar terjadi? Siapa penyandang dana iklan dan yang membelokkan informasi, serta bagaimana mereka bisa diidentifikasi? Di bagian ini, kami akan membagi metode langkah demi langkah untuk menggali platform-platform seperti Telegram, WhatsApp, dan Twitter (sekarang “X”), tempat warga negara mendiskusikan segalanya, mulai dari isu-isu kebijakan penting hingga teori-teori konspirasi ganjil dalam siasat mengacaukan pemilu.
Rowan Philp adalah reporter GIJN. Ia pernah bekerja untuk Sunday Times di Afrika Selatan. Sebagai koresponden luar negeri, ia meliput beragam topik seperti korupsi, politik, dan konflik di lebih dari dua lusin negara di berbagai belahan dunia.
Artikel ini pertama kali dipublikasikan di GIJN dengan judul “Revised Elections Guide for Investigative Reporters: Where to Begin“. Untuk menerbitkan ulang tulisan ini, kamu bisa menghubungi GIJN Indonesia melalui surel.