Bagaimana Pencucian Uang Dilakukan Kelompok Kejahatan Terorganisir?

Daftar Isi
Selanjutnya
ilustrasi pencucian uang
Bab ini ditulis oleh Paul Radu, salah satu pendiri OCCRP. Ia mendirikan organisasi tersebut pada 2007 bersama Drew Sullivan. Paul juga memimpin berbagai proyek investigasi utama OCCRP, memperluas cakupan regional, dan mengembangkan strategi serta teknologi baru untuk mengungkap kejahatan terorganisir dan korupsi lintas batas.

Sebagian besar penjahat yang saya selidiki selama dua dekade terakhir, mungkin adalah beberapa pengusaha terbaik dunia. Mereka memiliki kreativitas, kemampuan berpikir cepat, motivasi, kemampuan untuk berjejaring dan memimpin, serta ketertarikan luar biasa terhadap risiko. Di dunia bisnis yang legal, banyak dari mereka bisa saja setara dengan Elon Musk. Namun, mereka memilih dunia kriminal dan melakukan pencucian uang untuk menyamarkan hasil kejahatannya. Keahlian tersebut membuat mereka menjadi orang-orang merusak dan berbahaya.

Para pelaku kejahatan terorganisir berpikir besar dengan rencana bisnis yang sederhana: “lebih banyak korban, lebih banyak uang.” Sebagian besar dari mereka beroperasi dengan impunitas pada skala kontinental atau bahkan global. Hal tersebut terjadi lantaran penegakan hukum umumnya dibatasi oleh batas negara dan kepentingan nasional.

 

Bagian I: Memahami Pencucian Uang

Penting untuk memahami perilaku pelaku kejahatan agar investigasi bisa dilakukan secara efisien. Oleh sebab itu, pada bagian pertama ini akan dibahas beberapa instrumen yang mereka gunakan untuk mencuri, menyembunyikan, dan menginvestasikan uang hasil kejahatan.

Pelaku kejahatan terorganisir, baik pemain lama maupun yang baru memulai, memiliki infrastruktur di tingkat regional hingga global. Proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir (OCCRP) menyebutnya sebagai “industri yang melayani para penjahat”. Infrastruktur ini melibatkan banyak pengacara, bankir, akuntan, agen pendirian perusahaan, peretas, perusahaan manajemen reputasi, dan banyak lainnya. 

 

Tipe perusahaan offshore

Industri keuangan offshore dan perusahaan cangkang memungkinkan para penjahat mencuri dan memindahkan sejumlah besar uang melintasi berbagai yurisdiksi. Proyek liputan kolaboratif seperti Offshore Crime, Inc., Panama Papers, dan OpenLux telah membuat praktik kotor ini jadi sorotan publik. Negara seperti Luksemburg yang dikelilingi daratan, ataupun negara lain yang dikelilingi lautan, menyediakan tingkat kerahasiaan yang dibutuhkan untuk melakukan praktik lancung tersebut. Oleh sebab itu, penting bagi jurnalis untuk memahami bagaimana para kriminal menstrukturkan bisnisnya dan mengidentifikasi kesalahan yang mereka buat.

 

Proxy

Menyembunyikan identitas dengan menggunakan proxy adalah salah satu hal umum dalam kejahatan terorganisir. Perusahaan offshore bisa merahasiakan transaksinya dengan cara tersebut. Berdasarkan pengalaman investigasi yang dilakukan OCCRP, ada tiga tipe proxy yakni unaware, semi-aware, dan fully complicit.

Tipe unaware menggunakan identitas orang lain yang didapat dengan mencuri, adakalanya melalui pencurian data skala besar melalui Internet. Identitas curian digunakan untuk mendirikan perusahaan dan membuat rekening bank, tanpa sepengetahuan pemiliknya. Sementara itu, orang-orang yang rela meminjamkan identitasnya dengan imbalan sedikit uang, masuk dalam tipe proxy semi-aware. Mereka tidak tahu-menahu bisnis dan transaksi yang dilakukan oleh peminjam identitas. Adapun proxy fully complicit sepenuhnya mengetahui skema kejahatan yang dilakukan. Ia mendapatkan keuntungan besar dengan meminjamkan identitasnya. Mengetahui jenis proxy yang terlibat dalam skema kejahatan terorganisir membantu jurnalis menentukan langkah yang diperlukan dalam investigasi.

 

Bank

Bank masih menjadi bagian penting dalam sistem keuangan dunia dan para pelaku kejahatan terorganisir memanfaatkannya dengan berbagai cara. Seperti halnya proxy, ada bank yang sepenuhnya terlibat, beberapa di antaranya tidak sadar, dan lainnya tidak siap atau tidak mau menghentikan dana hasil kejahatan yang mengalir melalui rekening mereka.

Sistem perbankan terbentuk oleh jaringan bank kecil, menengah, hingga besar. Bank kecil hanya dapat bergabung dengan sistem keuangan global dan memiliki akses transfer dana antarnegara apabila memiliki rekening bank yang terkait dengan bank yang lebih besar.

Banyak bank kecil dan menengah yang sepenuhnya atau sebagian dimiliki oleh pelaku kejahatan terorganisir. Namun, mereka masih mengandalkan bank besar untuk mengirim dan menerima uang kotor. Sayangnya, bank besar kerap gagal dalam mengidentifikasi pencucian uang. Hal tersebut dijelaskan dalam proyek liputan FinCENFiles.

Minimnya kerja sama antarbank dan hambatan yurisdiksi menjadi celah yang digunakan para pelaku kejahatan terorganisir. Uang dibagi-bagi ke banyak rekening bank dan beberapa bank sehingga bank tidak memiliki gambaran jelas tentang operasi pencucian uang besar-besaran yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan terorganisir.

 

Kontrak dan Invoice Palsu

Pencucian uang berskala luas dilakukan dengan menggunakan dokumen, kontrak, dan faktur palsu yang dilampirkan pada transaksi perbankan. Sebuah faktur fiktif misalnya, menyatakan bahwa terdapat proses jual-beli komputer pribadi antara perusahaan A dan B. Kenyataannya, transaksi tersebut tak pernah terjadi dan uang tetap mengalir di antara rekening bank kedua perusahaan.

Praktik semacam itu disebut sebagai pencucian uang berbasis perdagangan dan mungkin merupakan bagian terbesar dari jenis kejahatan keuangan. Petugas kepatuhan perbankan mustahil memeriksa isi setiap kontainer pengiriman yang terkait dengan transaksi keuangan dan kejahatan terorganisir diuntungkan oleh hal tersebut.

Selain perdagangan, dokumen palsu terkait peminjaman uang dan jasa pelayanan juga kerap dilampirkan pada transaksi perbankan untuk pencucian uang. Kedua aktivitas tersebut, tentu saja hanya ada di atas kertas.

Perusahaan offshore, proxy, bank, dan dokumen palsu adalah paket yang digunakan kelompok kriminal dan politisi korup untuk melakukan pencucian uang. Industri yang melayani para penjahat ini bahkan membuat panduan yang berisi serangkaian instruksi tentang cara menyebar perusahaan, rekening bank, proxy, dan faktur palsu. Semuanya bisa dilakukan tanpa memicu pengawasan dari regulator perbankan atau penegak hukum. Panduan pencucian uang yang dibuat oleh sebuah bank di Latvia dan ditemukan oleh OCCRP menyarankan klien agar:

“Kondisi pengiriman yang ditentukan dalam kontrak atau faktur harus realistis: Ketika Anda menentukan barang, pikirkan bagaimana barang tersebut akan ‘dikirim’ (berat kargo, volume, alamat pabrik, jenis transportasi: jalan, rel, atau kapal.) Apabila ‘pengiriman’ barang dilakukan untuk volume atau ukuran yang sangat besar, sebutkan pabrik yang dekat dengan rel kereta api atau pelabuhan sebagai tujuan.”

OCCRP menyebut sistem pencucian uang ini sebagai “laundromats”. Skema ini biasanya dilakukan oleh bank atau perusahaan jasa keuangan lainnya untuk membantu klien mencuci uang hasil kejahatan, menyembunyikan kepemilikan aset, menggelapkan dana dari perusahaan, menghindari pajak dan pembatasan mata uang, atau memindahkan uang ke luar negeri. Laundromat diperkenalkan OCCRP ketika merilis investigasi bertajuk Russian Laundromat” pada 2014.

Laundromat terdiri dari perusahaan yang tersebar di seluruh dunia yang tampak independen tetapi sebenarnya dikendalikan oleh satu pihak, biasanya bank. Proses pencucian uang bermula ketika klien mengirimkan uang ke sebuah simpul yang ada dalam jaringan. Dokumen palsu berisi pembelian barang atau jasa disertakan dalam pengiriman. Selanjutnya, uang itu dibagikan ke simpul lain, disertai dengan lebih banyak dokumen palsu. Akhirnya, uang tersebut dikirim ke perusahaan luar negeri atau tujuan lain yang dipilih oleh klien. Pemilik asli dan asal uang sulit dilacak lantaran alur transaksi yang memusingkan. Sementara itu, perusahaan yang membantu praktik ini mendapatkan sejumlah uang sebagai komisi.  

Detil mengenai cara kerja Laundromat bisa dipelajari di FAQ Laundromat milik OCCRP. Adapun contoh gamblang mengenai cara laundromat menghindari pengawasan dari beberapa bank terbesar di dunia bisa dibaca dalam dokumen internal Deutsche Bank yang bocor. Dokumen itu merinci kegagalan bank asal Jerman tersebut mendeteksi manipulasi yang dilakukan Laundromat Rusia.

Investigasi pencucian uang.

Ada banyak contoh bagaimana kejahatan terorganisir memanipulasi sistem keuangan dunia. OCCRP memiliki tiga contoh dari tiga wilayah geografis yang berbeda yang menunjukkan pola berulang. Semua, atau sebagian elemen Laundromat Rusia, digunakan dalam kasus-kasus tersebut.

 

Azerbaijan dan Iran

Laundromat Azerbaijan memungkinkan para elit di Baku, Azerbaijan, untuk menyuap politisi Eropa dan menyedot uang dari dalam negeri lalu mengirimkannya ke luar negeri. OCCRP juga menemukan skema ini juga digunakan Iran untuk mengakali sanksi AS dan Eropa. Pemerintah Iran dibantu kelompok kejahatan terorganisir pimpinan Reza Zarrab, seorang penjahat Iran-Turki yang sangat dekat dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Pencucian uang yang dilakukan oleh Zarrab melibatkan semua komponen Laundromat yang disebutkan sebelumnya. Kasus ini berubah menjadi skandal geopolitik antara Turki, AS, dan Iran — dan menunjukkan bahwa kejahatan terorganisir berkembang pesat di saat kerusuhan dan dapat mengeksploitasi perpecahan politik yang sedang terjadi.

 

Laundromat Troika

Kelompok Elit dan politikus Rusia diam-diam menginvestasikan uang mereka, menghindari pajak, membeli saham di perusahaan milik negara, dan membeli real estat di Rusia serta luar negeri. Banyak hal tersebut dilakukan dengan menggunakan Laundromat. OCCRP dan para mitra mendapati hal tersebut setelah melakukan analisis data dan investigasi menyeluruh. 

Investigasi melibatkan bocoran mengenai 1,3 juta transaksi perbankan dari 238.000 perusahaan. OCCRP mencari pola untuk mengidentifikasi dan menelisik transaksi tertentu yang terkait dengan Troika Laundromat. Melalui proses tersebut, ditemukan bahwa para bankir yang menyusun sistem ini hanya menggunakan tiga perusahaan cangkang untuk melakukan pembayaran kepada agen pendirian perusahaan offshore. Nilai pembayarannya hanya ratusan US$ dan terkubur dalam jutaan transaksi yang jauh lebih besar. Kesalahan kecil tersebut menjadi batu penjuru untuk melacak kembali dan menemukan transaksi-transaksi lain sebagai bagian dari pola yang lebih besar.

 

Geng Riviera Maya (GRM)

Geng ini adalah organisasi lintas batas yang kejam dan kerap menggunakan kekerasan. Praktik yang mereka lakukan merupakan contoh gamblang bertumbuhnya sebuah kelompok kejahatan terorganisir hingga melebarkan sayapnya ke lini bisnis lain.

Riviera Maya memulai bisnis kotornya dengan praktik skimmer — orang yang mencuri nomor kartu debit dan kredit dengan menanamkan perangkat lunak ilegal ke dalam ATM — di Eropa. Mereka kemudian bermitra dengan bank Meksiko dan berhasil memasang lebih dari 100 ATM di Riviera Maya, kawasan wisata antara Cancun dan Tulum di Meksiko selatan. Melalui praktik tersebut, mereka menghasilkan lebih dari U$200 juta per tahun.

GMR menggunakan dokumen dan identitas palsu, serta proxy untuk membangun bisnisnya. Lebih dari itu, mereka menawarkan perlindungan bagi para buronan dan menyelundupkan orang dari Meksiko ke Amerika Serikat.

 

Bagian II: Membongkar 

Kelompok kejahatan terorganisir menggunakan teknik canggih ketika mencuri, menyembunyikan, dan menginvestasikan uang mereka. Namun, mereka tak bisa mengendalikan waktu. Setiap hari, jurnalis, aktivis, dan penyelidik melakukan kolaborasi antarnegara dan membuat laporan mengenai aktivitas kejahatan terorganisir. Sementara itu, pemerintah di berbagai negara menerapkan lebih banyak aturan tentang transparansi, dan kepemilikan perusahaan serta properti.

 

Catatan Perbankan dan Pengadilan

Catatan bank adalah sumber luar biasa ketika menginvestigasi aspek finansial kejahatan terorganisir. Namun, hal ini sulit diakses karena bersifat rahasia. Di sisi lain, jurnalis tidak selalu dapat mengandalkan bocoran dokumen dari orang dalam ataupun laporan dari regulator keuangan. Namun, ada cara lain untuk mendapatkan catatan perbankan.

Dokumen ini sering dilampirkan pada kasus pidana dan perdata yang melibatkan kejahatan terorganisir. Amerika Serikat adalah salah satu sumber untuk catatan perbankan global dan dokumen tersebut bisa diakses publik melalui Public Access to Court Electronic Records (PACER).

OCCRP memperoleh ratusan ribu catatan perbankan dengan memeriksa PACER dan mengajukan permohonan informasi publik ke pengadilan AS setelah negara itu membuka kasus hukum terhadap gembong Laundromat Azerbaijan, Reza Zarrab. Sebelumnya, kami memperoleh catatan serupa dari pengadilan di belahan dunia lain.

Bocoran laporan aktivitas mencurigakan dari lembaga keuangan, seperti yang dipakai dalam investigasi FinCENFiles, juga bisa memberikan sedikit gambaran tentang dunia perbankan yang penuh kerahasiaan. Kombinasi bocoran dokumen dan catatan pengadilan bisa sangat berguna bagi wartawan investigasi dan publik yang mereka layani.

Catatan pengadilan dan terutama litigasi komersial antara dua kelompok kriminal juga sangat berguna. Masing-masing pihak yang bertikai bakal saling membongkar keburukannya lawannya di persidangan, mirip seperti pengadilan kasus perceraian.

 

Catatan Properti

Pelaku kejahatan terorganisir suka memiliki barang-barang mewah seperti mobil dan jam tangan. Tak kurang gemarnya adalah investasi di sektor properti. Wartawan investigasi mesti mengarahkan fokusnya pada catatan properti untuk mengetahui investasi dan skala pencucian uang kejahatan terorganisir. Di sebagian besar negara, dokumen properti adalah catatan publik yang berisi pemilik saat ini, pemilik sebelumnya, serta beberapa detail keuangan seperti harga pembelian dan pajak.

 

Catatan Perusahaan

Daftar perusahaan nasional dan internasional dapat memberikan banyak informasi. Mulai dari pemegang saham dan anggota dewan, hingga data keuangan perusahaan. Adakalanya, dokumen ini juga mengungkapkan transaksi perbankan, catatan properti, dan bahkan informasi terperinci mengenai pemilik sebetulnya (beneficial ownership/BO) dari perusahaan cangkang yang ada di luar negeri. OCCRP sering mendapatkan informasi tentang BO melalui daftar perusahaan atau properti di tempat perusahaan tersebut menginvestasikan dana mereka.

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua informasi didigitalkan dan diindeks dalam basis data yang tersedia secara daring. Oleh sebab itu, mengunjungi atau menelepon organisasi yang memiliki data tersebut bisa memberi Anda lebih banyak akses terhadap data.

Mengungkap BO sebuah bank adalah tahap penting lainnya. Perlakukan bank layaknya perusahaan komersial lain dan coba cari tahu siapa pemilik aslinya. Langkah ini penting dilakukan, terutama terkait bank skala kecil dan menengah yang baru dibentuk.

 

Database Ekspor-Impor

OCCRP kerap menggunakan database seperti ImportGenius atau Panjiva untuk melacak aktivitas ekspor-impor. Meskipun jurnalis perlu membeli membeli data dengan harga yang tak murah—mengunduh data impor perusahaan AS selama setahun dari ImportGenius berharga U$ 199—tetapi data ini dapat membantu mengidentifikasi pencucian uang berbasis perdagangan dan perusahaan yang terlibat dengannya.

Basis data ini bisa dipakai untuk mengonfirmasi apakah perusahaan yang menggunakan skema laundromat juga terlibat dalam operasi komersial palsu lainnya. Sebagai catatan, di banyak negara, transaksi ekspor-impor tahunan bisa didapat melalui permohonan informasi publik. Situs web United Nations Comtrade juga menawarkan data perdagangan global yang berguna untuk mengidentifikasi pola ekspor-impor.

 

Aleph

Di OCCRP, kami membangun arsip global bernama Aleph yang bisa dipakai untuk penelitian dan pelaporan investigasi. Di sini, informasi tentang perusahaan, properti, rekening bank, kasus pengadilan, kebocoran, dan banyak entitas lainnya, diindeks. Jurnalis bisa menyimpan daftar pantauan orang-orang yang mereka curigai di dalam Aleph dan sistem ini akan terus mencocokkan nama-nama dalam daftar dengan data lain yang ada di dalam sistem. Otomatisasi ini mendorong jurnalis untuk melakukan liputan investigasi baru dan berguna bagi publik.

Website untuk menyelidiki pencucian uang.

 

Apa yang terjadi di masa depan?

Selama beberapa dekade terakhir, kejahatan terorganisir transnasional berada jauh di depan penegak hukum, reporter investigasi, dan aktivis. Hal tersebut perlahan berubah dengan makin maraknya kolaborasi liputan antarnegara. Meski demikian, pelaku kejahatan terorganisir masih menikmati keuntungan berkat sumber daya besar yang mereka miliki. Selain itu, pengadopsian teknologi terbaru, memungkinkan mereka selangkah lebih maju dari penegak hukum.

Satu kelompok yang sering diabaikan adalah investor kriminal. Mereka membiayai penjahat lain karena pengembalian investasinya besar. Wartawan investigasi perlu memahami ekosistem keuangan yang dibangun di sekitar kejahatan, di mana industri jasa yang melayani para kriminal tumbuh subur dan mengembangkan teknik pencucian uang baru.

Untuk mengikuti perkembangan teknik kejahatan terorganisir, organisasi jurnalisme investigasi harus memahami uang kripto, blockchain, token digital (non-fungible tokens/NFT), dan alat tukar baru lainnya yang diadopsi organisasi kejahatan dalam model bisnis mereka.

“Telusuri uangnya” akan segera menjadi “telusuri kodenya” (seperti dalam algoritma). Namun, pada akhirnya, semua aktivitas kejahatan terorganisir bakal mengambil bentuk fisik yang maujud dalam properti dan gaya hidup mewah. (Penerjemah: Kholikul Alim)

Selanjutnya

Manajemen Proyek: Jurnalisme Kolaboratif

Semua dimulai oleh Associated Press, sebuah agensi berita nirlaba yang didirikan oleh enam surat kabar Amerika pada pertengahan abad 19. Kolaborasi ini memungkinkan para anggotanya

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.