Stiglitz: Jurnalisme Investigasi Bagian Penting Demokrasi

Ekonom pemenang Nobel Joseph Stiglitz dan pengacara hak asasi manusia Beatrice Mtetwa akan hadir sebagai pembicara utama dalam konferensi jurnalisme investigasi ke-10 yang digelar di Johannessberg, Afrika Selatan 16-19 November 2017.

Stiglitz dianggap ekonom paling berpengaruh dunia serta mendukung liputan investigasi.
“Jurnalisme investigatif sangat penting. Bersama dengan masyarakat sipil dan warga yang aktif, ini adalah bagian penting dari demokrasi yang berfungsi dengan baik,” kata Stiglitz, seperti dikutip dari laman GIJN.org, 18 Juli 2017.

Bagi Stiglitz, peran jurnalisme investigasi sangat esensial karena penting mendukung fungsi akuntabilitas publik. Penyuapan dan korupsi terus terjadi, dan sering melibatkan sektor privat. Apalagi negara berkembang terkadang tidak ada pilihan dan menjadi sasaran eksploitasi sumber daya alam. Jurnalis Investigasi yang kerap mengungkap dan menyebarluaskannya.

Terhadap pemerintah, Jurnalisme Investigasi bisa berperan sebagai oposisi sehingga masyarakat bisa tentukan apakah memilihnya kembali dalam pemilu atau tidak.

Selama pemerintahan Clinton, Stiglitz menjadi anggota Dewan Penasihat Ekonomi dari tahun 1993-1995. Kemudian menjadi Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Bank Dunia tahun 1997-2000. Dia diakui di seluruh dunia sebagai pendidik ekonomi terkemuka. Salah satu bukunya berjudul Globalization and Its Discontents (W.W. Norton, 2001) diterjemahkan dalam 35 bahasa dan terjual lebih dari satu juta kopi di seluruh dunia

Sementara Mtetwa dinilai banyak melindungi wartawan di Afrika Selatan itu. Mtetwa mendapat penghargaan Committee to Protect Journalist, Law Society of England and Wales dan American Bar Association.

Selain Stiglitz dan Mtetwa, konferensi yang mulai diadakan sejak tahun 2001 ini akan menghadirkan sejumlah pembicara dari 100 negara. Akan ada 120 panel, lokakarya, dan sesi kerja yang menarik, mulai dari kolaborasi lintas batas meliput korupsi hingga analisis data lanjutan.

Panitia penyelenggara, Global Investigative Journalism Network (GIJN) dan Wits University Journalism Programe, menargetkan jurnalis dari 100 negara hadir dalam konferensi ini. Sebanyak 40 pemateri dihadirkan, diantaranya pemenang pulitzer, perintis jurnalisme data, otak di belakang Panama Papers ditambah spesialis keamanan, ahli hukum, pelatih multimedia, profesor dan orang-orang yang banyak berkecimpung dalam peliputan “follow the money”.

Inilah kesempatan untuk belajar dari jurnalis terbaik di lapangan dan meningkatkan keterampilan dengan tips dan alat terbaru.Selain itu, ajang seperti inilah yang memungkinkan kita bisa berjejaring dengan jurnalis investigasi dari seluruh dunia.

Beberapa nama yang hadir diantaranya Editor Investigasi & Proyek Buzzfeed Mark Schoofs. Wartawan pemenang Pulitzer tahun 2002 ini pernah memainkan peran kunci dalam penyelidikan penyalahgunaan dan kecurangan obat-obatan internasional. Hadir juga David Cay Johnston Jurnalis investigasi Amerika, penulis buku terlaris, spesialis masalah ekonomi dan pajak, dan pemenang Pulitzer 2001 yang sekarang menjabat Presiden Dewan IRE.

Juga hadir Paul Radu, direktur eksekutif Organized Crime and Corruption Reporting Project, co-pencipta Dasbor Investigasi dan visualisasi vis.occrp.org. Dia penerima berbagai penghargaan Knight International Journalism Award, Investigative Reporters and Editor Award tahun 2004, Global Shining Light Award, Tom Renner Investigative Reporters and Editor Award tahun 2007, dan Daniel Pearl Award, dan European Press Prize tahun 2015.

Jajaran nama jurnalis data seperti Crina Boros yang pernah melaporkan kebocoran HSBC, pencucian uang Inggris, hak perempuan, transparansi. Dia telah menghasilkan laporan headline, analisis statistik dan menjadi pelatih CAR. Ada juga Anuska Delic, jurnalis data dan investigasi harian Delo Slovenia. Spesialis menyelidiki kejahatan terorganisir, korupsi, kesepakatan privatisasi, pencucian uang, agen keamanan swasta dan industri perjudian di Balkan, Stevan Dojcinovic. Dia juga mengajarkan kepada wartawan cara mengumpulkan dan menganalisis data bisnis dan catatan properti.

Ada juga sesi dari Gerard Ryle, pemimpin tim yang membocorkan 11,5 juta dokumen Panama Papers dari 40 tahun aktivitas firma hukum Panama Mossack Fonseca dan memenangkan Pulitzer 2017. Gerard adalah direktur International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) di Washington DC. Eva Constantaras, seorang jurnalis data dan investigasi serta pelatih proyek jurnalisme lintas batas untuk memberantas korupsi dan mendorong transparansi.

Masih banyak nama lain termasuk Wahyu Dhyatmika dari Aliansi Jurnalis Indonesia, Claudine Blais dari CBC Enquete Canada, Patricia Evangelista dari Rappler Filipina, Will Fitzgibbon dari ICIJ Australia, Lucy Freeman dari Media Legal Defence Initiative UK, Nana Boakye-Yiadom dari IJourno Ghana, Marina Walker Guevara dari ICIJ Amerika, David Kaplan dari GIJN Amerika, Rosemary Nwaebuni dari Pointer newspaper Nigeria, Miranda Petrucic dari OCCRP Bosnia, Rana Sabbagh dari Arab Reporters for Investigative Journalism Jordan, Makoto Watanabe dari Waseda Chronicle Jepang dan masih banyak lainnya.

Sesi yang akan dihadirkan diantaranya kolaborasi lintas batas, jurnalisme mobile, seni wawancara, perempuan dan jurnalisme investigasi, melacak bisnis dan keuangan, investigasi kejahatan lingkungan dan perubahan iklim, industry ekstraktif, drone dan sensor, migrasi dan pengungsi, produksi multimedia, investigasi video/televisi, verifikasi, investigasi perdagangan senjata, perdagangan manusia dan perbudakan, mengedit liputan investigasi, peliputan di bawah rejim represif, keberlangsungan non profit, LGBTIQ, kesehatan, meliput konflik, kepolisian, bencana, pengumuman pemenang Shining Light Award.

Sementara untuk melacak data sesi diantaranya liputan dengan angka, strategi pencarian online, strategi data, analisis data, google tools, excel dasar, intermediet dan advanced, SQL dasar dan advance, open refine, membaca PDF, visualisasi dengan Tableau, google fusion table, data di negara berkembang, verifikasi, mengedit data. Juga untuk keselamatan seperti bahaya digital, enskripsi, keamanan digital, perlindungan fisik dan menghadapi kekerasan online.

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.