Menelisik Industri Ekstraktif

Banyak hal yang bisa diliput jurnalis terkait pertambangan minyak bumi. Mulai dari korupsi dalam kontrak pertambangan hingga pencemaran lingkungan.

Minyak, gas, dan mineral menghasilkan banyak pendapatan yang menjadi tulang punggung perekonomian, menggerakkan teknologi, industri, sampai perdangangan. Namun, sumber daya ini juga jamak dengan apa yang disebut sebagai “kutukan sumber daya” seperti ketidakstabilan ekonomi, lemahnya lembaga publik, dan kerusakan lingkungan sebagai dampak dari penemuan kekayaan alam.

Investigasi di sektor ini—yang bisa berimbas pada komunitas, harga saham global, dan bahkan pemerintahan sebuah negara—sangat menantang. Apalagi ketika jurnalis dihadapkan pada perusahaan besar dan pejabat publik yang enggan menjawab pertanyaan yang bisa menyulitkan mereka. Hal tersebut bisa berdampak buruk dan diperparah oleh minimnya kemampuan jurnalis di negara yang kaya sumber daya dalam meliput isu ini. Oleh sebab itu, Natural Resource Governance Institute, sebuah lembaga nirlaba yang bermarkas di Amerika Serikat, membuat panduan untuk membantu jurnalis menelisik indutsri ekstraktif di negara mereka.

Panduan yang ditajuki “Covering Extractives” tersebut dibuka dengan penjelasan mengenai proses eksplorasi hingga ekstraksi, aliran uang di sepanjang proses tersebut, dan apa yang harus diperhatikan ketika membuat sebuah liputan. Berbagai studi kasus juga dicantumkan. Mulai dari video dokumenter Al-Jazeera yang menyelidiki skandal Operation Carwash di Brazil hingga investigasi lintas negara soal uang yang menguap di Angola.

GIJN berbincang dengan Asmara Klein, senior capacity development di NRGI untuk membahas berbagai hal di atas. Kondisi yang harus dihadapi media saat ini, tekannya, dibentuk oleh krisis akibat Covid-19 yang digunakan sebagai dalih oleh banyak pemerintahan untuk meneken perjanjian gelap secara diam-diam. Berikut petikan wawancara yang telah disunting.

 

Apa yang diharapkan dari panduan ini?

Panduan ini mengombinasikan pengetahuan, banyak sumber, perangkat pembelajaran, dan inspirasi mengenai sektor sumber daya alam. Kami mendesainnya untuk mengikuti rantai pengambilan keputusan dalam industri ekstraktif: dari memutuskan apakah Anda akan menambang atau tidak … hingga proses pembuatan kontrak dalam proyek tersebut, alokasi dana, memutuskan apa yang akan dilakukan dengan pendapatan di sektor ini, serta dampak sosial-ekonomi di level lokal. Kamu juga berusaha melihat beberapa kegunaan industri ekstraktif terhadap komunitas.

 

Apa hal utama yang ditawarkan?

Banyaknya informasi yang tersedia saat ini, tetapi di sisi lain, kami tak melihat kenaikan yang proporsional dalam aspek kuantitas dan kualitas peliputan di sektor ini. Mungkin, salah satu alasannya adalah ketidaktersediaan informasi yang mudah diakses atau dimengerti. Terpenting, jurnalis tak begitu yakin bagaimana menggunakan informasi yang berlimpah tersebut. Mereka tahu bahwa data atau dokumen kontraknya tersedia, tetapi tak yakin bagaimana menggunakannya sebagai bahan liputan. Kami ingin memastikan bahwa orang-orang mengerti data apa yang tersedia saat ini, memberi mereka inspirasi, menunjukkan bagaimana analisis bisa dilakukan dengan data-data tersebut, dan apa yang bisa dihasilkan dari semua hal tersebut.

Kami juga ingin menunjukkan keluasan, variasi, dan sudut peliputan sektor pertambangan. Banyak liputan soal dampak sosial dan ekonomi kegiatan ekstraktif, tetapi sedikit yang mengangkat soal dampak perusahaan milik negara terhadap keuangan atau pengelolaan pendapatan negara: Apa yang terjadi pada uang dari sektor tersebut ketika sampai ke kas negara?

 

Mengapa sektor ekstraktif penting diliput? Apakah sektor ini merupakan lahan korupsi dalam salah manajemen?

Jika kamu tinggal di negara yang berbasis pada sumber daya alam, sektor ini sangat strategis. Acapkali setengah dari pendapatan negara berasal dari sini. Bahkan, di Nigeria, persentase pendapatan dari industri ekstraktif mencapai 70 persen dari pendapatan negara. Lebih dari itu, dampak sosial dan lingkungan dari sektor ini sangatlah besar. Banyak warga negara yang terdampak.

Sektor pertambangan juga rawan korupsi lantaran skala pendapatannya. Ketika BP menandatangani bonus tanda tangan (biaya yang dikenakan kepada pemenang lelang wilayah kerja migas) 10 hingga 15 tahun lalu, nilai bonusnya mencapai US$ 1 miliar. Itu merupakan angka yang besar dan karena berasal dari satu proyek tertentu, maka dana tersebut lebih mudah dialihkan.

 

Bagaimana dengan praktik jurnalisme investigasi di sektor ekstraktif?

Selama 15 tahun belakangan, terjadi banjir data di sektor ini. Banyak informasi baru mengenai nilai yang dibayar perusahaan kepada pemerintah dirilis, kontrak dirilis, atau mengenai beneficial ownership dari perusahaan besar. Sektor pertambangan semakin terbuka dan transparan, tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa anda bisa mengendalikan informasi.

Perusahaan media, khususnya di negara-negara tempat kami bekerja, mendapatkan masalah pendanaan di satu sisi dan masalah dari media sosial di sisi lainnya. Kedua hal tersebut juga terjadi di Negara Barat.

Dalam kondisi tersebut, sulit untuk mempertahankan jurnalis bagus dan berpengalaman yang mengerti soal industri ekstraktif. Butuh waktu bertahun-tahun liputan agar seseorang bisa paham mengenai konstruksi keuangan dari kontrak pertambangan, manajemen pendapatan sektor ini, dampak dari utang luar negeri, dan sebagainya. Permasalahan dari sebuah sektor yang berusaha mempertahankan tenaga kerjanya (seperti halnya dalam industri media) adalah anda kehilangan semakin banyak orang berpengalaman.

Beberapa tahun belakangan, kondisi tersebut terus memburuk. Lingkungan tempat jurnalis bekerja, khususnya di sektor pertambangan, semakin menyulitkan. Bukan hanya lantaran jurnalis dan media massa diancam secara langsung, tetapi juga lantaran narasumber mereka menghadapi hal yang sama. Kita bisa melihat bahwa organisasi masyarakat sipil yang fokus di sektor ini diserang dan menjadi enggan berbagi informasi yang bisa membuat mereka berada dalam risiko. Hal tersebut juga salah satu faktor penting yang membuat kondisi semakin sulit.

Satu hal yang bisa kita pelajari adalah bagaimana cara untuk mengurangi risiko hukum; Jurnalis Nick Mathiason menyebutnya di dalam buku panduan ini. Menurutnya, penting bagi jurnalis untuk meliput secara akurat dan berimbang.

Jurnalis bakal terlindungi ketika mereka membuat berita yang sangat akurat, mendapatkan narasumber yang mumpuni, memverifikasi fakta, memeriksa ulang penafsiran, dan meminta ahli untuk menjelaskan deretan angka. Hal itu merupakan langkah kunci dalam meliput. Terkait dengan keberimbangan, jurnalis harus memastikan kalau mereka mendapatkan komentar dan pandangan dari berbagai kepentingan yang dituangkan dalam hasil liputan dan mencoba untuk sebaik mungkin tidak bersikap bias.

Nasihat terakhir yang bisa saya berikan agar aman saat meliput adalah bekerjasama secara internasional melalui sebuah konsorsium atau kerjasama lintas negara.

Saat ini, memahami risiko semakin krusial. Meskipun sektor pertambangan semakin transparan dan informasi semakin banyak tersedia, tetapi kita menyaksikan adanya kemunduran akibat krisis Covid-19.

Banyak perusahaan menggunakan alasan ini. Lantaran krisis yang dihadapi dan huruhara di sektor ini, mereka menunda atau bahkan tidak melaporkan apa yang mereka lakukan. Hal kedua, banyak negara yang panik karena anjloknya harga minyak. Hal tersebut berarti tidak terealisasinya banyak proyek yang sedianya digarap karena ongkosnya terlalu mahal. Kami melihat banyak negara berlomba-lomba melakukan “obral” untuk menarik investor.

Ada banyak kesepakatan gelap yang terjadi tanpa pengawasan warga negara dan kuncitara menjadi alasan bagus untuk melakukan banyak hal tanpa diketahui. Namun, karena banyak negara berlomba-lomba mendapatkan investasi dan mereka siap melemahkan regulasi sosial dan lingkungan, peran jurnalis saat ini sangatlah penting sekaligus berisiko.


Laura Dixon adalah associate editor GIJN dan jurnalis lepas dari Inggris. Ia meliput dari berbagai negara seperti Kolombia, Amerika Serikat, dan Meksiko. Karyanya dipublikasikan di The Times, The Washington Post, The Atlantic, dan sebagainya. Dia menerima beasiswa peliputan dari International Women’s Media Foundation and the Pulitzer Center.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan oleh Global Investigative Journalism Network (GIJN) dan ditajuki Reporting on Oil, Gas, and Murky Deals? There’s a Guide to Help with That. Penyebarluasan tulisan ini berada di bawah lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International.

Alih bahasa ini disponsori oleh dana hibah dari Google News Initiative. Untuk menerbitkan ulang tulisan ini, Anda bisa menghubungi [email protected].

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.