Independensi Media Tergantung Independensi Finansial

KATHMANDU, JARING.id – Independensi media hanya bisa muncul dari independensi finansial. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menggalang dana dari publik. Ini adalah model baru pendanaan media jika ingin menjaga independensinya.

Kesimpulan ini muncul dalam diskusi “News Model and Startups” yang digelar dalam rangkaian Konferensi Jurnalisme Investigasi Asia ke-2 di Kathmandu, Jumat (24/9).

Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut adalah Steven Gan dari Malaysiakini (Malaysia), Yongjin Kin dari Newstapa (Korea Selatan), dan Ross Settles dari Media Development Investment Fund (USA/Hong Kong).

Menurut Settles, globalisasi membawa banyak perubahan di berbagai bidang, termasuk media. Perubahan di media terjadi mulai dari lingkup berita yang disajikan, audience, hingga lingkungan. “Berita-berita yang disajikan lebih kompleks, lebih global, lebih banyak data, dan muncul dalam berbagai format,” ungkapnya.

Sementara audience menjadi lebih global, memiliki lebih banyak pilihan, tapi juga kurang percaya terhadap media dan lebih gampang dialihkan perhatian pada berita atau media lain. Sedangkan pada sisi lingkungan media terjadi banyak perubahan pada sisi hukum, teknis, dan pendanaan.

Malaysiakini dan Newstapa adalah dua contoh media yang berani menjajal model baru untuk menghadapi tantangan globalisasi.

“Yang membedakan new media dan old media adalah public engagement. Kita harus membangun sendiri komunitas pembaca kita,” kata Gan.

Malaysiakini adalah portal berita yang didirikan di Malaysia pada 1999. Menjadi alternatif dari media cetak dan broadcast tradisional yang dikontrol penuh lewat aturan pemerintah dan menjadi corong kepentingan pemilik yang mayoritas adalah kader partai politik, Malaysiakini mengklaim sebagai media independen.

Sedangkan Newstapa adalah portal berita yang menyajikan laporan-laporan investigasi dalam format video. Newstapa didirikan oleh Korea Center for Investigative Journalism yang mengklaim sebagai organisasi nirlaba pertama di Korea yang fokus pada sajian laporan investigasi online.

Baik Malaysiakini maupun Newstapa sama-sama digagas oleh para jurnalis yang merasa perlunya media berita independen untuk melawan tekanan politik. Keduanya memberi ruang lebih luas pada pemberitaan ketidakadilan sosial dan korupsi di sektor bisnis dan pemerintahan dengan metode jurnalisme investigasi.

Malaysiakini dan Newstapa sama-sama berusaha menyajikan berita yang tidak ada atau tidak diangkat media mainstream. Mayoritas adalah berita-berita investigatif yang menyoroti korupsi para pejabat publik.

“Di Malaysia, media mainstream dimiliki oleh partai politik. Mereka selalu punya kepentingan politik, sehingga tidak berani. Maka kami melakukan yang tidak berani dilakukan oleh media mainstream,” ungkap Gan. Hal yang tidak berani dilakukan oleh media mainstream adalah mengungkap ketidakadilan yang terjadi karena sistem pemerintahan yang buruk maupun korupsi di pemerintahan dan sektor bisnis.

Hal sama dilakukan Newstapa. Kin menyebut bahwa berita tentang korupsi para pejabat publik adalah yang paling diminati oleh audiens Newstapa. Tahun lalu, Newstapa bekerja sama dengan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) mengerjakan laporan investigasi berbasis dokumen Offshore Leaks. Hasil laporan kolaborasi ini adalah rangkaian berita yang mengungkap kasus suaka pajak para pejabat Korea Selatan, termasuk anak tertua mantan Presiden Chun Doo-hwan.

Keberanian Malaysiakini dan Newstapa untuk mengangkat berita-berita korupsi yang terkait dengan pejabat publik muncul salah satunya karena mereka memiliki independensi pendanaan. Keduanya tidak bergantung pada satu investor besar, terutama yang berasal dari partai politik maupun para taipan. Keduanya mengaku melakukan pendanaan independen.

“Media independen hanya bisa lahir dari finansial yang independen,” ujar Gan. Saham Malaysiakini dimiliki oleh yang saat ini menjadi pemimpin redaksi bersama CEO Malaysiakini Premesh Chandran. Mereka memiliki saham mayoritas sebesar 60 persen. Sementara 29 persen dimiliki oleh Media Development Investment Fund, dan sisanya dimiliki oleh karyawan.

Sedangkan Newstapa mendapatkan dana sepenuhnya dari donasi publik. Mereka bahkan memutuskan tidak menerima iklan dalam bentuk apa pun guna menjaga independensi. (Fransisca Ria Susanti)

Riset Soal Jurnalis Perempuan

GIJN telah menyusun daftar berisi laporan teranyar mengenai isu perempuan. Daftar ini diperbarui secara berkala dan Anda bisa memeriksanya kembali agar tak ketinggalan perkembangan terbaru.

Berlangganan Kabar Terbaru dari Kami

GRATIS, cukup daftarkan emailmu disini.